Sabtu, 13 Desember 2014

PERTUMBUHAN IKAN MAS YANG DI BERI PAKAN BERBASIS TEPUNG KULIT PISANG KEPOK



I.    PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
     Ikan mas (Cyprinus carpio L.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki daerah penyebaran yang merata di Indonesia. Jenis ikan ini banyak dikenal dan digemari oleh masyarakat. Kandungan proteinnya cukup tinggi sehingga ikan mas ini terus berkembang pesat dari waktu ke waktu.
     Pembudidayaan ikan mas terus dikembangkan secara monokultur ataupun polikultur dengan teknik dan wadah yang berbeda. Selain itu dalam budidaya perikanan yang bersifat komersial dilakukan pengelolaan secara intensif baik dalam penyediaan benih, pakan maupun dalam proses pemeliharaannya sehingga dapat meningkatkan produksi ikan.
     Faktor penting dalam budidaya ikan mas adalah tersedianya pakan dalam jumlah cukup, tepat waktu, dan bernilai gizi tinggi. Namun, yang menjadi permasalahan adalah bahwa penyediaan pakan buatan ini memerlukan biaya yang relatif tinggi yang dapat mencapai 60 - 70% biaya produksi untuk sistem budidaya intensif. Pakan ini juga akan mempengaruhi penyediaan benih ikan mas yang tepat dalam jumlah dan berkualitas baik, yang menjadi faktor utama untuk menjamin kelangsungan usaha pembesaran ikan sampai mencapai ukuran konsumsi.
     Tingginya harga pakan menyebabkan pembudidaya menjadi kesulitan untuk memperoleh keuntungan, oleh sebab itu perlu adanya upaya untuk mencari bahan pakan alternatif yang murah tetapi tetap berkualitas. Peluang yang ada adalah melalui pemanfaatan limbah pertanian yang banyak tersedia. Salah satu bahan baku lokal  yang ada di Sulawesi Tengah yaitu kulit pisang kepok (Musa paradisiaca formatypica) sebagai bahan tambahan untuk formulasi pakan ikan.  Kulit pisang merupakan salah satu limbah perkebunanan yang memiliki potensi menjadi bahan pakan alternatif pengganti dedak dan tepung jagung. Selain menjadi limbah industri, pengolahan  kulit pisang juga merupakan limbah rumah tangga apabila dibuang sembarangan akan mengotori lingkungan sekitar.
      Menurut Udjianto (2003), Iimbah kulit pisang berpeluang untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak melalui bioproses fermentasi. Setelah melalui bioproses fermentasi menggunakan probiotik, nutrien limbah kulit pisang dapat ditingkatkan nilai gizinya dan layak untuk diberikan pada ternak. Selain dapat digunakan sebagai pakan ternak, kulit pisang juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan untuk formulasi pakan ikan.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian pertumbuhan ikan mas (C. carpio) yang di beri pakan berbasis tepung kulit pisang kepok (Musa paradisiaca formatypica).
1.2  Tujuan dan Kegunaan
      Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pertumbuhan ikan mas (C.carpio) yang diberikan pakan dari hasil pemanfaatan kulit pisang kepok (Musa Paradisiaca formatypica). Kegunaan penelitian ini yaitu sebagai bahan informasi mahasiswa dan pembudidaya dalam kegiatan pembuatan pakan, untuk pertumbuhan ikan mas yang diberi pakan dengan memanfaatkan tepung kulit pisang kepok .

II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Menurut Khairuman (2008), ikan mas diklasifikasikan  sebagai berikut:
Filum :  Chordata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Cypriniformes
Famili         : Cyprinidae
Genus         : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio L.

