I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ikan nila (Oreochromis
niloticus) merupakan spesies yang berasal dari Wilayah Sungai Nil dan sekitar
danau di Afrika. Bentuk tubuh memanjang,
pipih kesamping dan warna putih kehitaman.
Jenis ini merupakan ikan konsumsi air tawar yang banyak dibudidayakan
setelah Ikan Mas (Cyrprinus Carpio) dan telah dibudidayakan di lebih
dari 85 negara. Saat ini, ikan ini telah
tersebar ke Negara beriklim tropis dan subtropis, sedangkan pada wilayah beriklim
dingin tidak dapat hidup dengan baik.
Bibit nila didatangkan
ke indonesia secara resmi oleh balai peneliti perikanan air tawar (balitkanwar)
dari taiwan pada tahun 1969. Setelah
melalui masa penelitian dan adaptasi, ikan ini kemudian disebarluaskan kepada
petani di seluruh indonesia. Nila adalah
nama khas indonesia yang diberikan oleh pemerintah melalui direktur jenderal
perikanan.nila merupakan jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara
luas di indonesia. Teknologi budidayanya
sudah di kuasai dengan tingkat produksi yang cukup tinggi. Jenis ikan nila yang telah berkembang di
masyarakat adalah nila hitam dan nila merah.
Dalam rangka perbaikan genetik, jenis yang telah berhasil dikembangkan
adalah nila gesit, nila jica, nila larasti, nila best, nila nirwana, nila
jatimbulan. Nila disukai oleh semua
kalangan karena mudah dipelihara, dapat dikonsumsi, serta rasa daging yang enak
dan tebal. Tekstur daging ikan nila memiliki ciri tidak ada duri kecil dalam
dagingnya. Oleh karena itu, ikan nila
layak untuk digunakan sebagai bahan baku olahan. Peluang pasar ikan nila cukup besar baik di
pasar lokal maupun ekspor, sehingga upaya pengembangan usaha budidaya nila
masih terbuka untuk dikembangkan dalam berbagai skala usaha.
1.2
Tujuan
Tujuan
dari pembuatan makalah mata Kuliah Manajemen Perikanan Budidaya Tawar yang
mengenai budidaya Ikan nila (Oreochromis niloticus) yaitu untuk
mengetahui tehnik pembesaran yang baik dalam budidaya Ikan nila (Oreochromis
niloticus) di kolam air tenang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kalsifikasi Ikan Nila
Gambar 1. Ikan Nila
Menurut
Sugiarto (1988), Klasifikasi dan ciri-ciri ikan nila adalah sebagai berikut:
Kelas :
Osteichthyes
Sub-kelas
: Acanthoptherigii
Ordo
: Percomorphi
Sub-ordo :
Percoidea
Family :
Cichlidae
Genus :
Oreochromis
Spesies
: Oreochromis niloticus
2.2
Morfologi Ikan Nila
Berdasarkan
morfologinya, kelompok ikan Oreochromis memang berbeda dengan kelompok tilapia.
Secara umum, bentuk (tubuh nila memanjang dan ramping, dengan sisik berukuran
besar. Betuk matanya besar dan menonjol dengan tepi berwarna putih. Gurat sisi
(linea literalis) terputus di bagian tengah tubuh, kemudian berlanjut lagi,
tetapi letaknya lebih ke bawah dibandingkan dengan letak garis yang memanjang
di atas sirip dada. jumlah sisik pada gurat sisi 34 buah. Sirip punggung, sirip
perut, dan sirip duburnya memiliki jari-jari lemah, tetapi keras dan tajam
seperti duri. Sirip punggung dan sirip dada berwarna. hitam. Pinggir sirip
punggung berwarna abu-abu atau hitam. Nila memiliki lima buah Sirip, yaitu
sirip punggung (dorsal fin), sirip data (pectoral fin) sirip perut (venteral
fin), sirip anal (anal fin),dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya
memanjang dari bagian atas tutup ingsang sampai bagian atas sirip ekor. Terdapat
juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan sirip anus
yang hanya satu buah berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah sirip
ekornya hanya satu buah dengan bentuk bulat.
