Kamis, 29 November 2012

Planktonologi dan Tanaman Air



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal memiliki kekayaan sumber daya perikanan yang cukup besar terutama dalam kategori jenis-jenis ikan.  Diperkirakan sekitar 16 % spesies ikan yang ada di dunia hidup di perairan Indonesia.  Menurut data, total jumlah jenis ikan yang terdapat di perairan Indonesia mencapai 7000 jenis.  Hampir sekitar 2000 spesies diantaranya merupakan jenis ikan air tawar.  Ikan air tawar merupakan jenis ikan yang hidup dan menghuni perairan daratan (inland water), yaitu perairan dengan kadar garam (salinitas) kurang dari 5 ppm (0-5 ppm).  Dari sekitar 2000 spesies ikan air tawar yang terdapat di Indonesia, sedikitnya ada 27 jenis yang sudah dibudidayakan.  Ikan-ikan yang dibudidayakan tersebut merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis penting. 
            Ditinjau dari aspek pasarnya, terlihat ada kecenderungan peningkatan permintaan ikan konsumsi dari tahun ke tahun.  Hal ini terutama terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan beberapa kota besar lain ditanah air.  Dari segi nilai jual, harga ikan mas biasanya selalu lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual ikan air tawar jenis lain.  Tingginya harga ini tentunya berkaitan dengan tingginya permintaan pasar.  Dari sisi budidaya, tentunya keadaan ini sangat menguntungkan karena tingginya permintaan ikan mas konsumsi akan diikuti dengan peningkatan permintaan benih, baik untuk benih yang akan dipelihara untuk kegiatan pendederan, maupun untuk pembesaran (Amri dan Khairuman, 2008).
Berdasarkan hal tersebut, untuk menghasilkan ikan konsumsi yang unggul baik dalam produksi maupun pertumbuhannya maka akan dilakukan praktek kerja lapang dengan teknik manipulasi kromosom secara tetraploidisasi untuk perbaikan dan peningkatan kualitas genetik ikan guna menghasilkan benih-benih ikan yang mempunyai keunggulan, antara lain: pertumbuhan cepat, toleran terhadap lingkungan dan memliki daya tahan yang tinggi terhadap penyakit. 

2.1 Tujuan  dan Kegunaan

Tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah untuk mempelajari teknik tetraploidisasi pada ikan mas (Cyprinus carpio).  Kegunaan dari Praktek Kerja Lapang (PKL) yaitu untuk menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa mengenai teknik-teknik manipulasi kromosom khususnya dalam metode tetraploidisasi.            

II. RENCANA KERJA
2.1  Tempat dan Waktu
Praktek Kerja Lapang akan dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan mulai dari bulan November sampai Desember 2012.  Tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapang di Politeknik Pertanian Negeri Pangkep Kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan.
2.2 Kegiatan Yang Akan Dilaksanakan
2.2.1 Pengenalan organisme yang akan digunakan
                Menurut Amri dan Khairuman (2008), Klasifikasi dan morfologi ikan mas adalah sebgai berikut :
Phyllum           : Chordata
    Subfilum   : Vertebrata
           Kelas       : Pisces
                 Subkelas   : Actinopterygii
                          Ordo     : Cipriniformes
                                    Family    : Cyprinidae
                                                 Genus    : Cyprinus
                                                       Spesies   : Cyprinus carpio                           
Bentuk tubuh ikan mas agak memanjang dan pipih tegak (compressed).  Mulutnya terletak di bagian tengah ujung kepala (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil).  Di bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut.  Di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan yang terbentuk atas tiga baris gigi geraham.  Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik, kecuali pada beberapa varietas yang hanya memiliki sedikit sisik.  Sisik ikan mas berukuran besar dan dapat digolongkan ke dalam sisik tipe sikloid (lingkaran).
Sirip punggungnya (dorsal) memanjang dengan bagian belakang berjari keras dan di bagian akhir (sirip ketiga dan ke empat) bergerigi.  Letak sirip punggung berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral).  Sirip duburnya (anal) mempunyai ciri seperti sirip punggung, yaitu berjari keras dan bagian akhirnya bergerigi.  Linea literalis tergolong lengkap, berada di perengahan tubuh dengan bentuk melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor.
2.2.2 Persiapan dan Pemijahan Induk
Induk yanng akan digunakan untuk praktek tetraploidisasi adalah induk ikan mas (Cyprinus carpio) yang sudah matang gonad dan siap pijah. Menurut Amri dan Khairuman (2008), induk mas betina yang sudah matang gonad memiliki ciri-ciri yaitu bagian perutnya tampak gendut dan tampak menggelambir jika dilihat dari atas. Apabila diraba, perutnya terasa lembek dan disekitar lubang urogenitalinya tampak memerah dan akan keluar telurnya jika dipijit. Induk jantan yang sudah matang gonad memiliki ciri-ciri yaitu ditandai dengan keluarnya sperma yang berwarna putih jika daerah urogenitalnya dipijit atau diurut. 
2.2.3 Pengambilan Telur dan Sperma
Pengambilan telur dan sperma ikan mas akan dilakukan setelah nampak tanda-tanda ikan akan memijah.  Menurut Mukti (2005), setelah nampak tanda-tanda ikan mulai memijah, induk ikan mas betina dan jantan ditangkap dan dilakukan pengurutan di bagian abdominal (stripping) untuk mendapatkan (koleksi) telur dan sperma ikan mas. Telur-telur yang diperoleh kemudian ditampung dalam mangkok plastik kering, sedangkan sperma ditampung dalam tabung reaksi.
2.2.4 Fertilisasi buatan dan perlakuan kejutan panas
Setelah dilakukan pengambilan sperma dan telur, kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan yaitu fertilisasi buatan dan perlakuan kejutan panas.  Menurut Mukti,dkk (2001), perlakuan poliploidisasi dilakukan melalui tahapan-tahapannya sebagai berikut: telur ikan mas dalam petridisk hasil stripping diambil mempergunakan spatula dan diletakkan dalam petridisk bersih dan kering. Selanjutnya, larutan sperma diteteskan pada telur sebanyak 2-3 tetes dan dilakukan pengadukan (dicampur) secara perlahan menggunakan bulu ayam.  Kemudian, campuran larutan sperma dan telur ditambahkan air bersih sebanyak 3-4 tetes untuk melangsungkan proses fertilisasi telur dan secara perlahan-lahan diaduk mempergunakan bulu ayam. Setelah satu menit, telur yang telah terfertilisasi dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan dan disebar pada masing-masing saringan yang telah ditempatkan dalam wadah berisi larutan urea dan garam 3:4 untuk 1 liter air.  Telur - telur terfertilisasi dalam kelompok tetraploidisasi, 29 menit setelah fertilisasi dilakukan perlakuan kejutan suhu panas 40°C selama 1,5 menit.

2.2.5 Penanganan telur dan larva
Setelah perlakuan kejutan panas, telur dipindahkan kedalam wadah berupa akuarium untuk  proses penetasan dan selanjutnya akan dilakukan pengamatan embrio dibawah mikroskop.  Menurut Partosuwiryo dan Warseno (2011), Sesudah menetas, larva dibiarkan terlebih dahulu selama dua hari, dengan tujuan agar kondisi tubuh larva menjadi kuat.  Dalam waktu itu  larva tidak membutuhkan pakan tambahan karena masih mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur.  Pakan cadangan ini akan habis dalam waktu 2-4 hari. 
2.2.6 Pengukuran Kualitas Air
Dalam pemeliharaan larva akan dilakukan pengukuran kualitas air.  Parameter yang nantinya akan diukur yaitu suhu, oksigen terlarut (DO), dan pH.  Menurut Kordi (2000) Oksigen terlarut di dalam air 5-6 ppm dianggap paling ideal untuk tumbuh dan berkembang biak ikan di kolam dan tambak.  Kebutuhan oksigen untuk tiap jenis biota air berbeda-beda tergantung jenis dan kemampuan untuk mentolerir fluktuasi (naik turunnya oksigen).  Suhu juga mempengaruhi selera makan ikan. ternyata ikan relatif lahap makan pada pagi dan sore hari sewaktu suhu air berkisar antara 25-270C. 
Keasaman air atau yang populer dengan istilah pH sangat berperan dalam kehidupan ikan.  Pada yang sangat cocok untuk semua jenis ikan berkisar antara umumnya pH 6,7- 8,6 (Susanto, 1987).

DAFTAR PUSTAKA
Kordi, 2000. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Bina Adiaksara, Jakarta.

Kadi, A. Manipulasi Poliploidi Untuk Memperoleh Jenis Baru Yang Unggul. Oseana, Volume XXXII, Nomor 4, Tahun 2007 : 1 – 11.

Khairuman dan Amri,K.2008. Buku Pintar Budi Daya 15 Ikan Konsumsi. Penerbit Agro Media Pustaka.Jakarta

Mukti, A,T. Perbedaan keberhasilan Tingkat poliploidisasi ikan mas(Cyprinus carpio Linn.) melalui kejutan panas. Berk. Penel. Hayat i: 10 (133–138), 2005.

Mukti, A.T.; Rustidja; J.B. Sumitro dan M.S. djati 2001. Poliploidisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Biosain,1(1): 22-36.

Susanto, H.,1987. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Susanto,Heru dan Agus Rochdianto, 1999. Kiat Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis.  Penebar Swadaya, Jakarta.

Utiah, A dan Sinjal,H. Tingkat Keberhasilan Triploidisasi Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L) Yang Diberi Kejutan Suhu Panas Dengan Lama Waktu Kejutan Suhu Yang Berbeda. Pacific Journal. Juni 2012. Vol. 2 (7) : 1350 – 1353.

Warseno, Y dan Partosuwiryo, S. 2011. Kiat Sukses Budidaya Ikan Mas.Penerbit :PT Citra Aji Parama, Yogyakarta.

Laporan Praktek Lapang Oceanografi


I. PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Oseanografi berasal dari bahasa Yunani oceanos yang berarti laut dan graphos yang berarti gambaran atau deskripsi juga disebut oseanologi atau ilmu kelautan yaitu cabang dari ilmu bumi yang mempelajari segala aspek dari samudera dan lautan. Secara sederhana oseanografi dapat diartikan sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut. Dalam bahasa lain yang lebih lengkap, oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya. Laut sendiri adalah bagian dari hidrosfer. Seperti diketahui bahwa bumi terdiri dari bagian padat yang disebut litosfer, bagian cair yang disebut hidrosfer, dan bagian gas yang disebut atmosfer. Sementara itu bagian yang berkaitan dengan sistem ekologi seluruh makhluk hidup penghuni planet Bumi dikelompokkan ke dalam biosfer.
Berdasarkan penjelasan di atas Oseanografi adalah bagian dari ilmu kebumian atau earth sciences yang mempelajari laut, samudra beserta isi dan apa yang berada di dalamnya hingga kekerak samuderanya. Secara umum, Oseanografi dapat dibagi ke dalam 4 bidang ilmu utama yaitu: geologi Oseanografi yang mempelajari lantai samudera atau litosfer di bawah laut, fisika Oseanografi yang mempelajari masalah fisis laut seperti arus, gelombang, dan pasang surut, kimia Oseanografi yang mempelajari masalah kimiawi di laut, dan yang terakhir biologi Oseanografi yang mempelajari masalah yang berkaitan dengan flora dan fauna di laut.
1.2  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktek lapang Oceanografi adalah untuk mengetahui, memahami serta mempelajari tentang hal - hal yang berhubungan dengan lautan, khususnya tentang parameter fisika. Kegunaan dari praktek lapang Oceanografi adalah sebagai bahan masukan dan pengetahuan bagi mahasiswa mengenai parameter fisika lautan, serta dapat membandingkan teori yang diperoleh diperkuliahan dengan praktek yang di lakukan di lapangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Arus
Arus air laut adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horisontal, sehingga menuju keseimbangannya, atau gerakan air yang sangat luas yang terjadi di seluruh lautan dunia. Arus juga merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dikarenakan tiupan angin atau perbedaan densitas atau pergerakan gelombang panjang. Pergerakan arus dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain arah angin, perbedaan tekanan air, perbedaan densitas air, gaya coriolis atau arus ekman, topografi dasar laut, arus permukaan, upwellng, downwelling
     Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya sirkulasi dan arus laut, antara lain angin, pasang surut air laut, perbedaan kadar garam (salinitas), perbedaan suhu dan kepekatan air laut (Rambe, 1985).
     Di laut nusantara terdapat arus laut musiman, yang terdiri dari dua arus yaitu arus laut musim timur dan arus laut musim barat. Arus laut musim timur berlangsung antara bulan juni - agustus. Pada bulan itu belahan bumi utara (daratan benua Asia) berada dalam musim panas, sedang di Australia musim dingin. Arus laut musim barat berlangsung pada tiap bulanan ketika belahan bumi utara sedang musim dingin dan Australia musim panas. Angin dari barat menyebabkan arus laut mengalir sebagai kebalikan arah arus laut musim timur (Brotowidjoyo, 1995).
Adapun jenis – jenis arus dibedakan dalam 2 bagian, yaitu : pertama Berdasarkan penyebab terjadinya, seperti Arus ekman adalah arus yang dipengaruhi oleh angin, Arus termohaline adalah arus yang dipengaruhi oleh densitas dan gravitasi, dan Arus pasut adalah arus yang dipengaruhi oleh pasut serta Arus geostropik adalah arus yang dipengaruhi oleh gradien tekanan mendatar dan gaya coriolis dan Wind driven current adalah  arus yang dipengaruhi oleh pola pergerakan angin dan terjadi pada lapisan permukaan. Sedangkan kedua Berdasarkan Kedalaman, seperti Arus permukaan yaitu terjadi pada beberapa ratus meter dari permukaan, bergerak dengan arah horizontal dan dipengaruhi oleh pola sebaran angin, dan Arus dalam yaitu terjadi jauh didasar kolom perairan, arah pergerakannya tidak dipengaruhi oleh pola sebaran angin dan membawa massa air dari daerah kutub kedaerah ekuator
2.2  Pasang Surut
Gerakan pasang surut menggambarkan pemanasan bumi. Pasang di akibatkan oleh gaya gravitasi antara dua benda langit yakni bulan dan matahari. Dasarnya gaya berat bulan jauh lebih lemah dari pada bumi, karena bulan lebih kecil dari bumi dan karena letak bulan sangat jauh dari bumi namun gaya tarik bulan masih cukup kuat untuk mengguncang semua samudera selama perjalanannya mengitari bumi. Pada belahan bumi yang mengahadap bulan terbentuk suatu gumpalan air dan pada belahan lainnya terbentuk pula gumpalan air tersebut (Dahuri, 2003).
   Permukaan air laut bisa pasang dan bisa surut, karena adanya daya tarik matahari dan bulan. Perubahan tekanan arah angin dan tekanan atmosfer yang periodik dapat pula menyebabkan perubahan pada permukaan air laut. Tetapi terjadinya pasang surut yang rutin karena astronomi. Diduga daya tarik matahari dan bulan tidak hanya mempengaruhi air laut, tetapi juga tanah di bumi mengalami perubahan bentuk, misalnya endapan - endapan lumpur di dasar laut. Namun, pengaruhnya sangat kecil sehingga sulit diamati (Hutabarat, 1985).
   Menurut Nontji (1987), bahwa pasang terjadi pada bagian bumi yang terdekat dan terjauh dari bulan. Waktu bulan purnama, daya tarik matahari bertumpu dengan daya tarik bulan, menyebabkan laut pasang tertinggi. Pada pertengahan antara bulan purnama dan perbani, daya tarik matahari dan bulan tidak bertumpu, sehingga perbedaan antara pasang surut air laut menjadi kecil.
2.3  Gelombang
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan air laut yang membentuk kurva atau grafik sinusoidal. Gelombang laut disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan mentransfer energinya ke perairan, menyebabkan riak-riak, alun atau bukit, dan berubah menjadi apa yang kita sebut sebagai gelombang. Gelombang yang sehari-hari terjadi dalam bidang teknik pantai adalah gelombang angin dan pasang-surut (pasut). Gelombang dapat membentuk dan merusak pantai dan berpengaruh pada bangunan pantai. Energi gelombang akan membangkitkan arus dan mempengaruhi pergerakan sedimen dalam arah tegak lurus pantai (cross-shore) dan sejajar pantai (longshore)
Ketika kita melihat fenomena gelombang laut, ternyata air gelombang tidak bergerak maju, melainkan melingkar. Sehingga air hanya bergerak naik turun saat gelombang melintas. Tepi pantai menahan dasar gelombang, sehingga puncak gelombang bergerak lebih cepat untuk memecah ditepi pantai. Dengan demikian, terjadinya gerak gelombang laut dapat dirumuskan, Pertama air mencapai dasar lingkaran pada lembah gelombang. Kemudian, air mencapai bagian atas lingkaran pada puncak gelombang. Lalu, puncak gelombang memecah di tepi pantai. Gelombang air bergerak dengan kecepatan yang bisa diketahui. Tetapi, setiap partikel pada air itu sendiri, hanya berosilasi terhadap titik setimbang. Gelombang bergerak melintasi jarak yang jauh, tetapi medium (cair, padat, atau gas) hanya bisa bergerak terbatas. Dengan demikian, walaupun gelombang bukan merupakan materi, pola gelombang dapat merambat pada materi. Sebuah gelombang terdiri dari osilasi yang bergerak tanpa membawa materi bersamanya. Gelombang membawa energi dari satu tempat ke tempat lain.

III. METODE PRAKTEK
3.1  Waktu dan Tempat
Praktek lapang mata Kuliah Pengantar Ocenaografi dilaksanakan pada hari Sabtu - Minggu, tanggal 22 - 23 Januari 2011. Praktek lapang dilaksanakan pukul 12.00 siang - 11.00 siang esok harinya dan bertempat di Perairan laut Taweli desa Panau, Kecamatan Palu Utara, Provinsi Sulawesi tengah.
3.2  Alat  dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktek lapang Oceanografi  adalah sebagai berikut:
Alat-alat dan kegunaanya yang digunakan dalam praktek lapang Oseanografi dapat dilihat pada tabel 1.
      Tabel 1. Alat-alat yang digunakan dalam Praktek Oceanografi.
No.
Alat
Kegunaan
1.
Stopwatch
Untuk menghitung waktu
2.
Kompas
Untuk Penentu arah
3.
Tiang berskala
Untuk mengukur gelombang dan pasang surut air laut
4.
Global Position System ( GPS )
Digunakan untuk menentukan Posisi koordinat
5. 
Layang-layang arus(drift floating)
Untuk  pengukuran Kecepatan arus
6.
Tali berskala
Untuk mengukur jarak arus yang datang
7.
Alat tulis menulis
Untuk mencatat hasil pengukuran yang di dapatkan

            Bahan yang digunakan dalam praktel lapang Pengantar Oceanografi semuanya telah tersedia dengan sendirinya (Alami).  

3.3  Prosedur Kerja
3.3.1 Arus
Sebelum melakukan pengukuran, terlebih dahulu tentukan posisi koordinatnya dengan menggunakan GPS. Kemudian pengukuran kecepatan arus dilakukan dengan menggunakan Drift float (layang-layang arus) yang dilengkapi dengan tali berskala (panjang tali diketahui). Layang-layang arus dilepaskan ke perairan dan dibiarkan terapung  dan dibawa arus hingga tali pengulur lurus horizontal.
Waktu awal pelepasan layang-layang arus hingga waktu akhir tali lurus horizontal dicatat dengan menggunakan stopwatch. Tiap-tiap pengukuran dilakukan 3 kali pengulangan. Selanjutnya untuk mengetahui arah arus di ukur dengan menggunakan kompas searah dengan arah pergerakan arus.
3.3.2 Pasang Surut
Sebelum melakukan pengukuran, terlebih dahulu tentukan posisi koordinatnya dengan menggunakan GPS. Penentuan tempat pemasangan palm pasut mempertimbangkan beberapa hal, yakni : lokasi yang merepresentatifkan kondisi perairan secara umum, dan saat surut dasar palm pasut tidak mengalami kekeringan, serta mudah dilakukan pencatatan data.
Kemudian pengukuran pergerakan muka air laut (pasang surut) dilakukan selama 24 jam dengan periode pengamatan tiap 60 menit sekali.
3.3.3 Gelombang
            Sebelum melakukan pengukuran, terlebih dahulu tentukan posisi koordinatnya dengan menggunakan GPS. Pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan menggunakan tiang berskala. Setelah itu menentukan tinggi gelombang terukur melalui selisih hasil pembacaan puncak dan lembah gelombang pada tiang skala. Pada pembacaan masing-masing puncak dan gelombang dilakukan sebanyak 51 kali pengulangan.
      Periode gelombang di ukur dengan mencatat waktu yang diperlukan oleh satu gelombanguntuk melewati satu titik referensi dengan menggunakan stopwatch. Dan arah gelombang di ukur dengan menggunakan kompas.
3.4 Analisa Data
3.4.1 Arus
Kecepatan arus digunakan dengan menggunakan persamaan :
V = S/t

            Dimana : V = Kecepatan arus (m/s)
                            S = Panjang tali (m)
                             t = Waktu (s)
3.4.2 Pasang Surut
Untuk mengetahui tipe pasut dilakukan input data dengan menggunakan software Execel. Data tersebut selanjutnya di olah menjadi suatu grafik fungsi xy, dimana x menunjukkan waktu pengamatan dan y menunjukkan tinggi muka air. Kisaran pasang surut dilakukan dengan mencari selisih tinggi muka air tertinggi dan muka air terendah dalam periode pengamatan tersebut.
3.4.3 Gelombang
·      Tinggi gelombang (H) = Puncak – lembah
·      Tinggi gelombang signifikan (H 1/3) = rata-rata dari 1/3 jumlah gelombang tertinggi.
·      Periode gelombang (T) = t/n
Dimana : T = periode gelombang hasil pengukuran (s)                     
               t = waktu pengamatan (s)
               n = banyaknya gelombang
·      Periode gelombang signifikan (T 1/3) = 1.1 x T

IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Pasang Surut
Berdasarkan dari hasil praktek lapang yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Gambar 1. Grafik pengamatan Pasang Surut selama 24 jam.

Hight Water level (HWL) = 275
Low Water level (LWL) = 21
MSL = 275 – 21 : 2  = 127
Tunggang pasut = 275 – 21 = 254
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di perairan laut taweli desa Panau pasang surut berfluktuasi sebagaimana perairan di Indonesia. Pasang tertinggi (HWL) diperoleh pada pukul 19.00 WITA yaitu 275 cm sedangkan surutnya air terendah (LWL) pada pukul 01.00 WITA yaitu 21 cm.
Dan nilai MSLnya dari kedua perbandingan tersebut ialah 127 serta tunggang pasutnya adalah 254. Adanya pasang surut sangat berpengaruh bagi organisme yang ada di perairan tersebut, karena ada jenis hewan yang tidak dapat beradaptasi diwaktu terjadi air pasang atau surut.
Umumnya Pasang surut di Indonesia dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu, pertama pasang surut tunggal (diurnal tide) dimana dalam sehari pasang terjadi hanya sekali, kedua pasang surut harian ganda (semidiurnal tide) yaitu dalam sehari terjadi dua kali pasang serta dua kali surut dengan ketinggian yang hampir sama. Sedangkan dua jenis lainnya merupakan campuran dari keduanya baik pasang surut yang condong pada diurnal tide maupun yang condong pada semidiurnal tide.
 Biota yang hidup diperairan yang terjadi pasang surut harus mempunyai daya tahan terhadap pukulan gelombang, karena secara ekologis salah satu penyebab gelombang adalah pasang surut.
4.2  Kecepatan Arus
                              Tabel 2. Pengamatan Kecepatan Arus.

Waktu
Arah(s)
Arah(0)
V
Sore
320’’
1550
0,092
Pagi
440’’
1110
0.026

Arus air laut adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horisontal, sehingga menuju keseimbangannya, atau gerakan air yang sangat luas yang terjadi di seluruh lautan dunia. Arus juga merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dikarenakan tiupan angin atau perbedaan densitas atau pergerakan gelombang panjang.
Dari hasil pengamatan kecepatan arus yang diperoleh berbeda - beda pada setiap waktu pengamatan, dimana kecepatan arus yang terjadi pada sore hari tiap waktunya mencapai 320 detik dan arahnya sekitar 1550 serta kecepatannya mencapai 0,092. Hal ini dikarenakan  pada sore hari angin bertiup lebih kencang dan terjadi air pasang. sehingga diperjelas dengan adanya teori yang menyatakan bahwa kecepatan arus yang tertinggi dapat terjadi, karena disebabkan adanya angin  yang bertiup di daerah permukaan laut  pada waktu angin kencang dan adanya pasang yang cukup tinggi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya surut laut, yaitu  angin, pasang surut air laut, perbedaan salinitas, perbedaan suhu dan kepekatan air laut. Selain disebabkan oleh beberapa faktor bentuk topografi dasar lautan dan gaya Coriolis juga sangat berpengaruh dengan melihat hasil yang ada, maka jelas bahwa tingginya kecepatan arus sangat dipengaruhi oleh besarnya pasang dan juga sangat dipengaruhi oleh aliran angin yang bertiup.
Sedangkan kecepatan arus yang terjadi pada pagi hari tiap waktunya mencapai 440 detik dan arahnya 1110 serta kecepatannya mencapai 0,026. Hal ini dikarenakan pada waktu itu angin belum bertiup kencang dan suhu cukup dingin, sehingga tidak akan  mempengaruhi terjadinya gerakan massa air yang dapat menimbulkan arus. Hal ini diperjelas dengan adanya teori yang menyatakan bahwa sistem - sistem arus laut terutama dihasilkan oleh beberapa daerah angin yang mengikut garis lintang dan terus - menerus dengan arah yang tidak berubah. Hal tersebut menandakan bahwa gerakan arus terjadi karena adanya angin.
4.3 Gelombang
                             Tabel 3. Data Pengukuran Gelombang.

Waktu
H(1/3)
T(1/3)
Gelombang
Sore
6,35
3,15’’
1560
Pagi
3,67
0,80’’
2300

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di perairan laut taweli, desa Panau gelombang berfluktuasi sebagaimana perairan di Indonesia. Tinggi gelombang  pada sore hari mencapai 6,35 cm dan waktu yang ditempuh sekitar 3,15 detik serta arah gelombang 1560. Sedangkan tinggi gelombang pada pagi hari mencapai 3,67 cm dan waktu yang ditempuh sekitar 0,80 detik serta arah gelombang 2300. Hal ini di pengaruhi oleh adanya gerakan angin yang masuk kedalam badan permukaan air yang mentransfer energinya sehingga menyebabkan bentuk riak – riak atau bukit.
Saat kita melihat terjadi gelombang laut, ternyata air gelombang tidak bergerak maju, melainkan melingkar. Sehingga air hanya bergerak naik turun saat gelombang melintas.
 
V.  KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil dan pembahasan pada praktek lapang yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1)     Pasang air tertinggi diperoleh pada pukul 08.00 WITA yaitu 270 cm sedangkan surutnya air terendah pada pukul 01.00 WITA yaitu 21 cm.
2)     Faktor utama yang mempengaruhi arus adalah gerakan angin, dimana
pada pagi hari arus  rendah dan pada siang hari arus tinggi.
3)     Dari hasil pengamatan kecepatan arus didapat kecepatan arus tertinggi terjadi pada pukul 16.00 dan 17.00 WITA yang mencapai 0,05 meter/detik. Dan kecepatan arus terendah terjadi pada pukul 06.00 dan 07.00 WITA yang mencapai 0,01 meter/detik.
4)     Berdasarkan hasil yang diperoleh Selisih gelombang  tertinggi didapat pada urutan pertama yaitu 30 cm, sedangkan selisih gelombang terendah pada urutan 20 dan 31 yaitu 1 cm.
5)     Gelombang air laut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah angin yang membuat riuk – riuk air atau bukit di permukaan air.
5.2  Saran
Sebagai praktikan saya menyarankan agar pada praktek lapang selanjutnya dilakukan pengukuran parameter kimia perairan misalnya oksigen terlarut, untuk mengetahui produktifitas primer di perairan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, 1995. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Liberty. Yogyakarta.
Dahuri R. 2003. Keanekaragaman  Hayati  Laut. Universitas Indonesia. Jakarta.
Hutabarat S, 1985. Pengantar Oceanografi. UI-Press. Jakarta.
Nontji, 1987.  Laut  Nusantara.  Djambatan. Jakarta.
Rambe  N, 1985.  Rahasia  Lautan.  Widjaya. Jakarta.