Gambar 1. Ikan mas (Cyprinus carpio)
      Ikan mas (Cyprinus carpio) menyukai tempat hidup (habitat) berupa perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam, seperti pinggiran sungai atau danau. Ikan ini hidup dengan baik di daerah dengan ketinggian 150 – 160 meter.  suhu air untuk tempat hidup ikan mas berkisar antara 200 – 250 C dan pH air antara 7 – 8 (Khairuman dan Amri, 2008).
          Bentuk tubuh ikan mas agak memanjang dan memipih tegak. Mulutnya terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Di bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan yang bersusun dari tiga baris gigi geraham. Hampir seluruh bagian tubuh ikan mas ditutupi sisik, kecuali beberapa varietas memiliki sedikit sisik. Ikan mas tergolong  jenis omnivora, karena ikan ini dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan dan binatang yang terdapat didasar perairan dan tepi perairan.
2.2  Kebutuhan Nutrisi untuk Ikan Mas (Cyprinus carpio)
     Pada umumnya, ikan membutuhkan protein lebih banyak dari pada hewan-hewan ternak di darat (unggas dan mamalia). Menurut Rochdianto dalam Ulfasari (2007), dalam pemeliharaan ikan agar cepat tumbuh ikan harus selalu diberikan pakan yang bergizi tinggi dengan kandungan protein di atas 20%. Litbang Deptan (1989) dalam Kordi (2004), ikan mas yang dipelihara secara intensif membutuhkan pakan dengan kadar protein 30 - 40%, lemak sebanyak 6 - 8%,  karbohidrat 20%, vitamin 0,5 - 10% dan mineral 0,25 - 0,5%.
2.3  Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
      Effendie (1979), menyatakan bahwa pertumbuhan ialah perubahan ukuran baik panjang maupun berat dalam waktu tertentu. Pertumbuhan dalam individu berarti pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis. Hal ini terjadi apabila ada kelebihan input energi dan asam amino (protein) yang berasal dari makanan. Bahan yang berasal dari makanan akan digunakan oleh tubuh untuk metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual, perawatan bagian-bagian tubuh atau mengganti sel-sel yang tidak terpakai. Bahan-bahan yang tidak berguna akan dikeluarkan dari tubuh dan apabila terdapat bahan berlebih dari keperluan tersebut diatas akan dibuat sel baru sebagai penambahan unit atau penggantian sel dari bagian tubuh. Secara keseluruhan hasilnya merupakan perubahan ukuran.
      Pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kualitas pakan yang diberikan serta kondisi lingkungan hidupnya. Jika pakan yang diberikan berkualitas baik, jumlahnya mencukupi dan kondisi lingkungan mendukung dapat dipastikan laju pertumbuhan ikan akan menjadi cepat sesuai dengan yang diharapkan. Sebaliknya, apabila pakan yang diberikan berkualitas rendah, jumlahnya tidak mencukupi dan kondisi lingkungan tidak mendukung dapat dipastikan pertumbuhan ikan akan terhambat (Khairuman dan Amri, 2002).
       Pakan merupakan unsur terpenting dalam menunjang kelangsungan hidup ikan. Ikan yang dibudidayakan baik secara semi intensif maupun intensif, mengandalkan suplai pakan yang diberikan. Hal tersebut sangat berbeda dengan ikan yang dibudidayakan secara tradisional atau yang hidup bebas dialam yang hanya memanfaatkan pakan yang tersedia secara alami.
Hal inilah yang menyebabkan mengapa pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan yang dibudidayakan secara intensif maupun semi intensif jauh lebih tinggi daripada ikan yang dibudidayakan secara tradisional (Khairuman dan Amri, 2002).
2.4  Pakan
      Pakan merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berperan dalam upaya pengembangan suatu jenis ikan. Kesesuaian jenis pakan sangat mempengaruhi suatu organisme untuk dapat bertahan hidup, tumbuh dan berkembang (Triyanto dan Djamhuriyah, 2006).
      Ikan atau biota budidaya lainnya membutuhkan pakan tidak hanya untuk hidup, tetapi berbagai aktivitas lainnya, seperti berenang, memelihara jaringan tubuh, kekebalan, berkembang biak dan lain-lain. Sementara pada budidaya ikan intensif yang menerapkan padat penebaran tinggi, pemberian pakan tidak hanya dimaksudkan untuk menyediakan energi untuk aktivitas ikan tetapi juga memacu pertumbuhan ikan (Ghufran dan Kordi, 2007).
       Menurut Tatang Kusnadi dan Bani (2007), pakan yang berkualitas akan membantu meningkatkan pertumbuhan, produksi dan reproduksi ikan. Ikan membutuhkan zat gizi tertentu untuk kehidupannya, zat gizi tersebut akan digunakan untuk menghasilkan tenaga, mengganti sel-sel tubuh yang rusak dan juga untuk pertumbuhan. Zat-zat gizi yang dibutuhkan adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air (Mudjiman, 1994).
      Khairuman dkk. (2002), menyatakan bahwa pakan tambahan harus diberikan setiap hari untuk mempercepat proses pertumbuhan benih ikan. Ikan mas ukuran 3 - 5 cm memerlukan pakan berupa pellet dalam bentuk tepung atau pellet yang dibasahi air dengan jumlah makanan yang diberikan sebanyak 3 - 5% per hari dari berat badan ikan yang dipelihara, sedangkan menurut Cahyono (2000), ikan mas umur 7 - 30 hari dan 1 - 4 bulan diberi pakan berupa pellet sebanyak 5% perhari dari berat badan ikan yang dipelihara.
2.4.1    Pisang Kepok (Musa paradisiaca formatypica )
     Menurut Tjitrosoepomo dalam  Arifin (2011), klasifikasi pisang kepok (Musa paradisiaca formatypica) sebagai berikut:
Kingdom     : Plantae
Divisi         : Magnoliophyta
 Kelas          : Liliopsida
Ordo     : Zingiberales
 Famili      : Musaceae
Genus    : Musa
 Spesies      : Musa paradisiaca formatypica
        
 

Gambar 2.  Kulit pisang kepok (Musa paradisiaca formatypica).
       Limbah kulit pisang masih belum mendapatkan penanganan yang cukup karena pada limbah kulit pisang masih mengandung pati, protein dan serat yang cukup tinggi. Masalah yang sering dihadapi pada industri kimia adalah pemanfaatan bahan-bahan tidak berguna yang murah menjadi bahan-bahan yang lebih berguna dan bernilai tinggi. Proses pengolahan buah pisang seperti disebutkan diatas tentunya terdapat limbah kulit pisang. Masyarakat pedesaan memanfaatkan kulit pisang sebagai pakan ternak. Padahal kulit pisang mengandung 18,90% karbohidrat (Retno,2008).
       Buah pisang banyak mengandung karbohidrat baik isinya maupun kulitnya. Pisang mempunyai kandungan khrom yang berfungsi dalam metabolisme karbohidrat dan lipid. Khrom bersama dengan insulin memudahkan masuknya glukosa ke dalam sel-sel. Umumnya masyarakat hanya memakan buahnya saja dan membuang kulit pisang begitu saja. Akan tetapi, di dalam kulit pisang ternyata terdapat  vitamin C, B, kalsium, protein dan juga lemak yang cukup   (Sulffahri, 2008).
       Menurut Effendi (2007), kulit pisang dapat diolah menjadi tepung dan juga selai. Dengan demikian, kulit pisang yang biasanya digunakan sebagai pakan ternak atau limbah rumah tangga ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan selai. Selain itu, kenaikan harga bahan baku pakan, seperti jagung, maka dibutuhkan bahan yang dapat disubtitusi untuk menurunkan biaya pakan. Adanya substitusi sebagian tepung jagung dengan limbah kulit pisang akan dapat mengurangi biaya pakan dan juga berpengaruh dengan biaya produksi yang dikeluarkan pembudidaya. Pada beberapa penelitian menunjukkan pemberian pakan buatan yang mengandung tepung kulit pisang dapat meningkatkan produksi ayam kampung dilihat dari pertambahan berat badan, konsumsi pakan, konversi pakan dan berat organ pencernaan.
Kandungan nutrisi kulit pisang kepok tertera pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Kandungan nutrisi kulit pisang kepok (Musa paradisiaca formatypica)
Komponen
Presentase (%)
Lemak
Protein
Serat kasar
Karbohidrat
Abu
BETN
11,80
7,08
8,34
18,50
9,66
63,1
Sumber: Sutardi (1981)
2.4.2    Tepung darah
     Darah ternak merupakan limbah dari rumah tangga pemotongan hewan/ternak. Limbah ini dapat diolah menjadi tepung darah dan dapat digunakan sebagai bahan baku pakan udang dan ikan, karena mengandung nutrisi yang cukup tinggi (Kordi, 2009).
Tabel 2. Kandungan nutrisi tepung darah
                Komponen               
Presentase (%)
Protein
Lemak
Karbohidrat
Serat
Air
Abu
93,00
1,40
-
1,10
-
7,10
Sumber: Kordi (2007)
2.4.3    Tepung Keong Emas
    Keong emas adalah siput air tawar yang banyak ditemukan di sekitar persawahan/perkolaman. Tepung keong emas  dapat digunakan hingga 30% dalam pakan untuk mensubtitusi penggunaan tepung ikan sebagai sumber protein. Sebelum digunakan keong emas terlebih dahulu diolah menjadi tepung   (Sahwan, 2003).
Kandung nutrisi keong mas tertera pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Kandungan nutrisi keong emas
No
Komponen
Presentase (%)
1
2
3
4
5
6
Protein
Karbohidrat
Lemak
Air
Abu
Serat kasar
57,76
0,68
14,62
11,05
15,3
5,50
Sumber : Kordi, (2007).
2.4.4    Tepung Terigu
       Menurut Kordi (2007), bahwa tepung terigu berasal dari hasil olahan biji gandum. Selain sebagai sumber energi dalam pakan ikan, tepung terigu juga berguna sebagai bahan perekat sehingga pakan yang dihasilkan mempunyai tekstur yang baik dan tahan lama di dalam air.  Kandungan nutrisi tepung terigu tertera pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Kandungan nutrisi tepung terigu
No
Komponen
Presentase (%)
1
2
3
4
5
6
Protein
Karbohidrat
Lemak
Air
Abu
Serat kasar
8,9
77,3
1,3
12
0,58
-
Sumber : Mudjiman (2007)


2.5  Hipotesis
Pemanfaatan kulit pisang kepok sebagai pakan dengan kadar protein yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan mas.
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1  Waktu dan Tempat
       Penelitian ini akan dilaksanakan 2 bulan dimulai bulan Februari 2012 sampai dengan April 2013. Penelitian bertempat di Laboratorium budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.

3.2  Materi Penelitian
3.2.1    Organisme Uji
Organisme uji yang akan digunakan yaitu ikan mas (C. carpio) yang diperoleh dari Unit Pembenihan Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan, Desa Mpanau. Benih yang digunakan berukuran 5-8 cm dengan padat penebaran 10 ekor per wadah.
3.2.2    Peralatan Penelitian
      Peralatan yang akan digunakan selama penelitian adalah akuarium berukuran 40x30x40 cm sebanyak 18 buah, thermometer, DO meter, seser atau scoopnet, ember, blower, selang, batu aerasi, gilingan dan timbangan.
3.2.3    Bahan Penelitian
      Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah tepung kulit pisang kepok, tepung darah, tepung terigu dan tepung keong mas.

3.3  Prosedur Penelitian
3.3.1    Pembuatan pakan
      Pada penelitian ini, pakan dibuat dengan berbasis pada bahan baku lokal dan tersedia di alam.  Bahan pakan buatan bersumber dari bahan baku nabati dan bahan baku hewani. Bahan baku nabati atau sering disebut protein basal yaitu kandungan protein <20% bersumber dari tepung kulit pisang, dedak halus, sedangkan sumber bahan baku hewani atau sering disebut protein suplemen yaitu kandungan proteinnya >20% yaitu keong emas dan  tepung darah ternak.
       Prosedur kerja yang digunakan pada penelitian kali ini adalah sebagai berikut :
1.  Kulit pisang kepok (Musa paradisiaca formatypica) yang sudah matang kemudian dikeringkan sehingga kulit pisang tersebut mudah patah. Selanjutnya kulit pisang yang sudah kering digiling sampai diperoleh tepung kulit pisang dan siap digunakan sebagai bahan baku pellet.
2.  Darah ternak yang didapatkan dipemotongan hewan pertama-tama dikukus ± 30 menit, kemudian dipotong-potong kecil, dijemur hingga kering, digiling menjadi tepung dan siap digunakan untuk bahan baku pellet (Kordi, 2007).
3.  Keong emas yang banyak didapatkan dari sawah dan kolam yang bersifat hama digunakan sebagai salah satu bahan baku pellet. Keong emas yang telah dikumpulkan direbus selama 15 menit, kemudian dipecahkan cangkangnya untuk mengambil isinya, setelah isinya didapatkan direbus kembali ± 20 menit, dipotong kecil-kecil, dijemur hingga kering, digiling hingga menjadi tepung dan siap digunakan sebagai bahan baku pellet (Kordi, 2007)
4.  Menimbang semua bahan baku pellet yang digunakan sesuai dengan ketentuannya masing-masing.
5.  Mencampur semua bahan yang digunakan dalam satu wadah dengan menambahkan sedikit demi sedikit air hingga bahan tersebut menjadi seperti adonan.
6.  Adonan pakan yang sudah jadi dicetak.
7.  Pakan yang telah selesai dicetak  dijemur setengah kering.
8.  Memotong pellet sesuai dengan bukaan mulut benih ikan mas  (C. carpio)    
9.  Pakan yang selesai dipotong dijemur kembali hingga kering.
10.  Pakan yang sudah kering siap diberikan kepada benih ikan mas (C. carpio).
     Pakan yang dibuat dengan kandungan protein yang ditentukan dapat diperoleh dengan formulasi bahan baku yang tertera pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5.  Bahan baku pakan yang digunakan dalam penelitian
Bahan baku pangan
Bahan baku pakan yang digunakan dalam penelitian
Pakan A 30%
Pakan B 35%
Pakan C 40%
Tepung terigu
16,83%
44,93%
39,37%
Tepung kulit pisang
50,50%
14,97%
13,12%
Tepung darah
16,33%
20,04%
23,74%
Tepung keong mas
16,33%
20,04%
23,74%

