Selasa, 16 Oktober 2012

Makalah Hama dan Penyakit Yang Menyerang Gracilaria



I.  PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Rumput laut mempunyai nilai ekonomis penting dan prospek di masa mendatang. Pemanfaatan rumput laut sudah berkembang dari tahun 2700 sebelum masehi oleh orang-orang Cina untuk membuat obat-obatan. Sedangkan pada tahun 1292, ketika orang-orang Eropa pertama kali berlayar di perairan Indonesia, mereka mencatat bahwa penduduk di pesisir pantai telah lama menggunakan alga sebagai sayuran. Namun budidaya rumput laut baru berkembang di daerah Cina, Jepang dan Korea pada abad 20-an (Aslan, 1998).
Salah satu rumput laut yang banyak dibudidayakan, di pertambakan adalah gracilaria sp. Rumput laut jenis gracilaria ini, selain digunakan sebagai bahan agar juga dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Dalam rangka memenuhi kebutuhan rumput laut, khusunya gracilaria, Rumput laut ini banyak dibudidayakan melalui metode dasar, metode lepas dasar dan metode apung di areal tambak (Aslan, 1999). Penggunaan Teknik budidaya rumput laut ini disesuaikan dengan lokasi budidaya (Anggadireja, 2006).
            Beberapa kendala dijumpai dalam proses budidaya rumput laut di perairan tersebut antara lain hama dan penyakit, (Supratno, 2009). Sulistyo (1988) menjelaskan bahwa hama tanaman rumput laut merupakan organisme yang memangsa tanaman rumput laut. Hama dapat menimbulkan kerusakan secara fisik pada tanaman budidaya, seperti; tanaman terkelupas, patah atau habis dimakan sama sekali. Sedangkan penyakit menurut Anggadireja (2006) adalah suatu gejala gangguan fungsi atau terjadinya perubahan fisiologis pada tanaman. Sulistyo (1988) lebih lanjut menjelaskan bahwa penyakit berpengaruh terhadap tingkat produktivitas hasil.
1.2 Rumusan Masalah
1.    hama apa saja yang menyerang budidaya rumput laut Gracilaria sp.
2.    penyakit apa saja yang menyerang budidaya Gracilaria sp.
3.    bagaimana cara menanggulangi hama dan penyakit pada budidaya rumput laut  gracilaria sp.

II. PEMBAHASAN
2.1  Deskripsi dan Klasifikasi Rumput Laut Gracilaria sp.
Rumput laut gracilaria sp merupakan jenis rumput laut yang dapat di budidayakan di muara sungai maupun di tambak, meskipun habitat awalnya  berasal dari laut. Hal ini di karenakan  tingkat toleransi  hidup yang ini sampai pada batas salinitas  15 per mil Bahkan 10 per mil. Gracilaria sp. termasuk dalam kelas alga merah (Rhodophyceae) menghasilkan metabolit primer senyawa hidrokoloid yang disebut agar (Winarno 1996).
Klasifikasi Gracilaria menurut Anggadiredja (2006)  yaitu:
Divisi   : Rhodophyta
Kelas  : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili  : Gracilariaceae
Genus  : Glacilaria
Species  : Glacilaria sp.

Gambar 1. Rumput laut Gracilaria sp.
Ciri umum dari Gracilaria sp. adalah mempunyai bentuk thallus silindris atau gepeng dengan percabangan mulai dari yang sederhana sampai pada yang rumit dan rimbun, di atas percabangan umumnya bentuk thalli (kerangka tubuh tanaman) agak mengecil, permukaannya halus atau berbintil-bintil, diameter thallus berkisar antara 0,5 – 2 mm. Panjang dapat mencapai 30 cm atau lebih dan Glacilaria tumbuh di rataan terumbu karang dengan air jernih dan arus cukup dengan salinitas ideal berkisar 20-28 per mil (Anggadiredja, 2006).
2.2  Hama Dan Penyakit Rumput Laut Gracilaria sp.
A.    Hama Pada Budidaya Gracilaria sp.
            Hama rumput laut umumnya adalah organisme laut/air payau yang memangsa rumput laut sehingga akan menimbulkan kerusakan fisik terhadap thallus, dimana thallus akan mudah terkelupas, patah ataupun habis dimakan hama (Sulistiyo, 1988). Menurut Anggadireja (2006), Hama dibedakan berdasarkan ukuran besar kecilnya yaitu hama mikro (micro grazer) dan hama makro (macro grazer).
1.      Hama Mikro
            Hama mikro yang menyerang rumput laut, berukuran panjang kurang dari 2 cm dan melekat pada thallus. Menurut Doty (1987), hama mikro yang sering ditemukan pada rumput laut adalah larva bulu babi (Tripneustus sp.), larva teripang (Holothuria sp). Selanjutnya dijelaskan bahwa larva bulu babi (Tripneustes sp.) bersifat planktonik, melayang-layang di dalam air dan kemudian menempel pada tanaman rumput laut, sehingga larva bulu babi menyebabkan tanaman gracilaria sp berwarna kuning dan rusak. Larva teripang (Holothuria sp.) yang menempel dan menetap pada thallus rumput laut, kemudian tumbuh menjadi besar. Larva yang sudah besar akan menjadi hama makro dan dapat memakan thallus rumput laut secara langsung dengan cara menyisipkan ujung-ujung cabang rumput laut kedalam mulutnya. Sedangkan Lumut Kutu, berwarna coklat kehitaman dengan ukuran yang kecil seperti rambut, biasanya menempel dan menembus jaringan thallus rumput laut menyebabkan terhambatnya penetrasi cahaya matahari sehingga batang/thallus rumput laut membusuk dan rontok. Tingkat Penyebaran yang cepat dan menjadi penyebab kerusakan masal pada budidaya rumput laut. (Anggadireja, 2006).
2.      Hama Makro
            Menurut Anggadireja (2006), tanaman yang biasanya diserang hama makro adalah tanaman yang berada dekat perairan dengan dasar karang atau karang berpasir sekitar pantai. Serangan ikan akan berkurang bila rumput laut yang ditanam pada lokasi agak ke tengah. Hama makro adalah hama yang berukuran lebih besar dari ukuran 2 cm. Hama makro dapat menghancurkan tanaman gracilaria sp yaitu ikan beronang (Siganus javus), teritip, siput dan beberapa marga alga seperti EctocarpusPolysiphonia dan  Enteromorpha.
1. Ikan Baronang

Gambar 2. Ikan baronang (Siganus sp)
Ikan baronang dikenal oleh masyarakat dengan nama kea-kea (Pulau Seribu), di Jawa Tengah dengan nama biawas dan nelayan-nelayan di Pulau Maluku menamakan dengan sebutan samadar. Menurut Saanin (1986), ikan beronang termasuk dalam kingdom animalia, filum chordata, kelas pisces, ordo perciformes, sub ordo acanthuroidei, famili siganidae, genus Siganus dan spesies Siganus javus. Oleh karena itu ikan beronang termasuk famili Siginidae dengan tanda-tanda khusus sebagai berikut D XIII, 10 A VII, 9, P2 I, 3, 1, tubuhnya membujur dan memipih lateral, dilindungi oleh sisik-sisik yang kecil, mulut kecil posisinya terminal. Rahangnya dilengkapi dengan gigi-gigi kecil. Punggungnya dilengkapi oleh sebuah duri yang tajam mengarah ke depan antara neural pertama dan biasanya tertanam di bawah kulit. Duri-duri ini dilengkapi dengan kelenjar bisa/racun pada ujungnya.
Ikan ini termasuk ke dalam jenis "primary herbivor" yaitu pemakan plankton nabati tumbuhan. Sesuai dengan morfologi dari gigi dan saluran pencernaannya yaitu mulutnya kecil, mempunyai gigi seri pada masing-masing rahang, gigi geraham berkembang sempurna, dinding lambung agak tebal, usus halusnya panjang dan mempunyai permukaan yang luas, ikan beronang termasuk pemakan tumbuh-tumbuhan (Wikipedia, 2005).
Menurut Anggadireja (2006), ikan baronang merupakan hama rumput laut gracilaria sp. Serangan ikan beronang umumnya bersifat musiman sehingga setiap daerah memiliki waktu serangan yang berbeda. Ikan beronang memakan ujung-ujung thallus gracilaria sp. Tanda pada rumput laut yang termakan ikan beronang adalah terdapat bekas potongan kecil pada ujung thallus, tidak semua thallus termakan habis dan rumput laut tidak mengalami pembusukan. Ikan beronang tidak memakan seluruh thallus. Thallus yang dimakan hanya percabangan yang paling muda. Biota ini menjadi salah satu pengganggu pada budidaya rumput laut karena sifat makannya yang bergerombol dan mencari tumbuhan hijau. Ikan beronang mempunyai mulut yang kecil. Biota ini juga tidak memakan rumput laut sebagai makanan utama. Sehingga rumput laut yang dimakan hanya cabang thallus yang baru trubus atau yang muda saja. Berbeda dengan thallus yang dimakan penyu, ujung thallus yang termakan akan mudah tumbuh lagi.
2. Teritip
Gambar 3. Teritip
Menurut Wikipedia Indonesia dari burneister (1834), teritip termasuk ke dalam kingdom animalia, filum arthropoda, subfilum krustasia, kelas maxillopoda, sub kelas thecostraca, infrakelas cirripedia dan genus Ballanus. Teritip biasanya melekat pada batu, badan kapal, malah pada badan paus. Teritip mampu bertahan sekiranya ia terdedah kepada udara semasa air surut. Ketika itu, ia akan menutup cangkerangnya untuk mengekalkan kelembapan badannya. Teritip juga menempel pada biota yang digunakan untuk tempat perkembang biakannya seperti rumput laut (Wikipedia, 2005).
            Teritip yang mempunyai ukuran lebih besar menempel pada thallus yang tua sedangkan tertitip ukuran kecil menempel pada thallus muda. Penempelan teritip biasanya diikuti dengan tumbuhnya lumut di sekitar thallus yang ditempeli. Sedangkan kerusakan yang timbul adalah thallus yang ditempeli lama kelamaan akan berwarna putih. Tanda- tanda rumput laut yang di tempeli oleh teritip di antaranya yaitu terdapat bekas potongan pada percabangan dan ujung thallusnya serta adanya pembusukan akibat potongan tersebut. Sedangkan kerusakan yang disebabkan oleh adanya penempelan teritip pada rumput laut adalah timbulnya lumut di sekitar thallus.
3.    Siput
            Hama yang berasal dari jenis siput ini keberadaannya cukup merugikan bagi rumput laut tersebut. Siput ini akan memakan bagian rumput laut yang disebut dengan thili yang merupakan ujung dari rumput laut yang masih muda dan bagian yang akan tumbuh dan berkembang. Thalii Glacilaria biasanya berbentuk silindris sampai pipih dengan tekstur seperti tulang rawan, percabangan banyak, ada yang sederhana tetapi adapula yang rumit dan rimbun. Setelah percabangan biasanya thalii menjadi lebih kecil. Glacilaria mempunyai pertumbuhan uniaxial, dengan sel tunggal yang tumbuh ditiap ujung tali. Kumpulan cabang dichotomous Glacilaria verrucosa mempunyai panjang hampir 30-40 cm. Thalii dapat berwarna hijau kecoklatan, merah, pirang merah kecoklatan merah tua, merah muda dan sebagainya. Jika bagian thili ini dimakan oleh siput, maka rumput laut tidak akan tumbuh dan berkembang, dan bahkan lama-lama akan habis dimakan oleh siput tersebut.
4.    Alga   Ectocarpus
Gambar 4 . Ectocarpus sp.
Ectocarpus sp. merupakan salah satu jenis dari ganggang cokelat (Phaeophyceae). Ganggang cokelat umumnya terdapat di laut, melekat pada batu-batuan dan seringkali terdampar di pantai. Bentuk tubuhnya menyerupai tumbuhan tingkat tinggi karena memiliki alat yang mirip akar, batang dan daun. Panjang talusnya dapat mencapai 10 meter.
Ganggang ini berwarna kecoklatan karena selain mengandung klorofil juga mengandung pigmen fukosantin yang merupakan pigmen dominan dan karoten serta santofil. Cara kita mengenali tumbuhan ini di pantai adalah dengan mengamati ciri-cirinya, berupa talus berwarna cokelat yang mempunyai gelembung-gelembung udara berbentuk seperti “buah”. Adanya gelembung udara ini menyebabkan ganggang cokelat dapat mengapung dalam air laut. Gelembung udara juga mengandung cadangan udara untuk bernapas.
Ganggang cokelat berkembangbiak secara vegetatif dengan fragmentasi dan berkembangbiak secara generatif dengan oogami yaitu peleburan spermatozoid dan ovum membentuk zigot. Kemudian zigot akan tumbuh dan berkembang menjadi ganggang cokelat dewasa.
5.    Alga  Enteromorpha.
Gambar 5. alga  Enteromorpha.

Enteromorpha sp. berasal dari kata enteron yang berarti usus dan morphe yang berarti bentuk. Sel bagian tengah dan ujung berisi satu pirenoid di setiap selnya. Kloroplasnya sering memiliki bentuk seperti mangkuk yang tampak di bagian permukaan dengan ukuran yang berbeda panjangnya pada masing-masing sel. Bentuk dan susunan selnya seperti pada tumbuhan tingkat tinggi
            Alga ini berukuran kecil dan sering membentuk rumpun. Thallusnya berbentuk tabung dan di dalamnya terdapat ruang silinder. Siklus hidupnya mengalami pergantian keturunan yang isomorfik, tetapi beberapa spesies hanya menggunakan zoospora dalam reproduksinya. Zoospora dibebaskan melalui lubang lateral pada dinding sel. Alga ini digunakan untuk makanan ikan (Aslan, 1991).
3.      Pengendalian Hama pada Rumput Laut Gracilaria sp.
Pengendalian terhadap hama mikro yaitu dengan intensif membersihkan rumput laut, hama ini dapat ditanggulangi dengan melakukan perendaman selama 2-3 menit dalam larutan rinso seperti yang dilakukan oleh pembudidaya rumput laut di Karimunjawa, Jepara. Pencegahan dilakukan dengan menentukan lokasi budidaya yang efektif terutama lokasi yang cukup dalam dengan arus yang cukup.
Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi hama  makro ini  memperbaiki/memodifikasi teknik budi daya, sehingga tanaman budi daya berada pada posisi permukaan air. Selain itu dapat  dicegah  dengan  memasang  saringan  halus  di  pintu  air  dan   penebaran  saponin  dengan  dosis  25  ppm,  sedangkan  alga dapat dicegah  dengan  persiapan seperti pengeringan lahan, pengapuran dan penggunaan saponim. Cara mengatasi adanya hama siput yaitu bibit yang ditanam harus benar-benar terbebas dari siput tersebut. Kemudian harus dilakukan monitoring satu minggu sekali dengan cara membersihkan rumput laut. Alga yang menempel Ectocarpus   dan   Polysiphonia   dapat  dihilangkan  dengan  menaikan  temperature  air. Cara  ini  dapat  ditempuh dengan  menurunkan  air  petakan  saat  matahari   bersinar   terik.  Biasanya alga tersebut akan  segera  memisahkan  diri  dari  rumput  Gracilaria  sp  dan  juga  dapat  dipisahkan dengan cara manual. Metoda  lain  adalah  dengan  mencelupkan  rumpun   rumput laut adalah dalam larutan formalin 0,05 ppm selama beberapa detik.  Enteromorpha  dapat diberantas dengan menurunkan air dan menyemprotkan rumpun gracilaria sp menggunakan larutan paraquat 3 -6 %. Metode lain adalah dengan melakukan  polikultur  gracilaria  sp  dengan  bandeng, karena ikan tersebut  akan  memakan  organisme  yang  menempel  di  permukaan thalus  dan  di  dasar  tambak.
B.  Penyakit Pada Budidaya Gracilariasp.
            Penyakit merupakan suatu gangguan fungsi, dimana terjadi perubahan anatomi atau struktur dari normal menjadi abnormal, seperti perubahan dalam laju pertumbuhan atau penampakan seperti warna dan bentuk yang akhirnya berpengaruh terhadap tingkat produktivitas hasil. Terjadinya penyakit umumnya disebabkan oleh adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dan adanya interaksi antara faktor lingkungan seperti suhu, kecerahan, salinitas dll dengan jasad patogen (organisme yang berperan sebagai penyebab penyakit). Penyakit yang menyerang rumput laut dikenal sebagai ice-ice
4.      Penyakit Ice-ice
            Menurut Sulistyo (1988), penyakit ice-ice pada rumput laut terjadi di daerah-daerah dengan kecerahan tinggi. Gejala yang sering timbul pada rumput laut yang terserang adalah adanya bintik-bintik/bercak-bercak pada sebagian thallus, namun lama kelamaan akan menyebabkan kehilangan warna sampai menjadi putih dan mudah terputus (lembek). Penyakit ini menyerang gracilaria. terutama disebabkan oleh adanya perubahan lingkungan (arus, suhu, kecerahan, dll.) di lokasi budidaya.
Gambar 6. rumput laut gracilaria sp. yang terkena penyakit ice-ice
·         Gejala Penyakit Ice-Ice
            Nama “ice-ice“ berasal dari bahasa Inggris, diucapkan dalam bahasa Melayu lokal yang menggambarkan bagian thallus yang berubah menjadi putih transparan (Lundsor, 2002). Pada awalnya thallus mengalami perubahan warna dari warna terang menjadi pucat dan permukaan thallus kasar karena kehilangan getah/lendir. Selanjutnya timbul bintik /bercak putih pada permukaan thallus dan ujung thallus memutih, pada akhirnya seluruh thallus memutih, keropos dan patah. Proses pemutihan diawali dari bercak putih yang timbul pada permukaan thallus rumput laut dengan ukuran bercak yang bervariasi, tergantung pada waktu munculnya. Ukuran bercak semakin melebar dengan bersatunya banyak bercak. Thallus terus menerus mengalami pemutihan dan keropos sehingga mudah patah.
            Sulistyo (1988) menjelaskan bahwa perubahan lingkungan budidaya akan berbahaya bila berjalan terus menerus dalam waktu yang cukup lama. Perubahan lingkungan akan diikuti penurunan kualitas air dan nutrient yang ada. Pada akhirnya rumput laut akan terhambat pertumbuhannya. Kondisi ini akan lebih parah bila terjadi polusi atau kotoran yang menempel pada thallus sehingga timbul bercak putih. Kondisi seperti inilah yang sering ditakutkan oleh pembudidaya rumput laut karena bisa menyebabkan gagal panen.
            Menurut Sulistyo (1988), cara pencegahan dari penyakit ini adalah dengan memonitor adanya perubahan-perubahan lingkungan, terutama pada saat terjadinya perubahan lingkungan. Di samping itu dilakukan penurunan posisi tanaman lebih dalam untuk mengurangi penetrasi cahaya sinar matahari. Selain itu serangan penyakit ice-ice dapat dicegah, agar kerugian dapat terkurangi. Untuk itu perlu diterapkan langkah-langkah kongkret dalam pencegahan penyakit tersebut. Serangan penyakit dapat dicegah dengan penerapan standar baku dalam kegiatan budidaya rumput laut atau dikenal dengan Standar Operating Procedure (SOP) yang terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu:
Ø  Penentuan Lokasi Budidaya Rumput Laut
            Parameter penting yang harus diperhatikan dalam penentuan lokasi dalam budidaya rumput laut antara lain:
- Suhu 20-28o C, kecepatan arus 20-40 cm/detik.
- Dasar perairan berupa karang dan substrat berpasir .
- Kedalaman air minimal 2 meter saat air surut terendah dan maksimum 15 meter.
- Salinitas berkisar 28 - 35 ppt dengan nilai optimum adalah 33 ppt.
- Kecerahan tinggi, sehingga sinar matahari dapat mencapai rumput laut.
- Lokasi bebas dari cemaran terutama minyak dan sampah organik.
Ø  Pemilihan Bibit Rumput Laut yang Berkualitas
Kualitas bibit rumput laut sangat menentukan produktivitas, kualitas produk dan ketahanan terhadap penyakit ice-ice. Penggunaan bibit unggul merupakan cara yang sangat penting untuk pengendalian penyakit ice-ice. Philiphina telah memiliki bibit unggul, yaitu Kappaphycus striatum galur saccol yang tahan terhadap ice-ice. Desinfeksi bibit juga perlu dilakukan untuk meniadakan bakteri oportunistik yang dapat dilakukan dengan cara bibit rumput laut direndam dalam larutan PK (Potasium Permanganat) dosis 20 ppm. Beberapa cara untuk memilih bibit rumput laut yang berkualitas :
- Bibit sebaiknya dipilih dari tanaman yang tumbuh baik, masih segar, tidak ada bercak-bercak, berwarna homogen serta tidak mudah patah.
- Bibit diperoleh dari tanaman rumput laut yang tumbuh secara alami maupun dari tanaman hasil budidaya.
- Bibit sebaiknya dikumpulkan dari perairan pantai sekitar lokasi usaha budidaya dan jumlahnya sesuai dengan luas area budidaya.
- Pada saat pengangkutan diupayakan agar bibit tetap terendam di dalam air laut. Apabila pengangkutan dilakukan melalui udara dan darat, sebaiknya bibit dimasukan ke dalam  kotak karton yang dilapisi plastik. Kemudian bibit disusun secara berlapis dan berselang-seling dan dibatasi dengan lapisan kapas atau kain yang dibasahi air laut.
- Bibit dijaga agar tidak terkena minyak, air hujan, serta kekeringan.
- Dalam menjaga kontinuitas produksi rumput laut sebaiknya harus dilakukan pergantian bibit.
Ø  Penerapan Teknologi Budidaya Rumput Laut
            Teknik budidaya rumput laut yang digunakan disesuaikan dengan kondisi lingkungan perairan. Pada perairan yang relatif tenang, metode budidaya rakit, long line, dan pancang dapat diterapkan. Pembersihan terhadap kotoran yang melekat pada thallus dan biofouling harus dilakukan secara rutin. Pembersihan dilakukan sesering mungkin (sebaiknya setiap hari) dengan cara digoyang di dalam air sampai kotoran lepas. Penanaman rumput laut untuk metode rakit, long line dan pancang sebaiknya dilakukan bukan pada musim gelombang. Pada saat bukan musim tanam, sebaiknya dilakukan penanaman rumput laut untuk penyediaan bibit rumput laut yang berkualitas.

III.  PENUTUP
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut :
1.    Jenis hama yang menyerang pada gracilaria, diantaranya : ikan baronang, larva bulu babi, tritip, larva taripang, lumut kutu, alga   Ectocarpus dan alga  Enteromorpha.
2.    Jenis penyakit yang sering menyerang budidaya gracilaria adalah penyakit ice-ice.
DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja, J.T., A. Zatnika, Heri Purwoto, Sri Istini. 2006. Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta.
Anonim. 2003. Pengembangan Budidaya Rumput Laut. Warta Budidaya
Aslan, Laode M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Kanisius. Yogyakarta.
Doty, MS. 1987 Production and The Use of Eucheuma dalam Teknologi    Budidaya Rumput Laut (Kappapicus alpharezii) hal.31-36.
Saanin,1986. Kunci Identifikasi dan Taksonomi Ikan. Penebar Swadaya.    Jakarta.
Sulistyo. 1988. Hama, Penyakit dan Tanaman Pengganggu Pada Budidaya             Rumput Laut Eucheuma. Puslitbang Oceanologi, LIPI. Dalam : Teknologi       Budidaya Rumput Laut.
Wikipedia. 2005. Ikan Beronang (Siganus sp). Google. Access: 13 April 2012.
Winarno, F.G. 1996. Budidaya rumput laut gracilaria. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar