1.1
Latar Belakang
Pembenihan adalah salah satu bentuk unit pengembangan budidaya ikan.
Pembenihan ini merupakan salah satu titik awal untuk memulai budidaya. Ikan
yang akan dibudidayakan harus dapat tumbuh dan berkembang biak agar kontinuitas
produksi budidaya dapat berkelanjutan. Untuk dapat menghasilkan benih yang
bermutu dalam jumlah yang memadai dan waktu yang tepat mesti diimbangi dengan
pengoptimalan penanganan induk dan larva yang dihasilkan melalui pembenihan
yang baik dan berkualitas. Pembenihan dengan ikut campur tangan manusia atau
fertilisasi buatan sudah dapat dilakukan pada berbagai jenis ikan, khususnya
bagi ikan yang penjualannya tinggi di pasaran di antaranya komoditas ikan air
tawar seperti lele, nila, gurami dan lain-lain.
Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang
dan kulit licin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa,
telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu
aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele
berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah
pada musim penghujan (Suyanto, 1991). Sehingga pemijahan ikan ini terkendala
akan musim, untuk itu pemenuhan akan bibit ikan lele yang bermutu dan sesuai
dengan waktu akan sulit terpenuhi.
Salah satu cara mengatasi masalah di atas dapat dengan pemijahan
buatan pada ikan lele yang dimana pemijahan buatan dapat dilakukan dengan
pemberian hormon. Pemberian hormon ini akan membantu fertilisasi ikan tanpa
perlu terkendala musim, sehingga dapat dipijahkan kapanpun sesuai keinginan. Oleh
karena itu, praktikum teknologi pembenihan ikan ini sangat diperlukan untuk
menambah wawasan mahasiswa dalam mengetahui teknik-teknik dan hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pembenihan ikan. Mulai dari seksualitas primer dan
sekunder ikan, teknik pembuatan ekstraksi kelenjar pituitary, teknik fertilisasi buatan hingga pada penanganan dan
perkembangan telur.
1.2
Tujuan dan Kegunaan
Adapun
tujuan dari pelaksanaan praktikum Manajemen Hatchery ini adalah agar dapat
mengetahui serta dapat mempelajari secara langsung tata cara usaha pembenihan
ikan serta sarana dan prasarana penunjang usaha tersebut untuk meningkatkan
sumber daya dalam usaha budidaya. Kegunaan dari pelaksanaan praktikum yaitu
dapat mengaplikasikan berbagai ilmu yang diperoleh dalam usaha pembenihan agar
dapat meningkatkan kualitas organisme yang dibudidayakan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus):
Kingdom : Animalia
Phylum :
Chordata
Sub-phylum
: Vertebrata
Kelas
: Pisces
Ordo
: Ostariophysi
Familia
: Clariidae
Genus
: Clarias
Species
: Clarias gariepinus.
Tubuhnya berbentuk silinder, dengan kepala pipih ke bawah (depressed),
sedangkan bagian belakang tubuhnya berbentuk pipih kesamping (compressed),
Kepala bagian atas dan bawah tertutup oleh pelat tulang. Pelat ini membentuk
ruangan rongga di atas insang. Disinilah terdapat alat pernapasan tambahan yang
tergabung dengan busur insang kedua dan keempat. Mulut berada diujung moncong (terminal),
dengan dihiasi 4 pasang sungut. Lubang hidung yang di depan merupakan tabung
pendek yang berada di belakang bibir atas, lubang hidung sebelah belakang
merupakan celah bundar yang berada di belakang sungut nasal. Mata kecil dengan
tepi orbital yang bebas. Sirip ekor membulat, tidak bergabung dengan sirip
punggung maupun sirip anal. Sirip perut berbentuk membulat dan panjangnya
mencapai sirip anal. Sirip dada dilengkapi sepasang duri tajam/patil yang
memiliki panjang maksimum mencapai 400 mm. Ciri-ciri induk betina ikan lele
adalah genital papila berbentuk bundar (oval), bagian perut relatif lebih
besar, gerakan lambat, jika di raba bagian perut terasa lembek dan alat kelamin
berwarna kemerah merahan. Sedangkan induk jantan dicirikan dengan genitalnya
meruncing ke arah ekor, perut ramping dan pada ujung alat kelamin berwarna
kemerahan selain itu ada perubahan warna tubuh menjadi coklat kemerahan
(Suyanto, 1991).
Pembenihan ikan lele terbagi dalam 2 cara, yaitu : pertama secara alami, pemijahan
secara alami adalah pemijahan yang dilakukan di alam terbuka sesuai dengan
sifat hidupnya tanpa perlakuan dan bantuan manusia. Secara Disuntik Dengan Kelenjar Hipofisa Penyuntikan dengan kelenjar
hipofisa adalah pemijahan yang dilakukan dengan bantuan atau penanganan manusia
melalui pemberian kelenjar hormon hipofisa pada recipient (penerima)
yang berguna untuk melancarkan proses kematangan gonad, sehingga mempercepat
proses jalannya pemijahan ikan tersebut (Anonim, 2011).
Pemijahan
ikan lele secara alami dapat dilakukan dengan memijahkan induk jantan dan
betina tanpa perlakuan khusus. Induk ikan lele memijah berdasarkan kondisi alam
dan ikan itu sendiri. Kelemahan pemijahan secara alami adalah
pemijahan induk belum dapat diperkirakan waktunya sehingga ketersediaan telur
juga belum dapat diperkirakan. Pada ikan lele yang akan dilakukan pemijahan
secara buatan maka pengambilan sperma dilakukan dengan pembedahan perut induk
jantan. Selanjutnya sperma diambil dan dibersihkan dari darah dengan
menggunakan tissue. Kelenjar sperma dipotong-potong dengan menggunakan
gunting kemudian ditekan secara halus untuk mengeluarkan sel sperma dari
kelenjar sperma tersebut, lalu diencerkan di dalam larutan sodium clorida 0.9 %
dalam mangkuk plastik yang bersih. Pengurutan induk betina dilakukan
dengan hati-hati agar induk tersebut tidak terluka. Telur induk betina tersebut
ditampung dalam baki dan pada waktu yang bersamaan sperma yang telah disiapkan
sebelumnya dicampur dengan telur. Telur dan sperma diaduk menggunakan bulu
ayam. Setelah telur dan sperma tercampur merata, lalu ditambah air sampai semua
telur terendam dan biarkan beberapa menit agar semua telur terbuahi oleh
sperma. Air rendaman yang berwarna putih selanjutnya di buang (Gusrina, 2008).
Menurut
Tucker, C.S and Hargreaves, J.A. 2004 untuk penanganannya telur ikan lele
biasanya telurnya dilekatkan pada substrat. Telur yang telah menempel pada
kakaban dapat ditetaskan dalam wadah budidaya disesuaikan dengan sistem
budidaya yang akan diaplikasikan. Selama penetasan telur, air dialirkan terus
menerus. Seluruh telur yang akan ditetaskan harus terendam air, kakaban yang
penuh dengan telur diletakan terbalik sehingga telur menghadap ke dasar bak.
Dengan demikian telur akan terendam air seluruhnya. Telur yang telah dibuahi
berwarna kuning cerah kecoklatan, sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna
putih pucat. Di dalam proses penetasan telur diperlukan suplai oksigen yang
cukup. Untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen terlarut dalam air, setiap bak
penetasan di pasang aerasi. Telur akan menetas tergantung dari suhu air wadah
penetasan dan suhu udara. Jika suhu semakin panas, telur akan menetas semakin
cepat. Begitu juga sebaliknya, jika suhu rendah, menetasnya semakin lama.
Ikan
lele temasuk pemakan segala bahan makanan (omnivora), baik bahan hewani maupun
nabati. Di lihat dari jumlahnya, ikan lele dumbo lebih banyak memakan bahan
hewani di bandingkan dengan bahan nabati (Rukmana, 2003).
Persiapan untuk budi daya lele
dumbo dengan kolam terpal meliputi persiapan lahan kolam, persiapan material
terpal, dan persiapan perangkat pendukung.
Lahan yang perlu di sediakan di sesuaikan dengan keadaan dan jumlah lele
yang akan di pelihara. Untuk Pembesaran sampai tingkat konsumsi bisa di gunakan
lahan dengan ukuran 2 x 1x 0.6 meter,
yang bisa diisi dengan 100 ekor lele dumbo ukuran 5-7 cm. Model pembuatan kolam bisa dengan menggali
tanah kemudian di beri terpal atau dengan membuat rangka dari kayu yang
kemudian di beri terpal
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Berdasarkan praktek lapang yang telah di lakukan di tempat
pembenihan, maka di
peroleh hasil sebagai berikut :
3.2 Pembahasan
1. Kolam terpal
Kolam terpal adalah
kolam yang dasarnya maupun sisi-sisi dindingnya dibuat dari terpal. Kolam
terpal dibuat sebagaimana habitat aslinya
Ukuran terpal yang ada bermacam ukuran sesuai dengan besar kolam yang
kita inginkan. Pembuatan kolam terpal dapat dilakukan di pekarangan ataupun di
halaman rumah. Adapun tujuan dan manfaat
dari teknologi budidaya ikan dengan tendon air atau kolam terpal adalah meningkatkan
pemanfaatan lahan kering menjadi lahan produktif sepanjang tahun. Meningkatkan
pendapatan petani/pengelolanya dengan melakukan beberapa diversikasi usaha. Meningkatkan
pendapatan petani/pengelola karena kolam terpal sangat efektif dan efisiensi
dan dapat disinergikan dengan kegiatan lainnya. Dapat menghemat air, karena
terpal adalah bahan yang kedap air.
Menghemat biaya produksi serta dapat menghemat pupuk untuk pertanian.
Sebelum
induk siap untuk memijah tentunya kolam
terpal harus dalam keadaan steril. Untuk tempat pembenihan yang ada dilakukan
dengan cara mekanik. Sama halnya dengan pernyataan bahwa sterilisasi dilakukan
dengan dua cara yaitu dengan cara mekanik dan menggunakan bahan kimia. Cara
mekanik yaitu menyikat semua dinding dan dasar bak hingga bersih kemudian
dibilas dengan air tawar. Sedangkan dengan menggunakan bahan kimia dinding bak
dan dasar bak di siramkan dengan larutan kaporit hingga merata. Bak yang telah
di dicuci dikeringkan selama 2 hari.
Setelah itu bak yang dikeringkan dibilas dengan air tawar dengan
menggunakan deterjen hingga sisa-sisa larutan kaporit benar-benar bersih dan
bau kaporit hilang. Kemudian dibilas kembali menggunakan air tawar sampai bak
terlihat bersih dari sisa-sisa deterjen sampai bak dalam keadaan steril.
2. Pemeliharaan Induk
Tanda-tanda induk yang berkualitas baik adalah
Kondisi sehat, Bentuk badan normal, Sisik besar dan tersusun rapi, Kepala
relatif besar dibandingkan dengan badan, Badan berwarna cerah mengkilap (tidak
kusam), Gerakan lincah, Memiliki respon yang baik terhadap pakan tambahan
(Khairuman, 2003).
Berhasilnya
usaha pembenihan ikan lele sangat dipengaruhi oleh keadaan induk. Bila induk
baik, benih yang dihasilkan pun akan banyak dan kualitasnya baik. Sebaliknya
bila induk kurang baik, hasil benih hanya sedikit dan kualitasnya jelek. Sebab
itu, induk yang digunakan harus memiliki kualitas yang baik. Jumlah induk yang
harus disediakan tergantung dari terget produksi yang direncanakan.
3.
Pemijahan
Pemijahan merupakan proses terjadinya
perkawinan induk jantan dan betina sehingga terjadinya pembuahan telur. Proses
perkawinan dan pembuahan telur dapat berjalan dengan baik kalau kondisi
lingkungan mendukung. Pemijahan ikan lele terbagi dalam 2 cara yaitu pertama
secara alami, pemijahan secara alami adalah pemijahan yang
dilakukan di alam terbuka sesuai dengan sifat hidupnya tanpa perlakuan dan
bantuan manusia.
Penyuntikan dengan kelenjar hipofisa
adalah pemijahan yang dilakukan dengan bantuan atau penanganan manusia melalui
pemberian kelenjar hormon hipofisa pada penerima yang berguna untuk melancarkan
proses kematangan gonad, sehingga mempercepat proses jalannya pemijahan ikan
tersebut.
Induk
lele dumbo jantan yang telah matang kelamin memiliki ciri-ciri yaitu
umur 8 – 24
bulan, tidak cacat fisik (tubuh),
postur
tubuh ideal (berat dan panjang badan seimbang),
alat
kelamin berwarna merah, memanjang dan membengkak.
Sedangkan induk
lele betina yang telah matang kelamin memiliki
ciri-ciri yaitu umur
1 – 2 tahun, tidak cacat fisik,
perut menggembung
dan lembek, dan alat kelamin merah dan membesar.
4.
Pemanenan Telur
Untuk penanganannya telur ikan lele
biasanya telurnya dilekatkan pada substrat berupa ijuk. Telur tesebut sudah
menempel pada ijuk saat satu hari. Telur yang telah menempel pada ijuk dapat
ditetaskan dalam wadah budidaya disesuaikan dengan sistem budidaya yang akan
diaplikasikan. Selama penetasan telur, air dialirkan terus menerus. Seluruh
telur yang akan ditetaskan harus terendam air, kakaban yang penuh dengan telur
diletakan terbalik sehingga telur menghadap ke dasar bak. Dengan demikian telur
akan terendam air seluruhnya. Telur yang telah dibuahi berwarna kuning cerah
kecoklatan, sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih pucat. Di dalam
proses penetasan telur diperlukan suplai oksigen yang cukup. Telur akan menetas
tergantung dari suhu air wadah penetasan. Jika suhu semakin panas, telur akan
menetas semakin cepat. Begitu juga sebaliknya, jika suhu rendah, menetasnya
semakin lama.
5.
Kolam
pemeliharaan Larva
Kolam
pemeliharaan larva digunakan untuk memelihara larva. Larva yang sudah lepas
dari induknya, dapat mencari makan sendiri, tetapi masih lemah dan belum dapat
berenang cepat. Kolam pemeliharaan benih digunakan untuk memelihara
anak ikan pasca larva.
6.
Pakan
Pemberian
Pakan berupa kuning telur (yolk sac) diberikan pertama kali
pada usia 3 hari. Setelah itu
pada hari ke-5 pakannya diganti menjadi pakan alami yaitu cacing Tubifex. Pakan ditebar disekitar tempat pemasukan air.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan dalam praktek lapang, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Jenis
kelamin ikan lele jantan dan lele betina dapat dibedakan dari bentuk ukuran
tubuhnya dan jumlah lubang kelaminnya.
2. Sebelum
dipijahkan induk jantan dan betina dipelihara terpisah. Tujuannya adalah untuk mendapat
telur berkualitas baik.
3. Perbandingan
jantan dan betina adalah 2 : 1.
4. Ciri-ciri
induk betina ikan lele adalah genital papila berbentuk bundar, bagian perut
relatif lebih besar, gerakan lambat, jika di raba bagian perut terasa lembek
dan alat kelamin berwarna kemerah merahan. Sedangkan induk jantan dengan
genitalnya meruncing ke arah ekor, perut ramping dan ujung alat kelamin
berwarna kemerahan.
5. Pemijahan
ikan lele dapat di lakukan melalui 2 cara yaitu pemijahan alami dan pemijahan
buatan.
4.2 Saran
Sebagai
praktikan menyarankan agar praktek lapang ke depannya persiapan seperti bahan
kuisioner harus ada dan tempat untuk praktek selanjutnya bisa di tempat lainnya
untuk bahan pertimbangan laporan sebelumnya.
Thanks Bro Aswar
BalasHapus