Ikan Nila mempunyai
ciri-ciri, yaitu bentuk badan pipih kesamping memanjang, mempunyai garis vertikal
sepanjang tubuh 9-11 buah, garis-garis pada sirip ekor berwana merah sejumlah
6-12 buah, pada sirip pungung terdapat garis-garis miring; dan mata tampak
menonjol dan besar, tepi mata berwarna putih.
Nila
merupakan ikan sungai atau danau yang cocok dipelihara di perairan tawar
yangtenang, kolam dapat berkembang pesat pada perairan payau misalnya tambak.
Kebiasaan makan nila diperairan alami adalah plankton, tumbuhan air yang lunak
serta caing. Benih nila suka mengkonsumsi zooplankton seperti Rotatoria,
Copepoda dan Cladocera; sedangkan termasuk alga yang menempal. Pada perairan
umum anakan nila sering terlihat mencari makan di bagian dangkal. Sedangkan
Nila dewasa di tempat yang lebih dalam. Nila dewasa mampu mengumpulkan makanan
berbentuk plankton dengan bantuan lender (mucus) dalam mulut
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Persyaratan Lokasi
1. Tanah
yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak
berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak
bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2. Kemiringan
tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan
pengairan kolam secara gravitasi.
3. Ikan
nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
4. Kualitas
air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak
tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran
akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan
oleh adanya plankton. Air yang kaya
plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak
mengandung Diatom. Sedangkan
plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air
karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut
piring secchi (secchi disc). Untuk di
kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm.
5. Debit
air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha.
Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak dapat
berkembang biak dengan baik di air arus deras.
6. Nilai
keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan
keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8.
7. Suhu
air yang optimal berkisar antara 25-30 derajat C.
8. Kadar
garam air yang disukai antara 0-35 per mil.
3.2 Persiapan
3.2.1 Pembuatan Kolam
Air Tenang
1.
Pematang
Pematang dibuat dengan bentuk
trapesium, pematang agar tidak mudah roboh atau longsor dibuat lebar pada
bagian bawahnya. Kemiringan pematang sebaiknya tidak lebih dari 45 derajat.
Dalam membuat kolam pembesaran ikan kedalaman kolam yaitu sekitar 100 – 150 cm,
ketinggian air kolam bisa diatur dari ketinggian 50 – 120 cm, ketinggian ini
tergantung dari ukuran bibit dan padat penebaran ikan yang ditanam. Bila ikan
yang dipeliharaan mulai besar maka ketinggian air kolam ini bisa ditambah
menjadi 120 cm.
2.
Dasar
Kolam
Agar
kolam bisa kering dan untuk mempermudah dalam pemanenan ikan maka dasar kolam
ini harus dibuat miring. Derajat
Kemiringan dasar kolam ini cukup 1%, artinya tiap 100cm dasar kolam miring 1
cm. Kemiringan dasar kolam ini diarahkan kepada kowean dan caren
3.
Kowean
dan Caren
kowean
pada kolam dibuat ditengah kolam atau bisa juga dibuat dipinggir kolam budidaya
ikan. Ukuran kowean 1 x 1 x 0,4 m diberi tangul keliling sehingga akan
terbentuk bak di dalam kolam. Dibuatnya kowean ini berfungsi untuk menebar
bibit atau menampung ikan pada saat kolam disurutkan. Caren dibuat dengan lebar
50 – 70 cm, dalamnya 25 – 30 cm. Caren berfungsi untuk menggiring ikan masuk ke
kowean saat ikan di panen.
4.
Saluran
Pemasukan dan Pembuangan Air
Untuk
saluran pemasukan air kolam (in-let) dibuat didekat saluran utama (main-inlet),
saluran masuk dan saluran air keluar (out-let) harus dibuat terpisah.
3.2.2 Pengapuran dan Pemupukan
Dua minggu sebelum
dan dipergunakan kolam perlu
dilakukan persiapan, yakni dasar kolam
dikeringkan, dijemur beberapa
hari, dibersihkan dari rerumputan dan dicangkul sambil diratakan. Tanggul dan pintu air diperbaiki jangan sampai teriadi
kebocoran.saluran air diperbaiki agar jalan air lancar. Dipasang saringan pada pintu pemasukan maupun
pengeluaran air. Tanah dasar dikapur untuk memperbaiki pH tanah dan memberantas
hamanya. Kapur yang dapat digunakan yaitu kapur tohor dengan dosis 100-300 Kg/ha,
sedangkan kalau untuk kapur pertanian dosis berkisar antara 500-1000 Kg/ha.
Pupuk kandang ditabur dan diaduk dengan tanah dasar kolam. Dapat
juga pupuk kandang dionggokkan di depan pintu air pemasukan agar bila diairi
dapat tersebar merata. Dosis pupuk kandang 1-2 ton/ha. Setelah semuanya siap,
kolam diairi. Mula-mula sedalam 5-10 cm dan dibiarkan 2-3 hari agar teriadi
mineralisasi tanah dasar kolam.Lalu tambahkan air lagi sampai kedalaman 80- 100
cm. Kini kolam siap untuk ditebari benih ikan.
3.2.3
Sarana Dan Prasarana
A.
Kolam
Sarana berupa kolam
yang perlu disediakan dalam usaha budidaya ikan nila tergantung dari sistim
pemeliharaannya (sistim 1 kolam, 2 kolam dsb).
Adapun jenis kolam yang umum dipergunakan dalam kegiatan pembesaran budidaya
ikan nila antara lain:
1
Kolam pembesaran
Kolam
pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan benih
selepas dari kolam pendederan. Adakalanya
dalam pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam pembesaran, yaitu:
a. Kolam
pembesaran tahap I berfungsi untuk memelihara benih ikan selepas dari kolam pendederan. Kolam ini sebaiknya berjumlah antara 2-4 buah dengan luas maksimum
250-500 meter persegi/kolam. Pembesaran
tahap I ini tidak dianjurkan memakai kolam semen, sebab benih ukuran ini
memerlukan ruang yang luas. Setelah benih menjadi gelondongan kecil maka benih
memasuki pembesaran tahap kedua atau langsung dijual kepada pera petani.
b. Kolam
pembesaran tahap II berfungsi untuk memelihara benih gelondongan besar. Kolam
dapat berupa kolam tanah atau sawah. Keramba
apung juga dapat digunakan dengan mata jaring 1,25–1,5 cm. Jumlah penebaran pembesaran tahap II
sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi.
c. Pembesaran
tahap III berfungsi untuk membesarkan benih.
Diperlukan kolam tanah antara 80-100 cm dengan luas 500-2.000 meter
persegi.
2
Kolam/tempat pemberokan.
Pembesaran
ikan nila dapat pula dilakukan di jaring apung, berupa Hapa berukuran 1 x 2 m
sampai 2 x 3 m dengan kedalaman 75-100 cm. Ukuran hapa dapat disesuaikan dengan
kedalaman kolam.
B.
Peralatan
Alat-alat yang biasa
digunakan dalam usaha memanen/menangkap ikan nila antara lain adalah
warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan
penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba
kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), anco/hanco (untuk
menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi),
scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya=
scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk
menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
C.
Persiapan Media
Yang dimaksud dengan
persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk pemeliharaan ikan, terutama
mengenai pengeringan, pemupukan dan lain sebagainya. Dalam menyiapkan media
pemeliharaan ini, hal-hal yang perlu dilakukan adalah :
1
Pengeringan kolam selama beberapa
hari. Kemudian dilakukan pengapuran
untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi
2
Memberikan pemupukan berupa pupuk
buatan, yaitu urea masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa
juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea masing-masing dengan dosis 15
gram dan 10 gram/meter persegi.
3.3
Kegiatan Pembesaran
Pada
tahap pembesaran dilakukan pada saat induk ikan meninggalkan anaknya atau benih
setelah penetasan sampai dengan ikan tersebut menjadi dewasa atau ikan tersebut
menjadi calon induk dan siap di panen.
Dalam tahap pembesaran Ikan Nila, ada beberapa hal yang perlu di lakukan
yaitu:
1. Pemilihan dan Penebaran Benih Ikan
Nila
Ciri-ciri benih nila yang unggul adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhannya sangat cepat.
b. Sangat responsif terhadap makanan
buatan yang diberikan.
c. Resisten terhadap serangan hama,
parasit dan penyakit.
d. Dapat hidup dan tumbuh baik pada
lingkungan perairan yang relatif buruk.
Penebaran ikan nila untuk pembesaran
dilakukan setelah berumur 2 bulan. Peneberan benih, sebaiknya dilakukan pada pagi
atau sore hari atau dalam kondisi suhu rendah untuk menghindari terjadinya
stress. Padat penebaran benih unruk kolam air tenang berkisar antara 5-7 ekor/m2 atau 60000 ekor/1000 m2.
2. Pemberian Pakan Atau Makanan
Ikan
nila termasuk dalam ikan pemakan segala atau Omnivora. Ikan ini dapat
berkembang biak dengan aneka makanan baik hewani maupun nabati. Ikan nila saat
ia masih benih, pakannya adalah plankton dan lumut sedangkan jika ia sudah
dewasa ia mampu diberi makanan tambahan seperti pellet.
Selain
itu Ikan nila dapat diberi makanan limbah rumah tangga. Pemberian makanan
dengan limbah rumah tangga dapat menghemat biaya perawatan dan pemeliharaan. Pemberian
pakan sebaiknya dilakukan oleh teknisinya sendiri dapat diketahuii nafsu makan
ikan. Pakan yang diberikannya biasanya habis dalam waktu 5 menit.
3.
Pengontrolan
Pertumbuhan Ikan
Pertumbuhan dari ikan ini sangat
bergantung dari pengaruh fisika dan kimia serta interaksinya. Pada saat curah
hujan yang tinggi misalnya pertumbuhan berbagai tanaman air akan berkurang
sehingga mengganggu pertumbuhan ikan nila. Ikan nila juga akan lebih cepar
tumbuhnya jika dipelihara di kolam yang dangkal airnya, karena di kolam dangkal
pertumbuhan tanaman dan ganggang lebih cepat dibandingkan di kolam yang dalam.
Ada yang lain yaitu kolam yang pada saat pembuatannya menggunakan pupuk organic
atau pupuk kandang juga akan membuat pertumbuhan tanaman air lebih baik dan
ikan nila juga akan lebih pesat pertumbuhannya.
Ikan nila dapat mencapai saat dewasa pada umur 4 – 5 bulan dan ia akan
mencapai pertumbuhan maksimal untuk bertelur sampai berumur 1,5 – 2 tahun.
Ikan nila jantan
bentuknya lebih besar daripada ikan nila betina. Perbedaan pertumbuhan ikan
nila jantan dan ikan nila betina selisih 40%. Ikan nila betina petumbuhannya
lebih lambat sebab sifat alaminya yang sering menghasilkan anakan ikan dan sebab
pada saat ikan nila betina bertelur, ikan nila betina tidak makan kira-kira
selama kurang dari sepuluh hari. Ikan nila betina setelah bertelur tugasnya
adalah menjaga larva dalam mulutnya sampai ukuran yang cukup kemudian di
biarkan keluar dari mulutnya.
4. Pengontrolan Kualitas Air
Ikan
nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan
sekitarnya. Ikan memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya. Sehingga ia bisa dipelihara di dataran rendah
yang berair tawar maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah. Ia mampu
hidup pada suhu 14 – 38oC. Dengan suhu terbaik adalah 25 – 30oC.
Hal yang paling berpengaruh dengan pertumbuhannya adalah salinitas atau kadar
garam jumlah 0 – 29 % sebagai kadar maksimal untuk tumbuh dengan baik. Meski ia
bisa hidup di kadar garam sampai 35% namun ia sudah tidak dapat tumbuh
berkembang dengan baik.
5. Hama dan Penyakit Ikan
A.
Hama
1. Bebeasan
(Notonecta)
Berbahaya
bagi benih karena sengatannya. Pengendalian:
menuangkan minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.
2. Ucrit
(Larva cybister)
Menjepit
badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian: sulit diberantas; hindari bahan organik menumpuk di
sekitar kolam.
3. Kodok
Makan
telur telur ikan. Pengendalian:
sering membuang telur yang mengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup.
4. Ular
Menyerang
benih dan ikan kecil. Pengendalian:
lakukan penangkapan; pemagaran kolam.
5. Lingsang
Memakan ikan
pada malam hari. Pengendalian:pasang
jebakan berumpun.
6. Burung
Memakan
benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning. Pengendalian:
diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi rumbai-rumbai atau
tali penghalang.
B.
Penyakit
1. Penyakit
pada kulit
Gejala: pada bagian tertentu
berwarna merah, berubah warna dan tubuh berlendir. Pengendalian: Merendamkan ikan nila kedalam larutan PK (kalium
permanganat) selama 30-60 menit dengan dosis 2 gram/10 liter air, pengobatan
dilakukan berulang 3 hari kemudian. Merendamkan kedalam Negovon (kalium
permanganat) selama 3 menit dengan dosis 2-3,5 %.
2. Penyakit
pada insang
Gejala: tutup insang bengkak,
Lembar insang pucat/keputihan. Pengendalian:
Merendamkan ikan nila kedalam larutan PK (kalium permanganat) selama 30-60
menit dengan dosis 2 gram/10 liter air, pengobatan dilakukan berulang 3 hari
kemudian. Merendamkan kedalam Negovon (kalium permanganat) selama 3 menit
dengan dosis 2-3,5 %.
3. Penyakit
pada organ dalam
Gejala: perut ikan bengkak,
sisik berdiri, ikan tidak gesit. Pengendalian:
Merendamkan ikan nila kedalam larutan PK (kalium permanganat) selama 30-60
menit dengan dosis 2 gram/10 liter air, pengobatan dilakukan berulang 3 hari
kemudian. Merendamkan kedalam Negovon (kalium permanganat) selama 3 menit
dengan dosis 2-3,5 %.
Secara umum ada beberapa cara yang
dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya penyakit dan hama pada budidaya ikan
nila, yaitu :
1. Pengeringan dasar kolam secara
teratur setiap selesai panen.
2. Pemeliharaan ikan yang benar-benar
bebas penyakit.
3. Hindari penebaran ikan secara
berlebihan melebihi kapasitas.
4. Sistem pemasukan air yang ideal
adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu pemasukan air.
5. Pemberian pakan cukup, baik kualitas
maupun kuantitasnya.
6. Penanganan saat panen atau
pemindahan benih hendaknya dilakukan
7. secara hati-hati dan benar.
8. Binatang seperti burung, siput, ikan
seribu (lebistus reticulatus peters) sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan
masuk ke areal perkolaman.
6
Pemanenan Dan Pemasaran
Pemanenan
dapat dilakukan pada 3-6 bulan pemeliharaan. Hal ini tergantung pada kesuburan
kolam, ukuran ikan yang diharapkan, dan teknik pemeliharaan. Biasanya untuk
ukuran 200-300 gr/ekor pemanenan dapat dilakukan selama kurang lebih 4 bulan
pemeliharaan. Pemanenan di kolam dapat dilakukan dengan pengeringan air hingga
tersisa di kemalir yang untuk selanjutnya dapat ditangkap dengan diseser.
Potensi
pasar untuk ikan nila masih sangat lebar dengan harga yang cukup terjangkau
pasar, mulai dari nila yang stadium bibit sampai ikan nila yang di kategorikan
sebagai ikan konsumsi semua pasar tersebut masih sangat memungkinkan. Ikan nila ini dapat dipasarkan untuk menyediakan
ke berbagai kolam pemancingan ikan, pasar-pasar tradisional maupun supermarket,
rumah makan, bahkan untuk skala ekspor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar