Jumat, 31 Mei 2013

Proposal PKL Teknik Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus carpio)



I.      PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Indonesia memiliki perairan tawar yang sangat luas dan berpotensi besar untuk usaha budidaya berbagai macam jenis ikan air tawar sehingga mampu memproduksi dan mengeksploitasi dan memenuhi kebutuhan akan sumberdaya perairan guna meningkatkan kualitas pertumbuhan bagi masyarakat luas.  Dewasa ini sumber daya alam semakin menipis. Ikan masih sangat dibutuhkan akan tetapi ketersediaan tidak mencukupi untuk kebutuhan manusia di dunia ini, dengan keadaan seperti itu, muncullah keinginan manusia untuk berusaha membudidayakan agar kebutuhan akan ikan dapat terpenuhi.
Ikan mas (Cyprinus carpio L.) dikenal sebagai salah satu komoditas budidaya perairan tawar karena nilai jualnya yang cukup baik di pasaran. Budidaya ikan mas banyak diusahakan dibeberapa daerah di Indonesia. Kegiatan budidaya yang dilakukan mulai dari pembenihan sampai pembesaran. Ikan mas dapat dibudidayakan pada berbagai media budidaya seperti karamba jaring apung maupun kolam. Menurut Rukmana (2006), ikan mas merupakan salah satu dari 15 jenis komoditas ikan yang ditujukan untuk peningkatan produksi dan pendapatan petani, serta pemenuhan sasaran peningkatan gizi masyarakat.
Pembenihan ikan mas  perlu untuk dilakukan dalam rangkaian proses budidaya perairan tawar karena ketersediaan benih di alam yang tidak selalu ada secara terus menerus sementara permintaan konsumen terhadap ikan mas terus meningkat. Pembenihan ikan mas relatif mudah dilakukan karena ikan ini dapat memijah secara alami maupun buatan dengan teknik hipofisasi atau penyuntikan hormon fisiologis. Ikan mas dapat memijah dengan baik secara alami apabila lingkungan tempat budidaya dibuat menyerupai habitat asli ikan mas di alam.
Salah satu kendala yang di alami oleh para konsumen saat ini adalah ketersediaan benih yang terbatas. Berdasarkan hal tersebut, maka usaha pembenihan ikan mas yang dilakukan di Unit Pembenihan Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, merupakan suatu usaha dalam menyediakan benih secara berkesinambungan mengingat tingginya permintaan masyarakat terhadap ikan mas yang berkualitas baik sebagai salah satu produk ikan konsumsi perairan tawar.
1.2    Tujuan dan Manfaat
Tujuan Praktek Kerja Lapang adalah untuk mempelajari prosedur teknis serta memperoleh keterampilan dalam hal pelaksanaan pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio L.) di Unit Pembenihan Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi.
Kegunaan dari Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah menambah wawasan serta bahan informasi bagi mahasiswa dan masyarakat dalam kegiatan pembenihan ikan mas serta sebagai bahan masukan untuk meningkatkan keterampilan bagi para pembudidaya ikan mas khususnya pada kegiatan pembenihan.
II.  METODE PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANG
2.1  Waktu dan Tempat
            Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan selama 2 bulan yakni mulai tanggal 7 Desember sampai dengan 7 Februari 2013.  Tempat PKL di Unit Pembenihan Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan, Desa Mpanau Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi.
2.2 Kegiatan Yang Akan Dilaksanakan
2.2.1 Pengenalan organisme yang akan digunakan
      Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1986) sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio L.
Secara umum karakteristik ikan mas memiliki bentuk tubuh yang agak memanjang dan sedikit memipih ke samping (compressed). Sebagian besar tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik kecuali pada beberapa strain yang memiliki sedikit sisik. Moncongnya terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Pada bibirnya yang lunak terdapat dua pasang sungut. Pada bagian dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) sebanyak tiga baris berbentuk geraham. Memiliki sirip ekor menyerupai cagak ( Pribadi dkk, 2002).
2.2.2   Pemeliharaan Induk
Menurut Susanto (2003), kolam perawatan induk berfungsi sebagai tempat penyimpanan induk-induk ikan yang akan dikawinkan dan tempat pemeliharaan induk setelah dipijahkan, selanjutnya ditambahkan oleh Jangkaru (2006), perawatan induk dan calon induk dilakukan secara terpisah antara ikan jantan dan betina. Perawatan induk dan calon induk yang dilakukan secara terpisah akan memberi keuntungan, antara lain tidak terjadi pemijahan liar, pemasangan induk dapat diatur, proses pematangan gonad berlangsung lebih cepat dan penjadwalan pemijahan dapat dilakukan lebih tepat.
Menurut Rukmana ( 2006), induk ikan mas diberi makanan 2 kali per hari sebanyak 2%-3% dari berat badan dengan kandungan protein makanan tersebut berkisar 20%-30%. 
2.2.3 Seleksi Induk
Induk yang akan digunakan untuk praktek adalah induk ikan mas (Cyprinus carpio) yang sudah matang gonad dan siap pijah. Menurut Amri dan Khairuman (2008), induk mas betina yang sudah matang gonad memiliki ciri-ciri yaitu bagian perutnya tampak gendut dan tampak menggelambir jika dilihat dari atas. Apabila diraba, perutnya terasa lembek dan disekitar lubang urogenitalinya tampak memerah dan akan keluar telurnya jika dipijit. Induk jantan yang sudah matang gonad memiliki ciri-ciri yaitu ditandai dengan keluarnya sperma yang berwarna putih jika daerah urogenitalnya dipijit atau diurut.
2.2.4    Persiapan Bak Pemijahan
Bak-bak budidaya dan seluruh peralatan yang akan digunakan dalam proses  pemijahan disiapkan dengan cara membersihkan agar bebas dari penyakit.  Pembersihan bak dilakukan dengan cara menyikat kotoran-kotoran yang melekat pada permukaan kemudian dikeringkan. Bak yang di gunakan untuk pemijahan berdidinding beton berukuran 3 x 6 m dengan kedalaman 70 cm. 
2.2.5 Pemijahan
       Pemijahan yang di lakukan adalah merupakan pemijahan alami. Induk mas yang telah diseleksi dan siap memijah kemudian dimasukkan ke dalam bak pemijahan berukuran 3 x 6 m. Induk ikan Mas yang dimasukkan ke dalam bak pemijahan berbanding 2 : 1 atau 6 ekor jantan dan 1 ekor betina. Perbandingan induk jantan dan betina adalah 1:1 berdasarkan berat. Seekor induk betina seberat 5 kg dalam sebuah tempat pemijahan harus dipijahkan bersama induk jantan dengan berat yang sama meskipun jumlahnya ada 6-7 ekor (Susanto dan Rochdianto 1997).
2.2.6 Penetasan Telur
Telur ikan berwarna kuning jernih.  Telur menetas setelah 2 hari atau 56 jam setelah dibuahi. Telur yang tidak menetas berwarna putih susu dan terdapat serat-serat halus berwarna putih pada telur. Menurut (Kordi, 2010) Telur ikan yang terserang jamur tampak ditumbuhi sekumpulan mycelium jamur yang menyerupai gumpalan benang-benag halus berwarna putih. Telur yang telah terserang jamur adalah telur-telur  yang tidak dibuahi atau yang berkualitas buruk. Jamur yang biasanya menyerang telur ikan adalah Saprolegnia dan Achlya (Jangkaru, 2006).
2.2.7 Pemeliharaan Larva
Larva ikan mas (Cyprinus carpio) yang baru menetas, pada umumnya masih mempunyai cadangan makanan didalam tubuhnya berupa kuning telur. Partosuwiryo dan Warseno (2011), Sesudah menetas, larva dibiarkan terlebih dahulu selama dua hari, dengan tujuan agar kondisi tubuh larva menjadi kuat. Dalam waktu itu  larva tidak membutuhkan pakan tambahan karena masih mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur.  Pakan cadangan ini akan habis dalam waktu 2-4 hari. 
2.2.8 Persiapan Kolam Pendederan
            Persiapan kolam pendederan  dilakukan bersamaan saat induk dipijahkan dengan lama waktu persiapan kolam sekitar 1 minggu. Luas area kolam pendederan adalah 216 m2 . Persiapan kolam yang dilakukan antara lain, pengeringan dasar kolam, pemupukan dan pengisian air.
2.2.9 Pendederan
            Larva ikan mas yang telah memasuki usia 5 hari dari waktu penetasan, dan telah dilakukan masa pemeliharaan, kemudian ditebar ke kolam pendederan. Pendederan adalah kelanjutan pemeliharaan benih ikan mas dari hasil kegiatan pembenihan untuk mencapai ukuran tertentu yang siap dibesarkan. Penebaran benih ke kolam pendederan dilaksanakan 5-7 hari setelah masa persiapan kolam selesai dan kolam telah ditumbuhi makanan alami (Kahiruman dkk, 2005).
Sebelum benih pada kolam pendederan 1 dipindahkan ke kolam pendederan 2, terlebih dahulu kolam dikeringkan kemudian dilakukan pengapuran dan pemupukan sama seperti pada kolam pendederan 1. Pemeliharaan benih  pada pendederan 2 (P2) dilakukan selama 4 minggu.
2.2.0. Pemanenan Benih
Pemilihan waktu panen yang tepat adalah saat suhu masih rendah, yaitu, pada waktu pagi atau sore hari. Benih ikan akan mengalami stres ketika terkena sengatan panas matahari. Jika panen belum selesai sementara suhu udara mulai tinggi, sebaiknya kegiatan panen dihentikan dan kolam harus diairi kembali hingga penuh (Kahiruman dkk, 2005).

DAFTAR PUSTAKA
Jangkaru, Z., 2006. Memacu Pertumbuhan Gurami. Penebar Swadaya, Jakarta.
Khairuman, Sudenda. D dan Gunadi. B.,  2008. Budidaya Ikan Mas Secara Intensif  Revisi. Agromedia Putaka, Jakarta.
Khairuman, Sudenda.D dan Gunadi.B.,  2005. Budidaya Ikan Mas Secara Intensif  Agromedia Putaka, Jakarta
Pribadi, T.S., Muharnanto, Endah. J., Listyarini.T dan Herlina. R., 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras. Agromedia Putaka, Jakarta.
Rukmana, R.H., 2006. Ikan Mas (Pembenihan dan Pembesaran). Aneka Ilmu, Semarang
Saanin.,1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta, Bandung.
Susanto, H., 2003. Membuat Kolam Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susanto,Heru dan Agus Rochdianto, 1999. Kiat Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis.  Penebar Swadaya, Jakarta.

Warseno, Y dan Partosuwiryo, S. 2011. Kiat Sukses Budidaya Ikan Mas.Penerbit :PT Citra Aji Parama, Yogyakarta.


Makalah Budidaya Ikan Mas



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan mas (Cyprinus carpio, L.) merupakan spesies ikan air tawar yang sudah lama dibudidayakandan terdomestikasi dengan baik di dunia. Di Cina, para petani telah membudidayakan sekitar 4000 tahun yang lalu sedangkan di Eropa beberapa ratus tahun yang lalu. Sejumlah varietas dan subvarietas ikan mas telah banyak dibudidayakan Asia Tenggara sebagai ikan konsumsi dan ikan hias
Ketersediaan benih sebagai unsur yang mutlak dalam budidaya. Usaha budidaya tidak cukup bila hanya mengandalkan benih secara alami, karena bersifat musiman seperti ikan mas (Cyprinus carpio, L) yang ditemukan hanya pada awal musim hujan. Penyediaan benih tidak hanya dalam jumlah yang cukup dan terus-menerus, tetapi diperlukan mutu yang baik serta tepat sasaran.
Sejalan dengan perkembangan teknologi diberbagai bidang ilmu termasuk bidang perikanan, budidaya ikan sedang mengarah ke berbagai budidaya intensif. Intensifikasi di bidang perikanan menuntut adanya ketersediaan benih dalam jumlah dan mutu yang memadai secara kontinyu. Kontinyuitas ketersediaan benih tersebut membutuhkan kegiatan pembenihan yang intensif pula. Pembenihan yang intensif membutuhkan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu, penggalian ilmu pengetahuan dan teknologi adalah kegiatan praktikum di lapangan bagi mahasiswa perikanan.
Pemijahan dapat dilakukan dengan cara alami atau buatan. Pemijahan alami dimaksudkan pemijahan yang dilakukan secara alami antara jantan dan betina di dalam media pemijahan. Sedangkan pemijahan buatan dilakukan di luar media pemijahan, biasanya dilakukan dengan bantuan manusia atau dengan stripping (pemijahan). Saat ini, telah dijual dipasaran hormon gonadotropin yang dibuat dari ekstrak kelenjar hipofisa, ikan salmon dengan nama dagang ovaprim produksi Syndel Co, Vancoaver, Canada.
Adanya keberhasilan penemuan ekstrak hormon tersebut dapat memacu terjadinya peningkatan proses pemijahan. Sehingga, dalam usaha kegiatan pemijahan ikan akan memberikan dan meningkatkan hasil benih ikan yang berkualitas.

1.2 Tujuan
  1. Mahasiswa dapat memahami kaitannya dengan aplikasi hormon untuk kegiatan pemijahan ikan.
  2. Mahasiswa Dapat Mengaplikasi teori yang di dapat dalam penyusunan Makalah Ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
  
2.1. Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio L)

Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
    Anak kelas : Actinopterygii
            Bangsa : Cypriniformes
                  Suku : Cyprinidae
                      Marga : Cyprinus
                          Jenis : Cyprinus carpio L.


2.2  Jenis Dan Morfologi Ikan Mas
 Saat ini ikan mas mempunyai banyak ras atau stain. Perbedaan sifat dan ciri dari ras disebabkan oleh adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan kolam, musim dan cara pemeliharaan yang terlihat dari penampilan bentuk fisik, bentuk tubuh dan warnanya. Adapun ciri-ciri dari beberapa strain ikan mas adalah sebagai berikut:
  1. Ikan mas punten: sisik berwarna hijau gelap; potongan badan paling pendek; bagian punggung tinggi melebar; mata agak menonjol; gerakannya gesit; perbandingan antara panjang badan dan tinggi badan antara 2,3:1.
  2. Ikan mas majalaya: sisik berwarna hijau keabu-abuan dengan tepi sisik lebih gelap; punggung tinggi; badannya relatif pendek; gerakannya lamban, bila diberi makanan suka berenang di permukaan air; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,2:1.
  3. Ikan mas si nyonya: sisik berwarna kuning muda; badan relatif panjang; mata pada ikan muda tidak menonjol, sedangkan ikan dewasa bermata sipit; gerakannya lamban, lebih suka berada di permukaan air; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,6:1.
  4. Ikan mas taiwan: sisik berwarna hijau kekuning-kuningan; badan relatif panjang; penampang punggung membulat; mata agak menonjol; gerakan lebih gesit dan aktif; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,5:1.
  5. Ikan mas koi: bentuk badan bulat panjang dan bersisisk penuh; warna sisik bermacam-macam seperti putih, kuning, merah menyala, atau kombinasi dari warna-warna tersebut. Beberapa ras koi adalah long tail Indonesian carp, long tail platinm nishikigoi, platinum nishikigoi, long tail shusui nishikigoi, shusi nishikigoi, kohaku hishikigoi, lonh tail hishikigoi, taishusanshoku nshikigoi dan long tail taishusanshoku nishikigoi. Dari sekian banyak strain ikan mas, di Jawa Barat ikan mas punten kurang berkembang karena diduga orang Jawa Barat lebih menyukai ikan mas yang berbadan relatif panjang. Ikan mas majalaya termasuk jenis unggul yang banyak dibudidayakan.
2.3    Pembenihan ikan mas

             Hal yang paling penting dalam pembenihan ialah dalam hal pemeliharaan induk dan seleksi induk. Dibawah ini paparan mengenai pemeliharaan dan seleksi induk
a.    Pemeliharaan Induk
  • Untuk Jantan dan betina dipelihara terpisah
  • Umur dan bobot     : 1.5 – 2 tahun  dengan bobot diatas 2 Kg untuk Betina dan 8 Bulan dengan bobot jantan diatas 0.5 Kg untuk Jantan
  • Media yang bisa dipakai adalah kolam air tenang dan kolam air deras
  • Untuk pakan menggunakan pellet degan kadar protein 28-30%
  • Dosis pemberikan pakan adalah 3% dari bobot tubuh
  • Untuk pemulihan induk betina 2-3 bulan dan untuk jantan 1 bulan
b.    Seleksi Induk
  • Induk harus sesuai deengan standar baik berat maupun umur
  • Tidak sekerabat
  • Jantan yang siap pijah bila distriping keluar sperma putih, namun dalam pemijitan haruslah hati hati jangan sampai sperma yang di keluarkan terlalu banyak yang berakibat pada saat pembuahan persedian sperma berkurang
  • Untuk betina perut buncit bila dipijit terasa lunak
  • Genital kemerahan dan agak membengkak untuk betina
  • Pergerakan lamban untuk betina dikarnakan sedang mengandung telur yang banyak.
Untuk pemijahan ikan mas terbagi kedalam 2 teknik diantaranya secara alami dan pemberian hormon.

a.      Pemijahan alami

      Pemijahan secara alami dilakukan bisa dimedia bak ataupun di kolam tanah, dimana kita sediakan kakaban baik itu media bak maupun kolam tanah. Untuk media kolam tanah biasa menggunakan hapa berukuran panjang 6 meter dan lebar 2 meter dimana induk jantan dan betina disatukan dalam hapa yang telah terisi kakaban. Untuk perbanding banyaknya indukan biasanya 1:5 atau 6 dimana betina 1 jantan nya 5 atau 6 ekor, pemijahan/kawin biasa pada malam hari, dan keesokan harinya telur sudah menempel pada kakaban. Untuk tahap selanjutnya adalah pengangkatan induk baik jantan maupun betina diangkat dan dipindahkan pada media kolam tempat pemeliharaan induk.

b.     Pemijahan menggunakan Hormon

      Pemijahan menggunakan hormon adalah pemijahan secara buatan dimana induk betina disuntik dengan hormon ovaprim dengan dosis 1 kg menggunakan hormon 0,5 ml dengan 2 kali penyuntikan dimana penyuntikan pertama 1/3 setelah 8 jam penyuntikan dilakukan 2/3 nya. Setelah telur ada yang keluar dari indukan betina saat itulah dilakukan striping atau pengurutan dimana telur yang keluar diaduk dengan sperma jantan yang telah di campur dengan Nacl. Telur yang telah telah diaduk dengan sperma lalu di tebar pada kakaban/ijuk yang telah di letakan pada media bak atupun media kolam.

2.    Pendederan

       Pendederan biasa dilakukan pada media kolam air tenang dimana sebelumnya kolam yang akan dipakai sudah melalui pemupukan dan pengapuran. Ketinggian air pada pase pendederan adalah 40-70 cm. untuk penggunaan media air tenang selain di kolam tanah bisa juga disawah yang belum ditanami padi atau pun padi yang baru tanam. Ada hal yang harus diperhatikan pada persiapan kolam atau sawah dimana kondisi kolam haruslah tidak bocor dan sudah menggunakan kamalir atau parit yang diujungnya telah tersedia kobakan supaya memudahkan pada saat pemanenan. ukuran yang dihasilkan pada masa pendederan biasanya antara 2-3 cm sampai dengan 4-5 cm.

3.        Pembesaran.

         Untuk pembesaran media yang dipakai biasanya adalah media kolam jaring apung, kolam air deras  atau di karamba. Media yang menggunakan jaring terapung dengan tebar ukuran berat benih 10 gram untuk kapasitas tebar 100 ekor/m3 dengan lama pemeliharaan 3 bulan dengan pemberiat pellet 3-4% dari bobot tubuh, sedangkan pada media kolam air deras dengan tebar ukuran berat benih 20-30 gram/ekor untuk kapasitas tebar 100 ekor/m3 dengan lama pemeliharaan       4abulan.
Melihat hal tersebut diatas ada perbedaan percepatan pertumbuhan antara pemeliharaan pembesaran di jarring terapung dengan pemeliharaan di kolam air deras, dimana pembesaran di jaring terapung lebih cepat besar itu dikarnakan suhu dan kadar oksigen dalam air relative stabil dan menunjang untuk percepatan pertumbuhan ikan.

Sedangkan ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
1.     Betina

  •    Badan bagian perut besar, buncit dan lembek.

  •    Gerakan lambat, pada malam hari biasanya loncat-loncat.

  •    Jika perut distriping mengeluarkan cairan berwarna kuning.

2.     Jantan

  •    Badan tampak langsing.

  •    Gerakan lincah dan gesit.

  •    Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.

    
2.3. Reproduksi Ikan mas (Cyprinus carpio L)
   Reproduksi pada ikan dikontrol oleh kelenjar pituitari yaitu kelenjar hipotalamus, hipofisis – gonad, hal tersebut dipengaruhi oleh adanya pengaruh dari lingkungan yaitu temperatur, cahaya, cuaca yang diterima oleh reseptor dan kemudian diteruskan ke sistem syaraf kemudian hipotalamus melepaskan hormon gonad yang merangsang kelenjar hipofisa serta mengontrol perkembangan dan kematangan gonad dalam pemijahan (Sumantadinata, 1981).
Reproduksi merupakan kemampuan indivudu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Ikan memiliki ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah laku dan habitatnya.          Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun ukurannya kecil, sehingga sintasan rendah. Sebaliknya ikan  memiliki telur sedikit, ukurannya besar. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air  berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungnya (Fujaya, 2004).
 Pemijahan adalah proses perkawinan antara ikan jantan dan ikan betina yang mengeluarkan sel telur dari betina, sel sperma dari jantan dan terjadi di luar tubuh ikan (eksternal). Dalam budidaya ikan, teknik pemijahan ikan dapat dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu:
  1. Pemijahan ikan secara alami, yaitu pemijahan ikan tanpa campur tangan manusia, terjadi secara alamiah (tanpa pemberian rangsangan hormon),
  2. Pemijahan secara semi intensif, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad, tetapi proses ovulasinya terjadi secara alamiah di kolam,
  3. Pemijahan ikan secara intensif, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad serta proses ovulasinya dilakukan secara buatan dengan teknik stripping atau pengurutan (Gusrina, 2008).
2.4. Induk Ikan mas (Cyprinus carpio L)
Menurut Sumantadinata (1981) ikan betina matang kelamin dicirikan dengan perut yang relatif membesar dan lunak bila diraba, dari lubang genital keluar cairan jernih kekuningan, naluri gerakan lambat, postur tubuh gemuk, warna tubuh kelabu kekuningan, dan lubang genital berbentuk bulat telur agak melebar dan membengkak. Sedangkan ciri ikan jantan yang sudah matang kelamin yaitu mudah mengeluarkan sperma (milt) jika perutnya diurut (stripping), naluri gerakkannya lincah, postur tubuh dan perut ramping, warna tubuh kehijauan dan kadang gelap, lubang urogenital agak menonjol serta sirip dada kasar dan perutnya keras.
Ovulasi adalah proses keluarnya sel telur (oosit) yang telah matang dari folikel dan masuk ke dalam rongga ovarium atau rongga perut (Nagahama, 1990 dalam Gusrina, 2008). Menurut Gusrina (2008) pelepasan telur terjadi akibat:
  1. Telur membesar,
  2. Adanya kontraksi aktif dari folikel (bertindak sebagai otot halus) yang menekan sel telur keluar,
  3. Daerah tertentu pada folikel melemah, membentuk benjolan hingga pecah dan terbentuk lubang pelepasan hingga telur keluar (enzim yang berperan dalam pemecahan diding folikel: protease iplasmin kemudian diikuti oleh hormon prostaglandin F2a (PGF2a) atau chotecholamin yang merangsang kontraksi aktif dari folikel).
Telur ikan mas (Cyprinus carpio L) banyak mengandung kuning telur yang mengumpul pada suatu kutub, tipe telur yang demikian dinamakan Telolechital (Sumantadinata, 1981). Ditambahkan pula oleh Djajareja dkk (1977) dalam Triyani (2002) warna telur ikan ini transparan dan bersifat demersal (terbenam di dasar perairan). Sementara menurut Soeminto dkk (1995) dalam Triyani (2002) telur ikan ini diameter berkisar antara 0,8 mm – 1,2 mm.
Menurut Cassie dan Effendie (1979) berat rata – rata dan panjang total untuk ikan mas diantaranya:
  1. Berat rata – rata induk betina 200,7 gram, panjang total rata – rata induk betina 28,7 cm, dan
  2. Berat rata – rata induk jantan 187,3 gram, panjang total rata – rata induk jantan 28,2 cm.
2.5. Hormon Ovaprim Yang digunakan Dalam Pemijahan Ikan Mas
Hormon merupakan suatu senyawa yang ekskresikan oleh kelenjar endokrin, dimana kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu yang tidak memiliki saluran (Zairin, 2002). Kelenjar endokrin pada ikan menurut Lagler et al. (1962) dalam Gusrina (2008) terdapat beberapa organ antara lain adalah pituitari, pineal, thymus, jaringan ginjal, jaringan kromaffin, interregnal tissue, corpuscles of stannus, thyroid, ultibranchial, pancreatic islets, intestinal tissue, intestitial tissue of gonads dan urohypophysis.
Hormon juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas pada ikan. Dosis hormon yang diberikan sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan selanjutnya akan mempengaruhi nilai ekonomis jika pemberian hormon dosisnya terlalu rendah maka akan menyebabkan proses sex reversal yang berlangsung kurang sempurna (Zairin, 2002).
Ovaprim adalah campuran analog salmon GnRH dan Anti dopamine dinyatakan bahwa setiap 1 mL ovaprim mengandung 20 mg sGnRH-a (D-Arg6-Trp7, Lcu8,Prog-NET) – LHRH dan 10 mg Anti dopamine. Ovaprim juga berperan dalam memacu terjadinya ovulasi. Pada proses pematangan gonad GnRH analog yang terkandung di dalamnya berperan merangsang hipofisa untuk melepaskan gonadotropin. Sedangkan sekresi gonadotropin akan dihambat oleh dopamine. Bila dopamine dihalangi dengan antagonisnya maka peran dopamine akan terhenti, sehingga sekresi gonadotropin akan meningkat (Gusrina, 2008).

2.6. Penyuntikan Induk
Menurut Sutisna dan Sutarmanto (1995), teknik penyuntikan dengan arah jarum suntik membuat sudut 600 dari ekor bagian belakang dan jarum dimasukkan sedalam kurang lebih 1,5 cm. Hal ini ditujukkan supaya ovaprim benar – benar masuk ke bagian organ target. Pada saat dilakukan penyuntikan sebaiknya ikan dibungkus dengan jarring agar tidak lepas. Pada ikan yang lebih besar biasanya penyuntikkan dilakukan lebih dari satu orang, yakni orang pertama memegang ekor dan kepala, sedangkan orang yang lainnya menyuntikkan hormon ovaprim. Santoso (1997) menambahkan penyuntikan disarankan mengarah ke bagian depan (arah kepala) ikan, agar tidak mengenai organ bagian pencernaan dan tulang ikan. Apabila mengenai organ tersebut maka proses penyuntikkan tidak akan memacu kelenjar hipofisa untuk mengeluarkan hormon GnRH dalam proses pemijahan (tidak terjadinya proses pemijahan).
Teknik penyuntikan hormon pada ikan ada 3 yaitu intra muscular (penyuntikan kedalam otot), intra peritorial (penyuntikan pada rongga perut), dan intra cranial (penyuntikan di kepala) (Susanto, 1999). Dari ketiga teknik penyuntikkan yang paling umum dan mudah dilakukan adalah intra muscular, karena pada bagian ini tidak merusak organ yang penting bagi ikan dalam melakukan proses metabolisme seperti biasanya dan tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan dengan lainnya. Menurut Muhammad dkk (2001) secara intra muscular yaitu pada 5 sisik ke belakang dan 2 sisik ke bawah bagian sirip punggung ikan.

Proses atau cara kerja pengunaan hormon dalam Melakukan penyuntikan Pada Ikan Mas
1.     Disiapkan ikan jantan dan betina pada akuarium yang telah disiapkan.
2.     Diambil larutan hormon ovaprim dengan menggunakan alat suntik sesuai dengan dosis yang sudah ditentukan.
3.     Diambil ikan betina dengan tangan dan diusahakan jangan lepas, kemudian larutan ovaprim yang sudah ditambahkan dengan akuades sehingga didalam alat suntik menunjukkan banyaknya ovaprim dan akuades 2 cc.
4.     Ikan yang sudah dipegang, dengan hati-hati alat suntik ditusukkan pada bagian punggung ikan antara sirip punggung jari-jari yang ketiga dan jarak 3 sisik ke bawah.
5.     Alat suntik dimasukkan pada bagian bawah sisik, hal ini dilakukan agar ikan tidak stress.
6.     Disuntikan hormon ovaprim yang bercampur dengan akuades ke dalam ikan dengan kemiring ± 600 (sudut).
7.     Untuk ikan betina dosis yang diberikan untuk suntikkan pertama dari dosis 2 cc ovaprim dan akuades sebanyak 1,2 cc, sedangkan untuk suntikkan yang kedua apabila ikan tidak berhasil memijah setengah bagian dari dosis keseluruhan.
8.     Setelah ikan diberikan suntikkan hormon ovaprim, ikan betina diletakkan kembali ke dalam akuarium yang telah disiapkan.
9.     Selanjutnya ikan jantan diambil seperti halnya yang dilakukan pada ikan berina, namun untuk dosis ikan betina pada penyuntikkan pertama diberi dosis 0,8 cc, dan apabila penyuntikkan pertama gagal memijah, maka sama halnya seperti ikan betina yaitu untuk penyuntikkan yang kedua sebagian dari dosis keseluruhan.
10.  Setelah proses penyuntikkan, diamati 6 jam kemudian. Apabila tidak terjadi pemijahan maka dilakukan penyuntikkan untuk kali kedua dan diamati lagi setelah 6 – 8 jam kemudian. 
DAFTAR PUSTAKA
  DAMANA, Rahman. 1990. Pembenihan Ikan Mas Secara Intensif dalam Sinar Tani. 2 ,Juni  1990.
GUNAWAN. Mengenal Cara Pemijahan Ikan Mas dalam Sinar Tani. 27 Agustus 1988.
RUKMANA, Rahmat. 1991. Budidaya Ikan Mas, Untungnya Bagai Menabung Emas dalam Sinar Tani. 13 Februari 199.
Susanto, H. 2001. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Susanto, H. 1999. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis. Penebar Swadaya, Jakarta.