I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kekayaan
hayati Indonesia sudah banyak dikenal. Dalam bisnis ikan hias dunia, produk
Indonesia dikenal memiliki banyak spesies, baik ikan hias air tawar maupun ikan
hias air laut. Dari 1.100 spesies ikan hias air tawar yang ada di dunia, 400
spesies di antaranya berasal dari Indonesia. Potensi ini membanggakan karena
dengan begitu Indonesia dikenal sebagai Produksi ikan hias terbesar di dunia.
Pada saat ini peminat ikan hias
terus bertambah dan semakin menyebar ke seluruh lapisan masyarakat. Meskipun
kemampuan daya belinya bervariasi, masyarakat perkotaan di Indonesia melengkapi
rumahnya dengan akuarium-akuarium yang diisi beragam ikan hias salah satunya
ikan diskus. Ikan diskus (Symphysodon discus) ini memiliki habitat asli di Rio Negro dan perairan
tenang Sungai Amazon. Sifatnya omnivora. Gerakannya sangat halus. Ikan ini pun
terkenal sebagai "King of Aquarium". Disebut diskus karena bentuk
tubuhnya bulat seperti cakram.
Ada empat
spesies diskus yang dibudidayakan, walaupun semuanya disebut sebagai diskus,
yaitu Heckel Discus (Symphysodon discus),
Brown Discus (Symphysodon aequifasciata
axetrodi), Green Discus (Symphysodon aequifasciata aequifasciata),
dan Blue Discus (Symphysodon aequifasciata
haroldi). Oleh karena penggemarnya sangat banyak, kreativitas peternak dan
hobiis sangat diperlukan untuk memunculkan varietas baru yang lebih bagus. Hingga saat ini ada
banyak varietas diskus, di antaranya Red
Pigeon, Marlboro, Brown Discus, dan Cobalt.
1.2 Tujuan
Tujuan
dari makalah ini yaitu untuk mengetahui teknik budidaya ikan hias diskus. Sedangkan kegunaannya yaitu untuk menambah
wawasan mengenai ikan hias di Indonesia.
II.
PEMBAHASAN
2.1
Klasifikasi dan
Morfologi
Diskus yang di
juluki ratu ikan hias air tawar ini telah memulai perjalannya dari habitat
aslinya ke aquarim di rumah kita. Aslinya ikan ini berasal dari pedalaman rimba
Amazon, Brazil yang terkenal kaya akan beragam species tumbuhan dan binatang.
Diskus adalah salah satu ikan hias air tawar yang banyak peminatnya. mengenai
sistematikanya ada sedikit perdebatan, banyak orang mengklaim berdasarkan
tempat asal, warna dan bentuk luarnya.
Menurut
sistematikanya, ikan diskus digolongkan sebagai berikut:
Ordo : Percomorphodei
Sub Ordo : Percoidea
Family : Cichlidae
Genus : Symphysodon
Species : Symphysodon discus
Nama lokal : Diskus
Ikan
yang berbentuk seperti kue dadar ini di lengkapi dengan keindahan warna dan
bentuk tubuhnya. Jika pada umumnya ikan hias mempunyai bentuk tubuh memanjang,
diskus tidaklah demikian. Bentuk diskus unik seperti cakram atau kue dadar.
Warnanya sangat unik dan manarik sesuai dengan strain dan keturunannya.
Ø Ciri
dan Sifat
Ikan diskus pada
umumnya memiliki ciri khas seperti pada bentuk tubuh yang pipih bundar mirip
ikan bawal. Warna dasar yang coklat kemerahan dan memiliki garis berombak
beraneka rupa tak teratur mulai dari dahi sampai perut. Pada kepala dan tubuhnya
terpotong sembilan garis tegak. Tiga di antaranya nampak jelas, sedang sisanya
samar-samar. Ciri mencolok yang membedakan dari kerabat dekatnya adalah dari
matanya yang selalu berwarna merah dan garis tengah tubuhnya paling besar 15
cm.
Diskus termasuk
ikan yang bertubuh cantik. Di antara ikan hias yang lain, ikan ini termasuk
ikan yang pemalu dan tenang
dan memiliki gerakan yang lambat. Ikan diskus jantan jauh lebih gesit di
banding ikan diskus betina. Sifat ikan ini sangat unik, yaitu telur dan larvanya
tidak dapat dipisahkan dari induknya. Oleh karena itu, telurnya tidak
dipisahkan dari induknya dan dibiarkan menetas dalam wadah pemijahan.
Telur-telur tersebut akan menetas alam waktu 2-3 hari. Larva ini akan terus
menempel pada induknya hingga berumur seminggu.
Walaupun ikan
ini terkenal dengan sifatnya merawat telur dan anaknya, namun ada juga induk
yang memakan telurnya sendiri. Sementara larva yang sudah bisa berenang tidak
akan dimakan induknya. Oleh karena itu, biasanya peternak memberi sekat untuk
membatasi induk dengan telurnya. Sekat tersebut terbuat dari kawat halus yang
dilingkarkan ke sarang. Adanya sekat ini menyebabkan induk tidak dapat mencapai
telurnya.
2.2
Kegiatn budidaya
2.2.1 Pembenihan
Ø Pemilihan Induk
Pemilihan
induk harus tepat agar anak yang dihasilkan berkualitas dan bernilai jual tinggi.
Induk yang baik harus tanpa cacat, sehat, tampak aktif, bentuknya proporsional,
ukurannya terbesar di antara kelompok umurnya, gemuk, mulutnya relatif besar,
dan berumur lebih dari setahun. Induk diskus sangat susah dipaksakan
berpasangan sehingga biasanya dibiarkan memilih pasangannya sendiri dalam
kelompok calon induk. Bila sudah tampak berpasangan dengan terus berenang
bersama maka pasangan induk tersebut dapat dipisahkan dari kelompoknya.
Ø Membedakan Induk Jantan
dan Betina
Membedakan
diskus jantan dan betina akan lebih mudah dilakukan jika kita dihadapkan dengan
sekumpulan calon induk yang dibesarkan bersama dan berasal dari wadah yang
sama. Dalam sekumpulan itu, diskus jantan umumnya memiliki postur tubuh yang
lebih besar dengan bentuk forehead lebih kekar atau kasar. Sementara itu,
diskus betina umumnya berukuran lebih kecil dengan bentuk forehead lebih halus.
Membedakan
kelamin diskus dilihat dari betuk mulut dan hidung. Pada diskus dewasa, betina
memiliki bibir yang simetris, sama besar antara bibir atas dengan bibir
bawahnya. Sedangkan diskus jantan, bibir atasnya lebih menonjol. Jika melihat
hidungnya, maka jantan mempunyai bentuk agak bengkok, berlainan dengan betina
yang hidungnya berbentuk lurus. Dilihat dari sekitar sirip dubur, pada diskus
jantan rata-rata lurus sedangkan pada diskus betina bentuknya membulat. Melihat
gerakannya, diskus jantan mempunyai pergerakan yang lebih agresif dari diskus
betina.
Cara
lain untuk membedakan diskus jantan dan betina adalah dengan melihat alat
kelamin genitalnya. Diskus betina memiliki organ genital yang berbentuk lonjong
dengan ujung menumpul atau berbentuk elips. Diskus jantan berbentuk bulat
dengan panjang sekitar 1,5 mm.
Ø Ciri-Ciri Ikan Diskus
Siap Pijah
Ikan
diskus yang siap mijah umumnya ditandai dengan memisahkan diri dari
rekan-rekannya dalam satu wadah pemeliharaan. Ikan
diskus tergolong ikan yang setia pada pasangannya, karena itu ikan diskus tidak
bisa dipijahkan selain dari pasangannya tersebut.
Pasangan ini
lalu kita pisahkan ditempat tersendiri dan terus diamati. Pasangan yang lengket terus sudah cukup
sebagai jaminan bahwa mereka jantan dan betina. Calon induk jantan harus
berumur 15 bulan, sedangkan induk betina berumur 12 bulan sehingga layak untuk
dipijahkan.
Ø Tempat Pemijahan
Pemijahan diskus
sudah bukan masalah lagi bagi peternak maupun hobiis. Namun, karena harganya
mahal dan banyak penggemarnya maka pemijahannya sebaiknya dilakukan dengan
seksama. Biasanya diskus dipelihara dalam akuarium, begitu pula dalam proses
pemijahannya. Wadah yang di gunakan untuk
memijahkan ikan diskus berupa akuarium dengan ukuran 60 x 50 x 50 cm untuk satu
pasang induk. Air untuk pemeliharaan dan pemijahan
harus jernih dengan suhu berkisar antara 28-300C dengan pH 5-6.
Selain faktor
air, kadar oksigen juga harus diperhatikan, kadar oksigen yang berlimpah sangat
dibutuhkan. Untuk mendapatkannya digunakan aerator yang bertugas mensuplai
oksigen kedalam air pemeliharaan. Karena sifat telur diskus menempel, maka
tempat telur yang mesti disiapkan adalah pecahan genteng, pot dan pralon
diameter 4 inci yang dipasang tegak di tengah akuarium setinggi air dalam
akuarium. Untuk tempat telur ini harus di permukaan benda yang licin, yang
dibersihkan terlebih dulu.
Ø Pemijahan
ikan discus
Proses pemijahan
ikan discus dimulai dari
pemilihan bibit indukan yang baik dengan syarat-syarat ; tidak cacat, aktif,
sehat, berumur lebih dari 1 tahun dan ukuran badannya proporsional. Biasanya
ikan discus akan memilih sendiri pasangannya, dan setelah menemukan pasangannya
baru pasangan ikan discus jantan dan betina itu
dipisahkan dari kelompok dengan ditempatkan di aquarium pemijahan. Proses
pemijahan biasanya terjadi selama 2 minggu dan dalam satu bulan ikan discus
betina mulai bertelur.
Ø Penetasan
Telur
Sarang
telur biasanya dibuat dari potongan paralon yang diletakkan di pojok atau
tengah akuarium pada posisi berdiri. Seperti halnya ikan lain, induk diskus pun
akan membersihkan sarangnya sebelum meletakkan telur-telurnya.
Sifat ikan ini sangat unik, yaitu telur dan larvanya tidak dapat dipisahkan dari induknya. Oleh karena itu, telurnya tidak dipisahkan dari induknya dan dibiarkan menetas dalam wadah pemijahan. Telur-telur tersebut akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Larva ini akan terus menempel pada induknya hingga berumur seminggu.
Biasanya larva akan mulai berenang setelah berumur seminggu. Walaupun sudah bisa berenang, namun larva tersebut akan sering menempel pada induknya hingga berumur 21 hari. Beberapa pakar menyebutkan bahwa larva diskus tersebut memakan lendir yang keluar dari tubuh induknya atau sering disebut "menyusu" pada induk. Ada juga pakar yang percaya bahwa larva ini diberi pakan melalui mulut induknya.
Walaupun ikan ini terkenal dengan sifatnya merawat telur dan anaknya, namun ada juga induk yang memakan telurnya sendiri. Sementara larva yang sudah bisa berenang tidak akan dimakan induknya. Oleh karena itu, biasanya peternak memberi sekat untuk membatasi induk dengan telurnya. Sekat tersebut terbuat dari kawat halus yang dilingkarkan ke sarang. Adanya sekat ini menyebabkan induk tidak dapat mencapai telurnya.
Sifat ikan ini sangat unik, yaitu telur dan larvanya tidak dapat dipisahkan dari induknya. Oleh karena itu, telurnya tidak dipisahkan dari induknya dan dibiarkan menetas dalam wadah pemijahan. Telur-telur tersebut akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Larva ini akan terus menempel pada induknya hingga berumur seminggu.
Biasanya larva akan mulai berenang setelah berumur seminggu. Walaupun sudah bisa berenang, namun larva tersebut akan sering menempel pada induknya hingga berumur 21 hari. Beberapa pakar menyebutkan bahwa larva diskus tersebut memakan lendir yang keluar dari tubuh induknya atau sering disebut "menyusu" pada induk. Ada juga pakar yang percaya bahwa larva ini diberi pakan melalui mulut induknya.
Walaupun ikan ini terkenal dengan sifatnya merawat telur dan anaknya, namun ada juga induk yang memakan telurnya sendiri. Sementara larva yang sudah bisa berenang tidak akan dimakan induknya. Oleh karena itu, biasanya peternak memberi sekat untuk membatasi induk dengan telurnya. Sekat tersebut terbuat dari kawat halus yang dilingkarkan ke sarang. Adanya sekat ini menyebabkan induk tidak dapat mencapai telurnya.
2.2.2 Pembesaran
Ø Pemeliharaan
Larva Dan Anakan Ikan Discus
Ada hal yang
unik dari ikan discus,
telur-telur yang dihasilkan setelah menetas menjadi larva akan menempel pada
tubuh induknya untuk memakan lendir dari tubuh induknya. Telur-telur ikan
discus umumnya menetas setelah berumur 2 – 3 hari. Anakan ikan discus dibiarkan menempel pada
tubuh induknya sampai berumur +- 1 bulan. Setelah usia satu bulan anakan ikan
discus dipisahkan untuk ditempatkan dalam aquarium pembesaran. Satu indukan
ikan discus biasanya bisa menghasilkan telur sekitar 100 buah dalam sekali
proses pemijahan.
Ø Pakan Ikan Diskus
Di alam liar, ikan diskus
merupakan omnivora oportunistik yang memakan inverterbtara serta tumbuhan. Saat
mereka makan, mereka akan mengulum makanan mereka, meludahkannya, kemudian
menangkapnya kembali lantas menelannya. Secara umum diskus tak punya
persyaratan makan khusus. Mereka bisa tumbuh hanya dengan makanan ikan biasa
yang kaya protein. Walau demikian, diskus kadang bersikap hati-hati terhadap
makanan baru, mereka sudah biasa memilih untuk tak makan berhari-hari daripada
mengkonsumsi makanan baru. Setelah berpuasa sekitar sebulan, umumnya diskus akan
menerima makanan baru begitu saja, namun jangka waktu tersebut tentu akan menghambat
pertumbuhannya.
Metode “membuat kelaparan” ini
tak disarankan untuk memaksa diskus makan sesuatu.Sebaiknya, campurkan makan
baru tersebut dengan makanan yang sebelumnya telah disukai diskus. Seiring
dengan waktu, diskus akan mulai menerima makanan baru tersebut dan makanan
lamanya bisa dihilangkan.
Hati
sapi atau babi seringkali diberikan pada diskus guna memperindah warna tubuhnya
serta mempercepat pertumbuhannya. Walau demikian, beberapa orang yang
memikirkan dampak jangka panjang dari pemberian protein mamalia pada ikan mulai
menggeser kebiasaan itu. Mereka mengganti hati sapi atau babi itu dengan diet
berupa krill, yakni suatu krustasea mirip-udang. Sebenarnya diskus
menyukai mangsa yang hidup dan berukuran kecil, jadi makanan tersebut tepat jika
diberikan dalam jangka panjang. Selain krill, makanan lain yang dsukai
diskus adalah cacing hitam, cacing darah, udang air asin, dan larva nyamuk. Hal
yang perlu diperhatikan saat memberi mangsa hidup adalah kemungkinan adanya
parasit serta bakteri pada mangsa tersebut. Untuk alasan ini sangat disarankan
untuk tidak memberi cacing tubifex hidup sama sekali, karena praktis
menghilangkan semua bakteri dari tubuh mereka adahal hal yang tak mungkin.
Disarankan untuk membeli makanan hidup di pengecer akuarium, dan jika hendak
memberikan tubifex pun, pilihlah balok-balok tubifex freeze dried karena
semua parasit dan bakteri telah mati dalam proses ini.
Jika
makanan hidup tak tersedia, makanan buatan juga boleh. Sebaiknya pilih makanan
berbentuk granula berkualitas tinggi. Makanan berbentuk serpihan (flakes)
juga bagus namun yang berbentuk granula mampu menahan vitamin, mineral, dan
berbagai unsur kelumit lainnya dengan lebih baik dari pada serpihan. Telur ikan
diskus harus diberi makan cacing darah beku, hati sapi, Tetra Color Bits,
udang air asin (hidup/beku), atau cacing putih hidup. Jika memberi makan hati
sapi, perhatikan agar tak ada sedikitpun yang tersisa karena itu akan
mengotorkan air dengan segera. Tubifex atau cacing hitam hidup tak boleh
diberikan pada diskus kapanpun, karena mereka akan menghadirkan parasit ke
dalam tengki.
Walaupun
pakan dari larva berasal dari induknya, namun akan lebih baik lagi akan lebih
baik lagi ditambahkan Nauplius artemia atau kutu air saring. Bila larva sudah
pisah dari induknya, pakannya dapat diganti dengan kutu air besar. Namun,
kualitas pakan tersebut harus di perhatikan, terutama pakan dari alam agar ikan
terhindar dari penyakit. Diskus berumur sebulan atau lebih sudah bisa di beri
pakan cacing sutera, cacing darah, atau jentik nyamuk. Bahkan peletpun dapat di
berikan pada usia dewasa.
Ø Cara Pembesaran:
1. Pindahkan anakan diskus berusia satu
bulan dari induknya ke akuarium berukuran 120 X 50 X 50 Cm. Setelah besar
pindahkan diskus ke akuarium yang lebih luas lagi.
2. Agar terlihat bagus, diskus sebaiknya
ditempatkan di akuarium standar (induk 50 X 50 X 40 Cm dan anakan diskus 50
X100 X 35 Cm)
3. Agar ikan diskus tetap hidup dengan
baik, sediakan pakan alami seperti dapmia, cacing sutera, cacing super, jentik nyamuk, udang, dan sejenisnya. Diskus
juga suka mengkonsumsi pakan buatan campuran dari jantung, hati, daging, udang, ikan, dan
sayuran.
Sebaiknya,
budidaya ikan diskus dilakukan secara kelompok. Budidaya secara kelompok ini
lebih efektif dan efisien. Budidaya secara kelompok juga memudahkan proses
pemasaran dan distribusi ikan hias.
Ø Panen dan
Pemasaran
Ukuran 4 cm atau berumur
sekitar 3 bulan ikan diskus sudah dapat di jual. Untuk
menyalurkan produksi ikan hias terdapat tiga jenis pasar ikan hias, yaitu pasar
perdagangan besar (pengumpul), pasar eksportir, dan pasar
pengecer/konsumen. Pada pasar pedagang
pegumpul bertemu petani ikan hias sebagai penjual dan pedagang pengumpul
sebagai pembeli. Dalam hal ini terjadi
hubungan dagang yang sangat kuat karena pedagang pengumpul aktif membina petani ikan hias dalam teknik budidaya dan
pemasaran sehingga petani harus menjual
produknya kepada pedagang pengumpul yang membinanya.
III. PENUTUP
Berdasarkan pembahasan mengenai budidaya
ikan hias diskus, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Teknik pembenihan ikan
diskus meliputi pemilhan induk, perbedaan induk jantan dan betina, ciri-ciri
indukan siap pijah, tempat pemijahan, dan penetasan telur.
2. Teknik pembesaran ikan diskus meliputi : pemeliharaan larva
, pemberian pakan, panen dan pemasaran.