Minggu, 18 November 2012

Laporan Praktikum Alkalinitas



I.       PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kualitas air merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi suatu perairan yang dijadikan sebagai tempat budidaya. Dengan kualitas air yang baik, produktifitas dan kesuburan perairan akan lebih baik dan menjanjikan untuk memperoleh hasil yang lebih baik pula. Kualitas air yang di perlukan yaitu  adanya pH  yang  cukup. Salah satu  faktor kimia dari kualitas air tersebut adalah Alkalinitas.
Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir keasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pembuffferan dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan keasaman dan menaikkan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm (Lesmana, 2005). Melihat pentingnya peran alkalinitas dalam perairan, maka di laksanakan praktikum untuk mengetahui kadar alkalinitas yang baik dan buruk dalam perairan.

1.2  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum limnologi tentang alkalinitas adalah agar praktikan dapat mengetahui kadar alkalinitas dalam suatu perairan serta mengetahui metode pengukurannya. Kegunaannya adalah agar praktikan dapat mengetahui cara menentukan kadar alkalinitas dalam perairan dan dapat memahami kadar yang baik dan buruk dalam perairan.

II.      TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Sumber Alkalinitas
Alkalinitas merupakan gambaran dari kapasitas air untuk menetralkan asam atau yang lebih kenal dengan nama ANC (Acid Neutralizing Capacity). Selain itu, alkalinitas juga didefinisikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) yang menetralkan perubahan pH perairan yang sering terjadi (Effendi, 2003).                                Alkalinitas merupakan kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap pH perairan yang terdiri atas anion-anion seperti anion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-) dan hidroksida (OH-), Borat (H2BO3-), silikat (HSiO3-), fosfat (HPO42- dan H2PO4-) sulfide (HS-) dan amonia (NH3) dalam perairan yang dapat menetralkan kation hidrogen. Namun pembentuk alkalnitas yang utama adalah bikarbonat, karbonat dan hidroksida (Irianto, 2005).
2.2 Peranan Alkalinitas Dalam Perairan
Alkalinitas yang terdapat dalam perairan secara langsung tidak mempengaruhi adanya organisme akuatik, karena alkalinitas dalam perairan berperan sebagai penetral keasaman pH dalam perairan. kemudian pH inilah yang mempengaruhi organisme akuatik. Alkalinitas merupakan faktor kapasitas untuk menetralkan asam. Oleh karenanya kadang-kadang penambahan alkalinitas lebih banyak dibutuhkan untuk mencegah supaya air itu tidak menjadi asam (Lesmana, 2005).
Proses penetralan keasaman pH terjadi karena adanya ion karbonat dan ion bikarbonat yang saling bereaksi. Dalam kondisi basa, ion bikarbonat akan membentuk ion karbonat dan melepaskan ion hidrogen yang bersifat asam sehingga keadaan pH menjadi netral. Sebaliknya bila keadaan terlalu asam, ion karbonat akan mengalami hidrolisa menjadi ion bikarbonat dan melepaskan hidrogen oksida yang bersifat basa, sehingga keadaan kembali netral (Arsyad, 1989).
2.3 Kadar Alkalinitas
Ikan tumbuh pada kisaran alkalinitas yang tinggi, tetapi nilai 120 – 400 mg/l adalah optimal. Kadar alkalinitas yang sangat rendah, air kehilangan kemampuan menyangga perubahan keasaman dan pH yang berfluktuasi sangat cepat sehingga dapat menggangu kehidupan ikan budidaya. Ikan sangat sensitif pada kondisi  kadar  alkalinitas yang rendah (Mintardji, 1984).
 Perairan dengan total alkalinitas yang tinggi telah berkaitan dengan endapan batu kapur tanah. Nilai kadar alkalinitas yang tinggi biasanya terdapat pada perairan dalam, dimana penguapan konsentrasi ion perairan lebih banyak terjadi dengan alkalinitas rendah ditemukan pada tanah berpasir dan tanah yang mengandung banyak bahan organik. Sebagian perairan yang tercemar bahan organik akan memiliki kadar alkalinitas yang rendah basa umumnya rasa seperti sabun, Suatu zat yang dapat mengubah lakmus merah menjadi biru, serta senyawa yang mengandung gugusan hirdroksil(OH) (http//ideiyanhariini.blogspot.com/2009/05/alkalinitas.html).
2.4  Hubungan Alkalinitas Dengan Parameter Lain
Tinggi dan rendahnya alkalinitas dalam suatu perairan tidak lepas dari pengaruh parameter lain seperti pH, suhu, udara, cahaya, dan sebagainya. Di mana semakin tinggi alkalinitas, maka semua parameter tersebut akan mengikuti. Konsentrasi total alkalinitas sangat erat hubungannya dengan konsentrasi total kesadahan air, umumnya total alkalinitas mempunyai konsentrasi yang sama dengan konsentrasi total kesadahan (Anang, 1991).
Besarnya pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH yang kurang dari 7 menunjukkan lingkugan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa (alkali). Sedangkan ph 7 disebut netral. Fluktuasi pH air sangat ditentukan oleh alkalinitas air tersebut. Apabila  alkalinitasnya tinggi, maka air tersebut  akan  mudah  mengembalikan  pH nya (Sastrawijaya, 2000).
2.5  Dampak alkalinitas dan Penanggulangan Alkalinitas
Air yang baik digunakan dalam suatu budidaya sebaiknya air yang bersifat alkalis, sebab jika air yang bersifat alkalis dapat memungkinkan terjadinya proses perombakan bahan-bahan organik menjadi garam mineral yang dapat berlangsung dengan cepat  (Effendi, 2003).
Alkalinitas merupakan faktor kapasitas yang dapat menentukan kemasaman. pH Sehingga untuk mencegah penanggulangan terjadinya kemasaman tersebut, maka di netralkan dengan ion-ion bikarbonat yang memegang peranan penting dalam menentukan alkalinitas  perairan (Rompas, 1998).
III.      METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Mata Kuliah Limnologi tentang Alkalinitas dilaksanakan pada hari Kamis, 11 November 2010 pukul 13.30 WITA sampai dengan selesai. Bertempat di Laboratorium Perikanan Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.
3.2  Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah :
1.    Labu Erlenmeyer  50 – 125 ml                       
2.    Pipet Tetes                                             
3.    Gelas Ukur                                 
4.    Buret
5.    Labu Semprot
6.    Tissue
     Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1.     Larutan indikator PP(phenolphthalein)
2.     Larutan indikator MO(Metil Orange)
3.     Larutan indikator  H2SO4(asam sulfat)
4.    Air sampel (air yang memiliki organisme dan yang tidak memiliki organisme).
3.3  Prosedur Kerja
     Mengambil air sampel sebanyak 50 ml dan tambahkan 5 tetes PP(phenolphtlein). Dan apabila  tidak  terjadi perubahan warna, maka tidak ada PP alkalinitas. Dan mengambil larutan MO (Metil Orange) untuk merubah warna jadi kuning. Setelah itu, titrasi dengan larutan H2SO4 (asam sulfat) ­agar warna kuning berubah menjadi warna orange. Kemudian hitung larutan H2SO4  yang digunakan (M).
     Apabila terjadi perubahan warna seperti warna pink, maka langsung titrasi dengan larutan H2SO4 (asam sulfat) sampai warna pink menjadi hilang. Lalu hitung larutan  H2SO4  yang digunakan (P).
     Masukkan larutan MO (Metil Orange) untuk merubah warna jadi kuning, lalu titrasi dengan larutan H2SO4  (asam sulfat) sampai warna kuning menjadi orange. Kemudian hitung larutan H2SO4  yang digunakan (B).
3.4  Analisa Data
Perhitungan
Keterangan   :       P       =   volume peniter (H2SO4 ml)
                         B   =   volume peniter (H2SO4 ml)
                         N   =   normalitas peniter (H2SO4  0,02 ml)
                         V   =   volume air sampel
                          50   =   berat molekul CaCO3
                                 1000   =  jumlah liter ke mililiter

IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil perhitungan alkalinitas pada air yang tidak ada organismenya dan air yang ada organismenya, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Gambar 1. Histogram Alkalinitas 
4.2  Pembahasan
Praktikum yang kami lakukan didapat total alkalinitas sebesar 400 mg/l CaCO3 pada percobaan alkalinitas IV.a dan 390 mg/l CaCO3 pada percobaan alkalinitas IV.b, hal ini menunjukkan bahwa perairan tersebut memiliki tingkat keasamaan yang cukup stabil. Hal ini sesuai dengan pendapat  Mintardji (1984), bahwa air yang memiliki kisaran nilai alkalinitas antara 120 – 400 mg/l optimal untuk dijadikan media budidaya.
Praktikum yang di laksanakan di laboratorium, nilai total alkalinitas yang tinggi terdapat pada percobaan Iv.b dengan nilai 390 mg/l dan yang terendah pada percobaan III.a dengan nilai 27 mg/l. Dan untuk pp alkalinitas yang tinggi terdapat pada percobaan III.a dengan nilai 52 mg/l sedangkan pp alkalinitas yang rendah terdapat pada percobaan Iv.a dengan nilai 30 mg/l.
Tinggi rendahnya suatu perubahan alkalinitas di tentukan oleh adanya faktor intensitas yaitu cahaya dan suhu. Oleh karenanya dengan penambahan alkalinitas lebih banyak dibutuhkan untuk mencegah supaya air itu tidak menjadi asam. Sehingga dengan adanya pH rendah, ion hydrogen dalam air dapat mengurangi alkalinitas.
Kadar alkalinitas tinggi dalam Air yang mengandung senyawa CO2 yang berada di perairan cukup besar dibandingkan dengan air yang memiliki alkalinitas rendah. Hal ini air memiliki alkalinitas rendah yang mempunyai daya tangkap yang kurang. Oleh sebab itu, umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai atau kadar alkalinitas di atas 20 ppm (Effendi, 2003).

V.  KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai alkalinitas pada air yang tidak memiliki organisme dan air yang memiliki organisme, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.  Air yang tidak ada organismenya pada percobaan pertama memiliki Total alkalinitas mencapai 400 mg/lCaCO3, sedangkan pada percobaan kedua  mencapai total  alkalinitas 390 mg/l CaCO3.
2.  Kadar alkalinitas dalam perairan masih dapat dilakukan proses budidaya, karena batas alkalinitas alami 500 mg/liter CaCO3.
5.2 Saran
     Sebagai praktikan saya menyarankan agar kiranya praktikum ini lebih khususnya praktikum tentang alkalinitas dapat diterapkan dilapangan mengingat alkalinitas ini merupakan salah satu parameter yang sangat menunjang bagi keberlangsungan usaha budidaya.

LAMPIRAN

Tabel Hasil Perhitungan Alkalinitas.
            No.
Sampel

Volume Sampel
(ml)
Perubahan Warna
Peniter
PP Alkalinitas
(mg/L)
Total
(mg/L)
M
(ml)
P
(ml)
B
(ml)
1.
I.a
I.b
50
50
Tidak ada
Tidak ada
17,9
16
-
-
-
-
-
-
358
320
2.
II.a
II.b
50
50
Tidak ada
Tidak ada
12,4
11
-
-
-
-
-
-
248
220
3.
III.a
III.b
50
50
Ada
Ada
-
-
2,6
2,2
0,25
4,9
52
44
27
142
4.
IV.a
IV.b
50
50
Ada
Ada
-
-
1,5
2,5
18,5
17
30
50
400
390

    Perhitungan data-data kelompok adalah sebagai berikut :





Tidak ada komentar:

Posting Komentar