3.3.2    Pemberian Pakan pada Organisme Uji
     Pakan yang telah dicampur dengan tepung kulit pisang sesuai dengan dosis perlakuan kemudian diberikan pada organisme uji. Menurut Usni dan Cecep (2009), pakan pada pembesaran ikan mas (C. carpio) diberikan 3 - 5% dari bobot tubuh per hari. Pemberian pakan secara at satiation berarti pemberian pakan lele sesuai dengan daya tampung lambung dan tidak berlebih. Hal ini sesuai dengan Utomo (2005), teknik at satiaton lebih efisien pemberian pakannya. Pakan yang diberikan 3 kali per hari yaitu pagi, siang dan sore.
3.4  Desain Penelitian
      Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian yang akan dilaksanakan adalah memberikan perlakuan penambahan tepung kulit pisang kepok dengan dosis yang berbeda pada pakan ikan mas sebanyak 3 perlakuan dan 6 ulangan dengan demikian terdapat 18 unit percobaan. Perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut:
Perlakuan A = Pemberian pakan dengan kadar protein 30%
Perlakuan B = Pemberian pakan dengan kadar protein 35%
Perlakuan C = Pemberian pakan dengan kadar protein 40%
3.5  Variabel yang Diamati
3.5.1    Pertambahan Bobot Mutlak
      Pengukuran pertambahan bobot dilakukan secara periodik dari awal hingga akhir dengan menimbang bobot biomassa organisme. Pengukuran bobot tubuh ikan mas dilakukan seminggu sekali selama penelitian. Perhitungan pertambahan bobot menggunakan rumus umum yaitu:
GR    = Wt – Wo
Keterangan :         GR  : pertambahan bobot (g/hr)
Wo  : bobot rata-rata pada awal penelitian (g)
 Wt  : bobot rata-rata pada akhir penelitian (g)

3.5.2    Kelangsungan Hidup
     Tingkat kelangsungan hidup ikan mas dihitung dengan membandingkan antara jumlah ikan pada akhir dan jumlah ikan pada awal penelitian. Dengan menggunakan rumus Effendie (1979) sebagai berikut:
S=  
Keterangan:
S       = Survival
Nt      = Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor)
No     = Jumlah ikan pada Awal Penelitian (ekor)
3.5.3    Konversi Pakan
      Nilai konversi pakan dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Kordi (2010) yaitu:
FCR =  
Keterangan :
FCR  =  Konversi pakan
F       =  Jumlah total pakan yang digunakan (gram)
Wt     =  Biomassa ikan uji pada akhir penelitian (gram)
Wo    =  Biomassa ikan uji pada awal penelitian (gram)

3.5.4 Kandungan Nutrisi Pakan
       Kandungan nutrisi pakan sangat penting dalam pertumbuhan suatu organisme, sehingga organisme dapat tumbuh dengan baik. Kandungan nutrisi pakan yang terdiri atas serangkaian evaluasi secara fisik dan kimiawi. 
3.5.4.1 Evaluasi Fisik
       Pengujian secara fisik untuk dapat mengetahui tekstur, bentuk dan lama kelarutan pakan buatan yang memiliki kandungan protein berbeda, Evaluasi fisik meliputi tekstur pakan, warna pakan dan waktu kelarutan dalam air.
3.5.4.2  Evaluasi Kimia
      Pengujian secara kimiawi untuk mengetahui kandungan protein dari pakan buatan (pakan A 30%, B 35% dan C 40%) tersebut dengan menggunakan bahan baku yang sudah ditentukan.
3.5.4.3  Parameter Kualitas Air
    Sebagai data penunjang, dilakukan pengukuran kualitas air terhadap beberapa parameter kualitas air. Parameter kualitas air yang diamati adalah suhu, derajat keasaman (pH), oksigen terlarut dan amoniak sebagaimana yang tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Parameter Kualitas Air
No.
Parameter
Waktu Pengamatan
Alat/Matode Pengukuran
  1.
2.
3.
4.

Suhu
Oksigen terlarut
pH
Amoniak
2 x sehari
Setiap minggu
Setiap minggu
Awal dan akhir penelitian
Thermometer
Metode titrasi
pH meter
Metode titrasi


3.6  Analisis Data
      Data yang diperoleh akan dianalisis berdasarkan rancangan acak lengkap dengan model matematika menurut Gasperz (1994), sebagai berikut:
Yij = µ + Ʈi + εij
Keterangan:
Y       = Pengamatan dari perlakuan ke-i ulangan ke-j
µ       = Nilai tengah populasi
Ʈi           =  Pengaruh perlakuan  ke-i
εij           = Galat perlakuan ke-i ulangan ke-j
i         = Perlakuan (A, B, C)
j         = Ulangan (1, 2, 3, 4, 5, 6)

     Jika terdapat pengaruh nyata dari perlakuan yang diberikan, maka akan dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

DAFTAR PUSTAKA

Arie. U dan Muharam. C., 2009. Panen Ikan Mas 2,5 Bulan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Arifin. S., 2011. Studi pembuatan Roti dengan Subtitusi Tepung Pisang Kepok (Musa paradisiaca formatypica). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Makasar.
Cahyono, B., 2000. Budidaya ikan air tawar. Kanasius. Jakarta.
Dewati. R., 2008. Limbah Kulit Pisang Kepok Sebagai Bahan Baku Pembuatan Ethanol. UPN “Veteran” Jawa Timur.  Surabaya.
Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan dan Lingkungan Perairan.  Kanisius. Jokjakarta.
Effendie, M.I., 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Effendie, M.I., 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustakan Nusatama, Yogyakarta.
Gasperz. V., 1994. Metode perancangan  percobaan (Untuk Ilmu-ilmu Pertanian, Ilmu-ilmu Teknik dan Biologi). CV Armico. Bandung.
Khairuman dan Amri, K., 2002. Membuat Pakan Ikan Konsumsi.  Agro Media Pustaka. Jakarta.
Khairuman dan Amri K., 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Penerbit Kanisius. Yogakarta.
Kordi., 2004. Pakan Ikan. PT. Perca. Jakarta.
Kordi., 2007. Meramu Pakan untuk Ikan Karnivor.  Aneka Ilmu.  Semarang
Kordi K., M. Gufran H. 2009. Budidaya perairan buku kedua. PT. Citra aditya bakti, Bandung.
Kordi K., M. Gufran H. 2010. Pakan udang. Akademuk, Jakarta.
Mudjiman, A., 2002. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mudjiman, A., 2006. Makanan Ikan Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Machbubatul, 2008. Pembuatan kaldu dari kepala ikan tuna dengan cara hidrolisis asam (kajian penambahan air dan pH). Fakultas teknologi pertanian. Universitas brawijaya, Malang.
Rochdianto, A., 2005.  Budidaya Ikan di Jaring Terapung. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sahwan, F. 2003. Pakan ikan dan udang: Formulasi, Pembuatan, Analisi ekonomi. Penerbit Swadaya, Jakarta.
Triyanto dan Djamhuriyah. S. S., 2006.  Pengaruh Perlakuan Jenis Pakan Berbeda Terhadap Ikan Pelangi Marosatherina ladigesi Jurnal Ikhtiologi Indonesia, Vol.6, No.2
Udjianto, A., 2003.  Peluang Pemanfaatan Limbah Pisang sebagai Pakan Ternak.  Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perternakan. Bogor.
Ulfasari, 2007., Pengaruh padat penebaran terhadap pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio) yang di pelihara dalam wadah terkontrol. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar