Jumat, 31 Mei 2013

Proposal PKL Teknik Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus carpio)



I.      PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Indonesia memiliki perairan tawar yang sangat luas dan berpotensi besar untuk usaha budidaya berbagai macam jenis ikan air tawar sehingga mampu memproduksi dan mengeksploitasi dan memenuhi kebutuhan akan sumberdaya perairan guna meningkatkan kualitas pertumbuhan bagi masyarakat luas.  Dewasa ini sumber daya alam semakin menipis. Ikan masih sangat dibutuhkan akan tetapi ketersediaan tidak mencukupi untuk kebutuhan manusia di dunia ini, dengan keadaan seperti itu, muncullah keinginan manusia untuk berusaha membudidayakan agar kebutuhan akan ikan dapat terpenuhi.
Ikan mas (Cyprinus carpio L.) dikenal sebagai salah satu komoditas budidaya perairan tawar karena nilai jualnya yang cukup baik di pasaran. Budidaya ikan mas banyak diusahakan dibeberapa daerah di Indonesia. Kegiatan budidaya yang dilakukan mulai dari pembenihan sampai pembesaran. Ikan mas dapat dibudidayakan pada berbagai media budidaya seperti karamba jaring apung maupun kolam. Menurut Rukmana (2006), ikan mas merupakan salah satu dari 15 jenis komoditas ikan yang ditujukan untuk peningkatan produksi dan pendapatan petani, serta pemenuhan sasaran peningkatan gizi masyarakat.
Pembenihan ikan mas  perlu untuk dilakukan dalam rangkaian proses budidaya perairan tawar karena ketersediaan benih di alam yang tidak selalu ada secara terus menerus sementara permintaan konsumen terhadap ikan mas terus meningkat. Pembenihan ikan mas relatif mudah dilakukan karena ikan ini dapat memijah secara alami maupun buatan dengan teknik hipofisasi atau penyuntikan hormon fisiologis. Ikan mas dapat memijah dengan baik secara alami apabila lingkungan tempat budidaya dibuat menyerupai habitat asli ikan mas di alam.
Salah satu kendala yang di alami oleh para konsumen saat ini adalah ketersediaan benih yang terbatas. Berdasarkan hal tersebut, maka usaha pembenihan ikan mas yang dilakukan di Unit Pembenihan Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, merupakan suatu usaha dalam menyediakan benih secara berkesinambungan mengingat tingginya permintaan masyarakat terhadap ikan mas yang berkualitas baik sebagai salah satu produk ikan konsumsi perairan tawar.
1.2    Tujuan dan Manfaat
Tujuan Praktek Kerja Lapang adalah untuk mempelajari prosedur teknis serta memperoleh keterampilan dalam hal pelaksanaan pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio L.) di Unit Pembenihan Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi.
Kegunaan dari Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah menambah wawasan serta bahan informasi bagi mahasiswa dan masyarakat dalam kegiatan pembenihan ikan mas serta sebagai bahan masukan untuk meningkatkan keterampilan bagi para pembudidaya ikan mas khususnya pada kegiatan pembenihan.
II.  METODE PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANG
2.1  Waktu dan Tempat
            Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan selama 2 bulan yakni mulai tanggal 7 Desember sampai dengan 7 Februari 2013.  Tempat PKL di Unit Pembenihan Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan, Desa Mpanau Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi.
2.2 Kegiatan Yang Akan Dilaksanakan
2.2.1 Pengenalan organisme yang akan digunakan
      Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1986) sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio L.
Secara umum karakteristik ikan mas memiliki bentuk tubuh yang agak memanjang dan sedikit memipih ke samping (compressed). Sebagian besar tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik kecuali pada beberapa strain yang memiliki sedikit sisik. Moncongnya terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Pada bibirnya yang lunak terdapat dua pasang sungut. Pada bagian dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) sebanyak tiga baris berbentuk geraham. Memiliki sirip ekor menyerupai cagak ( Pribadi dkk, 2002).
2.2.2   Pemeliharaan Induk
Menurut Susanto (2003), kolam perawatan induk berfungsi sebagai tempat penyimpanan induk-induk ikan yang akan dikawinkan dan tempat pemeliharaan induk setelah dipijahkan, selanjutnya ditambahkan oleh Jangkaru (2006), perawatan induk dan calon induk dilakukan secara terpisah antara ikan jantan dan betina. Perawatan induk dan calon induk yang dilakukan secara terpisah akan memberi keuntungan, antara lain tidak terjadi pemijahan liar, pemasangan induk dapat diatur, proses pematangan gonad berlangsung lebih cepat dan penjadwalan pemijahan dapat dilakukan lebih tepat.
Menurut Rukmana ( 2006), induk ikan mas diberi makanan 2 kali per hari sebanyak 2%-3% dari berat badan dengan kandungan protein makanan tersebut berkisar 20%-30%. 
2.2.3 Seleksi Induk
Induk yang akan digunakan untuk praktek adalah induk ikan mas (Cyprinus carpio) yang sudah matang gonad dan siap pijah. Menurut Amri dan Khairuman (2008), induk mas betina yang sudah matang gonad memiliki ciri-ciri yaitu bagian perutnya tampak gendut dan tampak menggelambir jika dilihat dari atas. Apabila diraba, perutnya terasa lembek dan disekitar lubang urogenitalinya tampak memerah dan akan keluar telurnya jika dipijit. Induk jantan yang sudah matang gonad memiliki ciri-ciri yaitu ditandai dengan keluarnya sperma yang berwarna putih jika daerah urogenitalnya dipijit atau diurut.
2.2.4    Persiapan Bak Pemijahan
Bak-bak budidaya dan seluruh peralatan yang akan digunakan dalam proses  pemijahan disiapkan dengan cara membersihkan agar bebas dari penyakit.  Pembersihan bak dilakukan dengan cara menyikat kotoran-kotoran yang melekat pada permukaan kemudian dikeringkan. Bak yang di gunakan untuk pemijahan berdidinding beton berukuran 3 x 6 m dengan kedalaman 70 cm. 
2.2.5 Pemijahan
       Pemijahan yang di lakukan adalah merupakan pemijahan alami. Induk mas yang telah diseleksi dan siap memijah kemudian dimasukkan ke dalam bak pemijahan berukuran 3 x 6 m. Induk ikan Mas yang dimasukkan ke dalam bak pemijahan berbanding 2 : 1 atau 6 ekor jantan dan 1 ekor betina. Perbandingan induk jantan dan betina adalah 1:1 berdasarkan berat. Seekor induk betina seberat 5 kg dalam sebuah tempat pemijahan harus dipijahkan bersama induk jantan dengan berat yang sama meskipun jumlahnya ada 6-7 ekor (Susanto dan Rochdianto 1997).
2.2.6 Penetasan Telur
Telur ikan berwarna kuning jernih.  Telur menetas setelah 2 hari atau 56 jam setelah dibuahi. Telur yang tidak menetas berwarna putih susu dan terdapat serat-serat halus berwarna putih pada telur. Menurut (Kordi, 2010) Telur ikan yang terserang jamur tampak ditumbuhi sekumpulan mycelium jamur yang menyerupai gumpalan benang-benag halus berwarna putih. Telur yang telah terserang jamur adalah telur-telur  yang tidak dibuahi atau yang berkualitas buruk. Jamur yang biasanya menyerang telur ikan adalah Saprolegnia dan Achlya (Jangkaru, 2006).
2.2.7 Pemeliharaan Larva
Larva ikan mas (Cyprinus carpio) yang baru menetas, pada umumnya masih mempunyai cadangan makanan didalam tubuhnya berupa kuning telur. Partosuwiryo dan Warseno (2011), Sesudah menetas, larva dibiarkan terlebih dahulu selama dua hari, dengan tujuan agar kondisi tubuh larva menjadi kuat. Dalam waktu itu  larva tidak membutuhkan pakan tambahan karena masih mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur.  Pakan cadangan ini akan habis dalam waktu 2-4 hari. 
2.2.8 Persiapan Kolam Pendederan
            Persiapan kolam pendederan  dilakukan bersamaan saat induk dipijahkan dengan lama waktu persiapan kolam sekitar 1 minggu. Luas area kolam pendederan adalah 216 m2 . Persiapan kolam yang dilakukan antara lain, pengeringan dasar kolam, pemupukan dan pengisian air.
2.2.9 Pendederan
            Larva ikan mas yang telah memasuki usia 5 hari dari waktu penetasan, dan telah dilakukan masa pemeliharaan, kemudian ditebar ke kolam pendederan. Pendederan adalah kelanjutan pemeliharaan benih ikan mas dari hasil kegiatan pembenihan untuk mencapai ukuran tertentu yang siap dibesarkan. Penebaran benih ke kolam pendederan dilaksanakan 5-7 hari setelah masa persiapan kolam selesai dan kolam telah ditumbuhi makanan alami (Kahiruman dkk, 2005).
Sebelum benih pada kolam pendederan 1 dipindahkan ke kolam pendederan 2, terlebih dahulu kolam dikeringkan kemudian dilakukan pengapuran dan pemupukan sama seperti pada kolam pendederan 1. Pemeliharaan benih  pada pendederan 2 (P2) dilakukan selama 4 minggu.
2.2.0. Pemanenan Benih
Pemilihan waktu panen yang tepat adalah saat suhu masih rendah, yaitu, pada waktu pagi atau sore hari. Benih ikan akan mengalami stres ketika terkena sengatan panas matahari. Jika panen belum selesai sementara suhu udara mulai tinggi, sebaiknya kegiatan panen dihentikan dan kolam harus diairi kembali hingga penuh (Kahiruman dkk, 2005).

DAFTAR PUSTAKA
Jangkaru, Z., 2006. Memacu Pertumbuhan Gurami. Penebar Swadaya, Jakarta.
Khairuman, Sudenda. D dan Gunadi. B.,  2008. Budidaya Ikan Mas Secara Intensif  Revisi. Agromedia Putaka, Jakarta.
Khairuman, Sudenda.D dan Gunadi.B.,  2005. Budidaya Ikan Mas Secara Intensif  Agromedia Putaka, Jakarta
Pribadi, T.S., Muharnanto, Endah. J., Listyarini.T dan Herlina. R., 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras. Agromedia Putaka, Jakarta.
Rukmana, R.H., 2006. Ikan Mas (Pembenihan dan Pembesaran). Aneka Ilmu, Semarang
Saanin.,1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta, Bandung.
Susanto, H., 2003. Membuat Kolam Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susanto,Heru dan Agus Rochdianto, 1999. Kiat Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis.  Penebar Swadaya, Jakarta.

Warseno, Y dan Partosuwiryo, S. 2011. Kiat Sukses Budidaya Ikan Mas.Penerbit :PT Citra Aji Parama, Yogyakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar