I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara kepulauan dengan berbagai potensi sumberdaya alam yang
melimpah dan belum terkelola dengan baik. Salah satu yang dapat dilakukan untuk
memanfaatkan sumberdaya alam tersebut adalah dengan usaha budidaya
(aquakultur). Usaha budidaya akhir-akhir ini menjadi sesuatu yang banyak
diminati oleh masyarakat, karena memiliki potensi yang cukup besar. Untuk
mewujudkan adanya usaha budidaya dengan produksi yang tinggi tentunya
tergantung pada beberapa faktor, diantaranya faktor makanan.
Di
dalam budidaya ikan, formula pakan ikan harus mencukupi kebutuhan gizi ikan
yang dibudidayakan, seperti: protein (asam amino esensial), lemak (asam lemak
esensial), energi (karbohidrat), vitamin dan mineral. Mutu pakan akan
tergantung pada tingkatan dari bahan gizi yang dibutuhkan oleh ikan. Akan
tetapi, perihal gizi pada pakan bermutu sukar untuk digambarkan dikarenakan
banyaknya interaksi yang terjadi antara berbagai bahan gizi selama dan setelah
penyerapan di dalam pencernaan ikan.
Pakan bermutu
umumnya tersusun dari bahan baku pakan yang bermutu yang dapat berasal dari
berbagai sumber dan sering kali digunakan karena sudah tidak lagi dikonsumsi
oleh manusia. Pemilihan bahan baku tersebut tergantung pada: kandungan bahan
gizinya; kecernaannya dan daya serap ikan; tidak mengandung anti nutrisi dan
zat racun; tersedia dalam jumlah banyak dan harga relatif murah. Umumnya bahan
baku berasal dari material tumbuhan dan hewan. Ada juga beberapa yang berasal
dari produk samping atau limbah industri pertanian atau peternakan. Bahan-bahan
tersebut dapat berupa kacang ijo, dedak halus, tepung terigu, tepung ikan,
tepung jagung, bungkil kacang tanah, dll. Di dalam budidaya ikan, formula pakan
ikan harus mencukupi kebutuhan gizi ikan yang dibudidayakan, seperti: protein
(asam amino esensial), lemak (asam lemak esensial), energi (karbohidrat),
vitamin dan mineral. Mutu pakan akan tergantung pada tingkatan dari bahan gizi
yang dibutuhkan oleh ikan. Akan tetapi, perihal gizi pada pakan bermutu sukar
untuk digambarkan dikarenakan banyaknya interaksi yang terjadi antara berbagai
bahan gizi selama dan setelah penyerapan didalam pencernaan ikan.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari kegiatan praktikum Nutrisi Ikan adalah untuk mengetahui kandungan
gizi pakan yang akan diberikan pada ikan budidaya dan bagaimana cara pembuatan
pakan tambahannya. Kegunaannya adalah dapat menambah pengetahuan dan wawasan
bagi mahasiswa tentang cara pembuatan pakan tambahan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Pakan
Menurut Mudjiman (2001), Makanan buatan merupakan makanan yang dibuat dengan
bentuk khusus sesuai keinginan dan diramu dari berbagai macam bahan. Lebih
lanjut ditambahkan bahwa ada beberapa keuntungan dari pemberian pakan buatan
yakni Pembudidaya dapat meningkatkan produksi melalui padat penebaran tinggi
dengan waktu pemeliharaan yang pendek, pembudidaya dapat memanfaatkan limbah
industri pertanian yang tidak terpakai untuk dijadikan pakan.
Untuk menunjang kelangsungan hidupnya dan juga untuk mempercepat
pertumbuhannya, ikan membutuhkan nutrisi yakni zat-zat gizi yang terdapat dalam
pakan yang diberikan. Setiap jenis ikan memiliki kebutuhan nutrisi baik
jumlah maupun komposisi yang berbeda-beda menurut spesies, ukuran, jenis
kelamin, kondisi tubuh dan kondisi lingkungan. Zat-zat gizi tersebut
dapat digolongkan menjadi dua kelompok yakni zat gizi yang menghasilkan energi
dan zat gizi yang tidak mengasikan energi (Afrianto, 2005).
Kecepatan pertumbuhan ikan tergantung pada beberapa faktor dintaranya yakni
jumlah makanan yang diberikan, ruang, suhu, dalamnya air dan faktor-faktor
lainnya. Makanan yang dimanfaatkan ikan sebagian besar digunakan oleh
ikan untk memelihara tubuh dan menggantikan sel yang rusak. Setelah itu
baru digunakan untuk pertumbuhan ikan. Suatu makanan ikan, minimal
mengandung protein, karbohidrat dan lemak. Pemberian makanan tambahan dapat
meningkatkan produksi ikan yang dipelihara sampai tiga kali lipat disbanding
dengan ikan yang hnaya memanfaatkan makanan alami (Asmawi, 1983).
Menurut Djarijah (1998), pakan tambahan yang baik untuk ikan adalah pakan yang
mengandung kadar protein 20-40 %. Selain dilihat dari kadar proteinnya,
kulaitas dari pakan tambahan untuk ikan juga ditentukan oleh kehalusan dari
bahanya. Semakin halus bahan baku pellet maka daya apung dari pelet
tersebut akan semakin tinggi sehingga waktu yang dibutuhkan ikan untuk
memakannya juga semakin panjang.
2.2 Bahan Baku Hewani (Tepung Ikan)
Tepung ikan
yang sudah memenuhi syarat dapat disimpan untuk persediaan selama dibutuhkan.
Kadar air dalam tepung ikan sangat menentukan lama tidaknya tepung ikan
tersebut dapat disimpan. Kelembaban gudang penyimpanan dan ventilasi gudang
mempengaruhi lama dan kualitas bahan (Suriatna,1990).
Menurut
Djangkaru (1974), tepung ikan merupakan bahan makanan pokok ikan yang digunakan
sebagai sumber protein hewan dan mineral, terutama kalsium dan fosfor. Bahan
makanan tersebut mengandung protein yang memiliki kualitas jauh lebih baik
karena mengandung asam amino yang diperlukan untuk ikan, terutama methionin dan
lisin.
Tepung ikan
yang baik berasal dari jenis ikan yang kadar lemaknya rendah. Bau khusus suatu
jenis ikan kadang juga mempengaruhi daya tariknya, sehingga lebih merangsang.
Untuk meningkatkan bau yang merangsang, ikannya dapat kita fermentasikan lebih
dahulu menjadi bekasem. Ikan-ikan rucah (tidak bernilai ekonomis tinggi) dan
sisa-sisa hasil pengolahan biasanya merupakan bahan baku yang penting untuk
pembuatan tepung ikan. Secara umum tepung ikan mengandung protein sebanyak
22,65% (Mudjiman, 2001).
2.3 Bahan Baku Nabati
2.3.1 Tepung
Kacang Hijau
Tepung kacang
hijau merupakan bahan yang penting untuk menyusun ramuan makanan ikan, karena
nilai biologisnya cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena biji kacang hijau
mengandung asam amino yang paling esensial diantara asam-asam amino lainnya.
Oleh karena itu, dalam menyusun ramuan makanan ikan sebaiknya jangan melupakan
tepung kacang ijo. Jumlahnya sebaiknya tidak kurang dari 10 persen. Makanan
yang dicampur tepung kacang ijo aromanya juga menjadi lebih sedap (Mudjiman,
2001).
2.3.2
Dedak Halus
Makanan
tambahan, umumnya berbentuk tepung yang agak kasar. Dedak halus (bekatul)
cocok untuk makanan tambahan. Dedak, selain dapat diberikan secara
langsung, juga digunakan sebagai bahan campuran membuat pakan bagi ikan.
Kandungan gizi dedak halus (bekatul) yang terbanyak adalah karbohidrat yaitu
28,26% (Kasno, 1990).
Dedak halus (bekatul) menurut Djarijah (1998),
sebaiknya dipilih yang masih segar dan tidak tercampur dengan potongan sekam.
Bekatul harus kering dan tidak kasar. Bila bekatul digenggam, akan terasa
lembut (halus) dan gumpalannya mudah pecah. Kondisi seperti ini berarti bekatul
cukup baik untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan pakan ikan. Tingkat
kesegaran bekatul diketahui dengan mencium baunya. Bekatul segar berbau beras
dan tidak berbau apek atau amoniak yang menyengat.
2.3.3 Tepung Terigu
Menurut Mudjiman (2004), bahwa tepung terigu berasal dari
hasil olahan biji gandum. Disamping kegunaannya sebagai sumber energi dalam
pakan ikan, tepung terigu juga berguna sebagai bahan perekat sehingga pakan
yang dihasilkan mempunyai tekstur yang baik dan tahan lama di dalam air.
Tepung terigu
merupakan bahan baku yang umum digunakan dalam proses pembuatan pakan ikan.
Selain mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi, juga berfungsi sebagai perekat.
Tepung terigu mempunyai kandungan protein 8,9 %, lemak 1,3 %, karbohidrat 77,3
% dan air 12 % (Djajasewaka, 1985).
2.3.4 Tepung Jagung
Kita
mengenal dua macam jagung, yaitu jagung kuning dan jagung putih. Jagung kuning
mengandung protein yang tinggi, dengan daya lekat yang kurang. Warnanya agak
kekuning-kuningan, kuning muda, atau kecoklat-coklatan. Jagung putih berwarna
putih agak keabu-abuan. Kandungan protein dan energinya rendah, dengan daya
lekat yang tinggi. Sebagai bahan makanan ikan,
jagung termasuk sukar dicerna. Bahkan mereka dapat menghambat pertumbuhan,
walaupun kesehatan ikan tidak terganggu. (Sumeru, 1980).
Menurut Suriatna (1990), bahwa jagung yang digunakan
dalam penyusunan komposisi makanan ikan harus dalam bentuk jagung giling yang
halus agar nantinya memudahkan pencampuran sehingga dapat diaduk merata.
Penggunaan jagung sebagai bahan makanan ikan berkisar antara 10 % - 30 %,
apabila penggunaannya terlalu banyak dapat menyebabkan kandungan protein
pakan ikan rendah dan kandungan karbohidrat tinggi. Hal ini dapat menyebabkan
zat-zat makanan yang terkandung di dalam makanan tidak seimbang terutama untuk
protein dan energinya.
2.4 Bahan Tambahan (vitamin)
Afrianto (2005), Vitamin merupakan senyawa organik yang penting bagi
pertumbuhan, reproduksi dan kesehatan ikan serta sebagai pemacu metabolisme
dalam tubuh ikan. secara umum vitamin dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air. Golongan
vitamin yang larut dalam lemak yakni vitamin A, D, E, dan K sedangkan vitamin
yang larut dalam air yakni vitamin B dan C. Penggunaan vitamin
dalam pakan buatan menggunakan premix (vitamin mix).
Premix atau vitamin mix di formulasi untuk mengganti vitamin yang tidak
tersedia secara lengkap atau hilang selama proses pembuatam pakan.
2.5 Alat Pembuat Pakan
Mesin pencetak
pellet ada dua macam; pencetak pellet basah dan mesin pencetak pellet kering.
Biasanya mesin pencetak basah tidak bisa untuk mencetak pellet kering akan
tetapi mesin pencetak pellet kering bisa mencetak pellet basah.
Desain pencetak
pellet basah umumnya lebih murah dan mesin ini banyak di buat dalam negeri oleh
bengkel-benkel industri kecil tapi, ada juga diantara mereka yang memproduksi
mesin pencetak pellet kering dan harganya dua sampai tiga kali lipat, karena
pembuatanya lebih mahal.
III. METODE
PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum mata kuliah Nutrisi Ikan dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 8
Desember 2011 dimulai pada pukul 10.00 WITA sampai dengan selesai. Bertempat di
Laboraturium Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum Nutrisi Ikan adalah sebagai berikut:
1.
Loyang plastik,
2.
Baki,
3.
Timbangan, dan
4.
Gilingan daging.
Bahan
yang digunakan adalah:
1.
Tepung
ikan
= 204,54 gr
2.
Dedak
halus
= 118,38 gr
3.
Tepung
terigu
= 115,25 gr
4.
Tepung kacang
hijau = 316,07 gr
5.
Tepung
jagung
= 225,76 gr
6.
Air secukupnya.
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang digunakan pada praktikum Nutrisi Ikan adalah sebagai
berikut :
1.
Menghitung komposisi bahan pakan yang akan digunakan.
2.
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
3.
Menimbang semua bahan yang sudah sesuai dengan takaran
yang telah diperoleh dari hasil perhitungan, kemudian memasukkannya kedalam
ember.
4. Mencampur semua bahan dan mengaduknya hingga rata,
kemudian menambahkan air sedikit demi sedikit hingga bahan tersebut menjadi
seperti adonan kue.
5.
Menggiling adonan
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil kegiatan praktikum
Nutrisi Ikan yang dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Komposisi Presentase Bahan Protein
No.
|
Bahan
|
Persentase
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Tepung Ikan
Tepung Kacang ijo
Tepung Terigu
Dedak Halus
Tepung Jagung
|
22,65 %
35,00 %
11,05 %
11,35 %
25,00 %
|
Kandungan
:
Protein
= 35 %
Vitamin
mix = 2% = 20 gr
∑
pakan = 1 kg = 1.000 gr
= 1.000 gr – 20 gr
= 980 gr
Formula pakan
ikan didasarkan pada kandungan protein, lemak dan serat. Formula ikan dapat
dibagi menjadi dua bagian sesuai dengan kebutun ikan, pakan ikan untuk
anak ikan atau benih akan membutuhkan 50% protein, 8% lemak,. Sedangkan untuk
ikan dewasa membutuhkan protein antara 25-30% protein, lemak 7%. Hal
penting yang harus di perhatikan dalam membuat formula pakan ikan adalah
ketersediaan bahan-bahan untuk membuat pellet ikan tersebut harus ada secara
terus menerus. Jangan menggunakan bahan yang ketersediannya terbatas atau
musiman. Formula ikan yang berubah-ubah akan dapat menurunkan selera makan ikan
dalam waktu sementara yang akan berakibat pada pertumbuhan ikan yang lambat
Pemberian
nutrisi bagi organisme budidaya dimaksudkan agar makanan yang diberikan pada
organisme peliharaan tersebut dapat tumbuh dengan optimal dan dapat memberikan
hasil yang baik dan memuaskan. Pemberian makanan tersebut harus diperhatikan
dengan makanan yang memenuhi syarat gizi yaitu protein, vitamin dan
mineral. Akan tetapi karena faktor keterbatasan dalam praktek ini kami hanya melakukan penambahan vitamin sebanyak 2%
atau sekitar 20 gr dari dari total bahan yang digunakan yaitu 1 kg. Pemberian nutrisi pada organisme budidaya melalui
makanan, harus diberikan sesuai dengan umur dan ukuran ikan serta jenis ikan.
Ketersediaan
pakan dan nutrisi sangat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan. Jumlah nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan setiap
harinya berhubungan erat dengan ukuran berat dan umurnya. Faktor lain yang
menentukan tambahan nutrisi harian adalah perbedaan lingkungan, terutama suhu
air. Perubahan suhu air akan berpengaruh secara langsung terhadap nafsu makan
ikan.
Ikan, pada
umumnya seperti mahluk bertulang belakang lainnya yang juga memerlukan berbagai
jenis gizi untuk memenuhi kebutuhan energi yang diperlukan untuk dapat hidup
dan berkembang. Berbagai kandungan gizi pada pakan ikan memiliki fungsi
tersendiri, yaitu untuk menjaga ikan agar tetap hidup dan tumbuh. Protein,
Lipid, dan Karbohidrat sangat diperlukan untuk menyediakan energi. Disamping
itu protein pada khususnya diperlukan untuk pertumbuhan. Oleh karena itu,
komposisi pakan ikan memegang peranan yang sangat penting. Sebagai contoh,
protein yang diberikan pada ikan harus dapat menyediakan semua asam amino
esensial yang diperlukan, lipid juga harus mengandung jenis asam lemak yang
tepat. Berbagai jenis hara lainnya juga diperlukan tetapi jumlah keperluannya
sangat sedikit.
Dalam hal
pembuatan makanan ikan, pertama-tama kita perlu memperhatikan tentang pemilihan
bahannya. Bahan-bahan tersebut harus memenuhi beberapa syarat, yaitu mempunyai
nilai gizi yang tinggi, mudah diperoleh, mudah diolah, tidak mengandung racun,
harganya relatif murah dan yang terpenting bukan merupakan makanan pokok
manusia sehingga nantinya tidak menimbulkan saingan.
Untuk
mengetahui nilai gizinya, seharusnya kita harus melakukan pemeriksaan kimia di
laboratorium. Akan tetapi dalam praktek ini hal tersebut tidak dilakukan,
melainkan hanya berdasarkan daftar komposisi yang sudah merupakan hasil
penelitian para ahli.
Seluruh
komponen bahan pakan ikan sebaiknya dibuat dari bahan baku yang masih baru.
Untuk dedak halus (bekatul) dipilih yang masih segar dan tidak tercampur dengan
potongan sekam. Tepung ikan sebaiknya dipilih yang berkualitas baik. Sedangkan
untuk tepung jagung yang baik adalah yang berwarna putih atau kuning sesuai
dengan warna butiran jagung.
Pekerjaan
meramu bahan pakan ikan adalah menyusun jumlah setiap komponen dan menimbang
beratnya dengan menggunakan metode kuadrat sehingga didapatkan hasil yang
benar. Atas dasar kandungan proteinnya, bahan pakan ikan dibedakan menjadi dua
macam, yaitu bahan protein basal berasal dari bahan nabati yang kandungan
proteinnya di bawah 20 %. Yaitu : dedak
halus sebanyak 118,38 gr dan tepung terigu sebanyak 115,,25 gr. Sedangkan bahan protein suplemental berasal dari
bahan hewani dan nabati yang kandungan proteinnya di atas 20 %, yaitu : tepung ikan sebanyak 204,54 gr, tepung
kacang hijau sebanyak 316,07 gr dan tepung jagung sebanyak 225,76 gr.
Pembuatan pakan
ikan menurut Djarijah (1998), tidak mutlak harus disesuaikan dengan hasil
perhitungan formulasi tersebut, tetapi komponen-komponen penyusunannya tidak
boleh menyimpang.
Setelah jumlah
setiap bahan ditentukan, dalam praktek dilakukan penimbangan bahan-bahan
tersebut dengan menggunakan timbangan kue karena jumlah bahan yang digunakan
hanya sedikit. Apabila ingin membuat jumlah pakan yang banyak sebaiknya
digunakan timbangan yang mempunyai kapasitas besar. Pengadukan dalam jumlah
kecil cukup menggunakan tangan atau centongan nasi sampai bahan-bahan tersebut
dapat tercampur homogen (merata) dan ditambahkan air panas sedikit demi sedikit
sampai adonan berbentuk pasta dan lebih memudahkan pada saat penggilingan.
Pencetakan
adonan diawali dengan memasukkan campuran bahan yang telah berbentuk pasta dan
tercampur secara merata kedalam alat penggiling daging (meat mincer).
Bahan baku yang telah tercetak menjadi pellet kemudian dikeringkan dengan
bantuan sinar matahari atau diangin-anginkan saja. Pengeringan ini berfungsi
untuk menurunkan kadar air yang terkandung di dalam pakan atau pellet sehingga
menjadi minimal dan stabil. Dengan demikian pakan tersebut tidak mudah
ditumbuhi oleh jamur.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahan yang digunakan dalam pembuatan
pellet dapat berasal dari bahan hewani (tepung ikan) dan nabati (tepung terigu,
tepung jagung, tepung kacang hijau, dan dedak halus).
2. Jumlah vitamin yang digunakan dalam
pembuatan pellet yaitu 2%, atau sekitar 20 gr dari total bahan yang digunakan.
3. Tepung terigu dan dedak halus
termasuk dalam protein basal, karena jumlah masing-masing bahan yang digunakan
dibawah 20% sedangkan tepung ikan, tepung jagung dan tepung kacang ijo termasuk
dalam protein supplement, karena jumlah masing-masing bahan yang
digunakan diatas 20%.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam
pembuatan adonan pellet, penambahan air harus dilakukan sedikit demi
sedikit untuk menghindari terjadinya pengenceran adonan. Sehingga pada
saat pencetakan pakan tidak mengalami masalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar