Kamis, 29 November 2012

Planktonologi dan Tanaman Air



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal memiliki kekayaan sumber daya perikanan yang cukup besar terutama dalam kategori jenis-jenis ikan.  Diperkirakan sekitar 16 % spesies ikan yang ada di dunia hidup di perairan Indonesia.  Menurut data, total jumlah jenis ikan yang terdapat di perairan Indonesia mencapai 7000 jenis.  Hampir sekitar 2000 spesies diantaranya merupakan jenis ikan air tawar.  Ikan air tawar merupakan jenis ikan yang hidup dan menghuni perairan daratan (inland water), yaitu perairan dengan kadar garam (salinitas) kurang dari 5 ppm (0-5 ppm).  Dari sekitar 2000 spesies ikan air tawar yang terdapat di Indonesia, sedikitnya ada 27 jenis yang sudah dibudidayakan.  Ikan-ikan yang dibudidayakan tersebut merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis penting. 
            Ditinjau dari aspek pasarnya, terlihat ada kecenderungan peningkatan permintaan ikan konsumsi dari tahun ke tahun.  Hal ini terutama terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan beberapa kota besar lain ditanah air.  Dari segi nilai jual, harga ikan mas biasanya selalu lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual ikan air tawar jenis lain.  Tingginya harga ini tentunya berkaitan dengan tingginya permintaan pasar.  Dari sisi budidaya, tentunya keadaan ini sangat menguntungkan karena tingginya permintaan ikan mas konsumsi akan diikuti dengan peningkatan permintaan benih, baik untuk benih yang akan dipelihara untuk kegiatan pendederan, maupun untuk pembesaran (Amri dan Khairuman, 2008).
Berdasarkan hal tersebut, untuk menghasilkan ikan konsumsi yang unggul baik dalam produksi maupun pertumbuhannya maka akan dilakukan praktek kerja lapang dengan teknik manipulasi kromosom secara tetraploidisasi untuk perbaikan dan peningkatan kualitas genetik ikan guna menghasilkan benih-benih ikan yang mempunyai keunggulan, antara lain: pertumbuhan cepat, toleran terhadap lingkungan dan memliki daya tahan yang tinggi terhadap penyakit. 

2.1 Tujuan  dan Kegunaan

Tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah untuk mempelajari teknik tetraploidisasi pada ikan mas (Cyprinus carpio).  Kegunaan dari Praktek Kerja Lapang (PKL) yaitu untuk menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa mengenai teknik-teknik manipulasi kromosom khususnya dalam metode tetraploidisasi.            

II. RENCANA KERJA
2.1  Tempat dan Waktu
Praktek Kerja Lapang akan dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan mulai dari bulan November sampai Desember 2012.  Tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapang di Politeknik Pertanian Negeri Pangkep Kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan.
2.2 Kegiatan Yang Akan Dilaksanakan
2.2.1 Pengenalan organisme yang akan digunakan
                Menurut Amri dan Khairuman (2008), Klasifikasi dan morfologi ikan mas adalah sebgai berikut :
Phyllum           : Chordata
    Subfilum   : Vertebrata
           Kelas       : Pisces
                 Subkelas   : Actinopterygii
                          Ordo     : Cipriniformes
                                    Family    : Cyprinidae
                                                 Genus    : Cyprinus
                                                       Spesies   : Cyprinus carpio                           
Bentuk tubuh ikan mas agak memanjang dan pipih tegak (compressed).  Mulutnya terletak di bagian tengah ujung kepala (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil).  Di bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut.  Di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan yang terbentuk atas tiga baris gigi geraham.  Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik, kecuali pada beberapa varietas yang hanya memiliki sedikit sisik.  Sisik ikan mas berukuran besar dan dapat digolongkan ke dalam sisik tipe sikloid (lingkaran).
Sirip punggungnya (dorsal) memanjang dengan bagian belakang berjari keras dan di bagian akhir (sirip ketiga dan ke empat) bergerigi.  Letak sirip punggung berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral).  Sirip duburnya (anal) mempunyai ciri seperti sirip punggung, yaitu berjari keras dan bagian akhirnya bergerigi.  Linea literalis tergolong lengkap, berada di perengahan tubuh dengan bentuk melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor.
2.2.2 Persiapan dan Pemijahan Induk
Induk yanng akan digunakan untuk praktek tetraploidisasi adalah induk ikan mas (Cyprinus carpio) yang sudah matang gonad dan siap pijah. Menurut Amri dan Khairuman (2008), induk mas betina yang sudah matang gonad memiliki ciri-ciri yaitu bagian perutnya tampak gendut dan tampak menggelambir jika dilihat dari atas. Apabila diraba, perutnya terasa lembek dan disekitar lubang urogenitalinya tampak memerah dan akan keluar telurnya jika dipijit. Induk jantan yang sudah matang gonad memiliki ciri-ciri yaitu ditandai dengan keluarnya sperma yang berwarna putih jika daerah urogenitalnya dipijit atau diurut. 
2.2.3 Pengambilan Telur dan Sperma
Pengambilan telur dan sperma ikan mas akan dilakukan setelah nampak tanda-tanda ikan akan memijah.  Menurut Mukti (2005), setelah nampak tanda-tanda ikan mulai memijah, induk ikan mas betina dan jantan ditangkap dan dilakukan pengurutan di bagian abdominal (stripping) untuk mendapatkan (koleksi) telur dan sperma ikan mas. Telur-telur yang diperoleh kemudian ditampung dalam mangkok plastik kering, sedangkan sperma ditampung dalam tabung reaksi.
2.2.4 Fertilisasi buatan dan perlakuan kejutan panas
Setelah dilakukan pengambilan sperma dan telur, kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan yaitu fertilisasi buatan dan perlakuan kejutan panas.  Menurut Mukti,dkk (2001), perlakuan poliploidisasi dilakukan melalui tahapan-tahapannya sebagai berikut: telur ikan mas dalam petridisk hasil stripping diambil mempergunakan spatula dan diletakkan dalam petridisk bersih dan kering. Selanjutnya, larutan sperma diteteskan pada telur sebanyak 2-3 tetes dan dilakukan pengadukan (dicampur) secara perlahan menggunakan bulu ayam.  Kemudian, campuran larutan sperma dan telur ditambahkan air bersih sebanyak 3-4 tetes untuk melangsungkan proses fertilisasi telur dan secara perlahan-lahan diaduk mempergunakan bulu ayam. Setelah satu menit, telur yang telah terfertilisasi dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan dan disebar pada masing-masing saringan yang telah ditempatkan dalam wadah berisi larutan urea dan garam 3:4 untuk 1 liter air.  Telur - telur terfertilisasi dalam kelompok tetraploidisasi, 29 menit setelah fertilisasi dilakukan perlakuan kejutan suhu panas 40°C selama 1,5 menit.

2.2.5 Penanganan telur dan larva
Setelah perlakuan kejutan panas, telur dipindahkan kedalam wadah berupa akuarium untuk  proses penetasan dan selanjutnya akan dilakukan pengamatan embrio dibawah mikroskop.  Menurut Partosuwiryo dan Warseno (2011), Sesudah menetas, larva dibiarkan terlebih dahulu selama dua hari, dengan tujuan agar kondisi tubuh larva menjadi kuat.  Dalam waktu itu  larva tidak membutuhkan pakan tambahan karena masih mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur.  Pakan cadangan ini akan habis dalam waktu 2-4 hari. 
2.2.6 Pengukuran Kualitas Air
Dalam pemeliharaan larva akan dilakukan pengukuran kualitas air.  Parameter yang nantinya akan diukur yaitu suhu, oksigen terlarut (DO), dan pH.  Menurut Kordi (2000) Oksigen terlarut di dalam air 5-6 ppm dianggap paling ideal untuk tumbuh dan berkembang biak ikan di kolam dan tambak.  Kebutuhan oksigen untuk tiap jenis biota air berbeda-beda tergantung jenis dan kemampuan untuk mentolerir fluktuasi (naik turunnya oksigen).  Suhu juga mempengaruhi selera makan ikan. ternyata ikan relatif lahap makan pada pagi dan sore hari sewaktu suhu air berkisar antara 25-270C. 
Keasaman air atau yang populer dengan istilah pH sangat berperan dalam kehidupan ikan.  Pada yang sangat cocok untuk semua jenis ikan berkisar antara umumnya pH 6,7- 8,6 (Susanto, 1987).

DAFTAR PUSTAKA
Kordi, 2000. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Bina Adiaksara, Jakarta.

Kadi, A. Manipulasi Poliploidi Untuk Memperoleh Jenis Baru Yang Unggul. Oseana, Volume XXXII, Nomor 4, Tahun 2007 : 1 – 11.

Khairuman dan Amri,K.2008. Buku Pintar Budi Daya 15 Ikan Konsumsi. Penerbit Agro Media Pustaka.Jakarta

Mukti, A,T. Perbedaan keberhasilan Tingkat poliploidisasi ikan mas(Cyprinus carpio Linn.) melalui kejutan panas. Berk. Penel. Hayat i: 10 (133–138), 2005.

Mukti, A.T.; Rustidja; J.B. Sumitro dan M.S. djati 2001. Poliploidisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Biosain,1(1): 22-36.

Susanto, H.,1987. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Susanto,Heru dan Agus Rochdianto, 1999. Kiat Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis.  Penebar Swadaya, Jakarta.

Utiah, A dan Sinjal,H. Tingkat Keberhasilan Triploidisasi Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L) Yang Diberi Kejutan Suhu Panas Dengan Lama Waktu Kejutan Suhu Yang Berbeda. Pacific Journal. Juni 2012. Vol. 2 (7) : 1350 – 1353.

Warseno, Y dan Partosuwiryo, S. 2011. Kiat Sukses Budidaya Ikan Mas.Penerbit :PT Citra Aji Parama, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar