BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia dikenal
memiliki kekayaan sumber daya perikanan yang cukup besar terutama dalam
kategori jenis-jenis ikan. Diperkirakan
sekitar 16 % spesies ikan yang ada di dunia hidup di perairan Indonesia. Menurut data, total jumlah jenis ikan yang
terdapat di perairan Indonesia mencapai 7000 jenis. Hampir sekitar 2000 spesies diantaranya
merupakan jenis ikan air tawar. Ikan air
tawar merupakan jenis ikan yang hidup dan menghuni perairan daratan (inland water), yaitu perairan dengan
kadar garam (salinitas) kurang dari 5 ppm (0-5 ppm). Dari sekitar 2000 spesies ikan air tawar yang
terdapat di Indonesia, sedikitnya ada 27 jenis yang sudah dibudidayakan. Ikan-ikan yang dibudidayakan tersebut
merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis penting.
Ditinjau
dari aspek pasarnya, terlihat ada kecenderungan peningkatan permintaan ikan
konsumsi dari tahun ke tahun. Hal ini
terutama terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan
beberapa kota besar lain ditanah air.
Dari segi nilai jual, harga ikan mas biasanya selalu lebih tinggi
dibandingkan dengan harga jual ikan air tawar jenis lain. Tingginya harga ini tentunya berkaitan dengan
tingginya permintaan pasar. Dari sisi
budidaya, tentunya keadaan ini sangat menguntungkan karena tingginya permintaan
ikan mas konsumsi akan diikuti dengan peningkatan permintaan benih, baik untuk
benih yang akan dipelihara untuk kegiatan pendederan, maupun untuk pembesaran
(Amri dan Khairuman, 2008).
Berdasarkan hal tersebut, untuk menghasilkan ikan
konsumsi yang unggul baik dalam produksi maupun pertumbuhannya maka akan dilakukan
praktek kerja lapang dengan teknik manipulasi kromosom secara tetraploidisasi
untuk perbaikan dan peningkatan kualitas genetik ikan guna menghasilkan
benih-benih ikan yang mempunyai keunggulan, antara lain: pertumbuhan cepat,
toleran terhadap lingkungan dan memliki daya tahan yang tinggi terhadap
penyakit.
2.1 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari kegiatan
Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah untuk mempelajari teknik tetraploidisasi pada
ikan mas (Cyprinus carpio). Kegunaan dari Praktek Kerja Lapang (PKL)
yaitu untuk menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa mengenai teknik-teknik
manipulasi kromosom khususnya dalam metode tetraploidisasi.
II. RENCANA KERJA
2.1 Tempat
dan Waktu
Praktek Kerja Lapang akan dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan mulai
dari bulan November sampai Desember 2012.
Tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapang di Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep Kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Provinsi
Sulawesi Selatan.
2.2
Kegiatan Yang Akan Dilaksanakan
2.2.1
Pengenalan organisme yang akan digunakan
Menurut
Amri dan Khairuman (2008), Klasifikasi dan morfologi ikan mas adalah sebgai
berikut :
Phyllum : Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Actinopterygii
Ordo :
Cipriniformes
Family :
Cyprinidae
Genus :
Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio
Bentuk tubuh ikan mas
agak memanjang dan pipih tegak (compressed).
Mulutnya terletak di bagian tengah ujung kepala (terminal) dan dapat
disembulkan (protaktil). Di bagian
anterior mulut terdapat dua pasang sungut.
Di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan yang terbentuk atas tiga
baris gigi geraham. Secara umum, hampir
seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik, kecuali pada beberapa varietas yang
hanya memiliki sedikit sisik. Sisik ikan
mas berukuran besar dan dapat digolongkan ke dalam sisik tipe sikloid
(lingkaran).
Sirip punggungnya (dorsal) memanjang
dengan bagian belakang berjari keras dan di bagian akhir (sirip ketiga dan ke
empat) bergerigi. Letak sirip punggung
berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip duburnya (anal) mempunyai ciri seperti
sirip punggung, yaitu berjari keras dan bagian akhirnya bergerigi. Linea literalis tergolong lengkap, berada di
perengahan tubuh dengan bentuk melintang dari tutup insang sampai ke ujung
belakang pangkal ekor.
2.2.2
Persiapan dan Pemijahan Induk
Induk yanng akan digunakan
untuk praktek tetraploidisasi adalah induk ikan mas (Cyprinus carpio) yang sudah matang gonad dan siap pijah. Menurut
Amri dan Khairuman (2008), induk mas betina yang sudah matang gonad memiliki
ciri-ciri yaitu bagian perutnya tampak gendut dan tampak menggelambir jika
dilihat dari atas. Apabila diraba, perutnya terasa lembek dan disekitar lubang
urogenitalinya tampak memerah dan akan keluar telurnya jika dipijit. Induk
jantan yang sudah matang gonad memiliki ciri-ciri yaitu ditandai dengan
keluarnya sperma yang berwarna putih jika daerah urogenitalnya dipijit atau diurut.
2.2.3
Pengambilan Telur dan Sperma
Pengambilan telur dan sperma ikan mas akan dilakukan
setelah nampak tanda-tanda ikan akan memijah.
Menurut Mukti (2005), setelah nampak tanda-tanda ikan mulai memijah,
induk ikan mas betina dan jantan ditangkap dan dilakukan pengurutan di bagian
abdominal (stripping) untuk mendapatkan (koleksi) telur dan sperma ikan
mas. Telur-telur yang diperoleh kemudian ditampung dalam mangkok plastik
kering, sedangkan sperma ditampung dalam tabung reaksi.
2.2.4 Fertilisasi buatan
dan perlakuan kejutan panas
Setelah
dilakukan pengambilan sperma dan telur, kegiatan selanjutnya yang akan
dilakukan yaitu fertilisasi buatan dan perlakuan kejutan panas. Menurut Mukti,dkk (2001), perlakuan poliploidisasi dilakukan melalui tahapan-tahapannya
sebagai berikut: telur ikan mas dalam petridisk
hasil stripping diambil
mempergunakan spatula dan diletakkan dalam petridisk bersih dan kering. Selanjutnya, larutan sperma
diteteskan pada telur sebanyak 2-3 tetes dan dilakukan pengadukan (dicampur)
secara perlahan menggunakan bulu ayam. Kemudian,
campuran larutan sperma dan telur ditambahkan air bersih sebanyak 3-4 tetes untuk
melangsungkan proses fertilisasi telur dan secara perlahan-lahan diaduk
mempergunakan bulu ayam. Setelah satu menit, telur yang telah terfertilisasi
dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan dan disebar pada masing-masing saringan
yang telah ditempatkan dalam wadah berisi larutan urea dan garam 3:4 untuk 1
liter air. Telur - telur terfertilisasi
dalam kelompok tetraploidisasi, 29 menit setelah fertilisasi dilakukan
perlakuan kejutan suhu panas 40°C selama 1,5 menit.
2.2.5 Penanganan telur dan larva
Setelah perlakuan
kejutan panas, telur dipindahkan kedalam wadah berupa akuarium untuk proses penetasan dan selanjutnya akan
dilakukan pengamatan embrio dibawah mikroskop.
Menurut Partosuwiryo dan Warseno (2011), Sesudah menetas, larva
dibiarkan terlebih dahulu selama dua hari, dengan tujuan agar kondisi tubuh
larva menjadi kuat. Dalam waktu itu larva tidak membutuhkan pakan tambahan karena
masih mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur. Pakan cadangan ini akan habis dalam waktu 2-4
hari.
2.2.6
Pengukuran Kualitas Air
Dalam pemeliharaan
larva akan dilakukan pengukuran kualitas air.
Parameter yang nantinya akan diukur yaitu suhu, oksigen terlarut (DO),
dan pH. Menurut Kordi (2000) Oksigen terlarut di dalam air 5-6
ppm dianggap paling ideal untuk tumbuh dan berkembang biak ikan di kolam dan
tambak. Kebutuhan oksigen untuk tiap
jenis biota air berbeda-beda tergantung jenis dan kemampuan untuk mentolerir
fluktuasi (naik turunnya oksigen). Suhu
juga mempengaruhi selera makan ikan. ternyata ikan relatif lahap makan pada
pagi dan sore hari sewaktu suhu air berkisar antara 25-270C.
Keasaman air atau yang populer dengan istilah pH sangat berperan dalam
kehidupan ikan. Pada yang sangat cocok
untuk semua jenis ikan berkisar antara umumnya pH 6,7- 8,6
(Susanto, 1987).
DAFTAR PUSTAKA
Kordi, 2000. Penanggulangan
Hama dan Penyakit Ikan. Bina Adiaksara, Jakarta.
Kadi, A. Manipulasi
Poliploidi Untuk Memperoleh Jenis Baru Yang Unggul. Oseana, Volume
XXXII, Nomor 4, Tahun 2007 : 1 – 11.
Khairuman dan
Amri,K.2008. Buku Pintar Budi Daya 15
Ikan Konsumsi. Penerbit Agro Media Pustaka.Jakarta
Mukti, A,T. Perbedaan keberhasilan
Tingkat poliploidisasi ikan mas(Cyprinus
carpio Linn.) melalui kejutan panas. Berk. Penel. Hayat i: 10 (133–138), 2005.
Mukti,
A.T.; Rustidja; J.B. Sumitro dan M.S. djati 2001. Poliploidisasi Ikan Mas (Cyprinus
carpio L.). Biosain,1(1):
22-36.
Susanto, H.,1987. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Susanto,Heru dan Agus Rochdianto, 1999. Kiat Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis. Penebar Swadaya, Jakarta.
Utiah, A dan Sinjal,H. Tingkat Keberhasilan Triploidisasi Pada Ikan
Mas (Cyprinus carpio L) Yang
Diberi Kejutan Suhu Panas Dengan Lama Waktu Kejutan Suhu Yang Berbeda. Pacific Journal. Juni 2012. Vol. 2 (7) : 1350 – 1353.
Warseno,
Y dan Partosuwiryo, S. 2011. Kiat Sukses
Budidaya Ikan Mas.Penerbit :PT Citra Aji Parama, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar