I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan
mas (Cyprinus carpio) merupakan salah
satu jenis ikan air tawar yang memiliki daerah penyebaran yang merata di Indonesia. Jenis ikan ini banyak dikenal dan
digemari oleh masyarakat. Kandungan proteinnya cukup tinggi sehingga ikan mas
ini terus berkembang pesat dari waktu ke waktu.
Pakan
yang diberikan pada ikan dinilai baik tidak hanya dari komponen penyusun pakan
tersebut. Pakan dapat dinilai baik
dari seberapa besar komponen yang terkandung dalam pakan mampu diserap dan
dimanfaatkan oleh ikan dalam kehidupannya. Pakan
merupakan unsur yang sangat menunjang suatu kegiatan usaha budidaya perikanan,
sehingga pakan yang tersedia harus memadai dan memenuhi kebutuhan ikan
tersebut.
Faktor
penting dalam budidaya adalah ketersediaan pakan dalam jumlah cukup, tepat waktu dan bernilai gizi baik. Pada
budidaya ikan 60-70% biaya produksi digunakan untuk biaya pakan produksi ikan
yang meningkat, maka secara langsung akan terjadi kenaikan permintaan pakan (Afrianto
dan Liviawaty, 2005).
Upaya untuk mengurangi biaya
pakan, sebagian pembudidaya menggunakan bahan pakan alternatif sebagai
pengganti bahan pakan. Pada umumnya bahan pakan alternatif untuk ikan berasal dari
berbagai limbah yang kandungan nutrisinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pakan ikan. Dalam pemilihan bahan pakan sebaiknya dipertimbangkan sesuai
dengan ketentuan bahan pakan yaitu mudah didapat, harganya murah, kandungan
nutrisi tinggi. Salah satu contoh bahan pakan yang dapat dimanfaatkan adalah
berasal dari limbah ampas tahu (Handajani dan Widodo, 2010).
Ampas tahu
merupakan hasil limbah dari olahan kacang kedelai dalam bentuk padatan pada
pembuatan tahu. Ampas tahu mengandung gizi yang baik dan memiliki nilai gizi
yang dapat memenuhi kebutuhan ikan, yaitu protein sekitar 27 persen (Prabowodalam Haetami,2006). Ampas tahu dapat
digunakan setelah diolah melalui proses fermentasi.
1.2
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh
penggunaan tepung fermentasi ampas tahu terhadap implikasi dari pertumbuhan ikan
mas (Cyprinus carpio). Kegunaan
penelitian yaitu sebagai bahan informasi dalam pembuatan pakan ikan dengan
pemanfaatan limbah ampas tahu fermentasi dengan kadar yang baik untuk
mengembangkan usaha budidaya ikan mas (Cyprinus
carpio) sehingga menekan
laju biaya operasional.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi
dan Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus
carpio)
Secara
umum, karakteristik ikan mas memliki bentuk tubuh yang agak memanjang dan
sedikit memipih kesamping (compressed).
Sebagian besar tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik kecuali pada beberapa strainyang memiliki sedikit sisik. Moncongnya terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Pada bibirnya yang lunak terdapat dua
pasang sungut (berbel) dan tidak
bergerigi. Bagian dalam mulut terdapat gigi kerongkongan sebanyak tiga baris
berbentuk geraham (Lentera,2002).
Sirip
punggung ikan mas memanjang dan bagian permukaannya terletak berseberangan
dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip
punggungya (dorsal) berjari-jari
keras, sedangkan dibagian akhir bergerigi. Sirip ekornya menyerupai cagak
memanjang simetris hingga
kebelakang tutup insang (Lentera,2002).
Menurut Khairuman (2008), ikan mas
diklasifikasikan sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Ordo :
Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus :Cyprinus
Spesies :
Cyprinus carpio L.
Gambar 1. Ikan mas (Cyprinus
carpio)
2.2 Habitat
Ikan
mas (Cyprinus carpio) menyukai tempat
hidup (habitat) berupa perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam, seperti
pinggiran sungai atau danau. Ikan
ini hidup dengan baik di daerah dengan ketinggian 150–160 meter. Suhu air untuk tempat hidup ikan mas
berkisar antara 200–250 C dan pH air antara 7–8
(Khairuman dan Amri, 2008).
2.3
Pertumbuhan dan Sintasan
Pertumbuhan adalah
perubahan ukuran, baik panjang maupun berat dalam waktu tertentu.Pertumbuhan
dalam individu berarti pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara
mitosis. Hal ini terjadi apabila ada kelebihan input energi dan asam amino
(protein) yang berasal dari makanan. Bahan yang berasal dari makanan akan
digunakan oleh tubuh untuk metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ
seksual, perawatan bagian-bagian tubuh atau mengganti sel-sel yang tidak terpakai (Effendiedalam Dani dkk. 2005).
Pertumbuhan ikan sangat
dipengaruhi oleh jenis dan kualitas pakan yang diberikan serta kondisi
lingkungan hidupnya. Jika pakan yang diberikan berkualitas baik, jumlahnya
mencukupi dan kondisi lingkungan mendukung, dapat dipastikan laju pertumbuhan
ikan akan menjadi cepat sesuai dengan yang diharapkan. Sebaliknya, apabila pakan yang diberikan berkualitas
rendah, jumlahnya tidak mencukupi, dan kondisi lingkungan tidak mendukung,
dapat dipastikan pertumbuhan ikan akan terhambat (Khairuman dan Amri, 2002).
Sintasan ikan atau kelangsungan hidup ikan merupakan
persentase jumlah ikan yang hidup dari jumlah ikan yang dipelihara dalam suatu
wadah. Sintasan sangat ditentukan oleh ketersediaan pakan sebagai sumber energi
untuk pertumbuhan (Affandi dkk,
2005).
Faktor-faktor
lain yang mempengaruhi sintasan antara lain kualitas air, kompetisi, kepadatan,
kuantitas pakan dan penanganan serta faktor internal seperti umur dan kemampuan
menyesuaikan dengan lingkungan. Faktor lain yang turut mempengaruhi laju
sintasan adalah kemampuan renang ikan. Ikan yangkemampuan renangnya masih belum
sempurna menyebabkan daya jelajah untuk mencari mangsa juga relatif masih
terbatas. Oleh karena itu, ikan cenderung hanya memakan pakan alami yang berada
didekatnya (Melianawati dkk, 2004).
2.4 Kebutuhan Nutrisi Ikan
Nutrisi
(nutrition) untuk ikan adalah
kandungan gizi yang terkandung dalam pakan yang
diberikan pada ikan peliharaan. Terjaminnya hidup, aktivitas ikan dan laju pertumbuhannya
tergantung pada pakan megandung nutrisis yang cukup tinggi yang diberikan pada
ikan peliharaan. Oleh karena itu pakan yang diberikan pada ikan peliharaan,
tidak hanya sekedar cukup atau tepat waktu, tetapi juga pakan tersebut harus
memiliki kandungan nutrisi atau gizi yang cukup (Kordi,2007).
Hepher dalam Lestari 2001, menyatakan bahwa setiap ikan membutuhkan
protein yang berbeda untuk pertumbuhannya, umunya ikan membutuhkan protein
sekitar 30-50% dalam pakannya. Pada
ikan mas (Cyprinus carpio)
membutuhkan protein pakan sebesar 31-38%.
2.5 Pakan
Ikan akan tumbuh dengan
baik bila semua kebutuhan nutrisinya terpenuhi secara maksimal. Artinya,
kebutuhan terhadap protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral dalam pakan
dengan komposisi dan jumlah yang memadai (Mahyuddin, 2010).
Ikan
atau biota budidaya lainnya membutuhkan pakan tidak hanya untuk hidup, tetapi
berbagai aktivitas lainnya, seperti berenang, memelihara jaringan tubuh,
kekebalan, berkembang biak dan lain-lain. Sementara pada budidaya ikan intensif
yang menerapkan padat penebaran tinggi, pemberian pakan tidak hanya dimaksudkan
untuk menyediakan energi untuk aktivitas ikan, tetapi juga memacu pertumbuhan
ikan (Kordi, 2007).
2.5.1 Ampas tahu
Ampas tahu merupakan limbah dari pembuatan tahu.
Bahan utama pembuatan tahu adalah kacang kedelai (Glycine max Merr) dengan
kandungan protein berkisar 33-42% dan kadar lemak 18-22%. Proses pembuatan tahu
meliputi tahap perendaman kedelai, penggilingan, pendidihan bubur kedelai, penyaringan atau pemerasan,
penggumpalan sari kedelai dan pengempresannya. Pada proses penyaringan, bahan
yang tersaring yaitu berupa padatan yang kita kenal sebagai ampas (Rachtamianto dalam
Haetami dkk 2006).
Jumlah protein dari ampas tahu sangat bervariasi,
tergantung pada proses pembuatannya. Pada pembuatan tahu secara tradisional
dilakukan secara manual, sehingga
akan dihasilkan ampas tahu dengan kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengolahan secara
mekanis. Ampas tahu biasanya berasal dari kacang kedelai yang telah dimasak, sehingga ampas tahu
mempunyai nilai biologis yang lebih tinggi daripada biji kedelai itu sendiri
(Winarno dalam Lestari, 2001).
Ampas tahu memiliki daya tahan yang rendah, karena
ampas tahu segar masih
mengandung
kadar air tinggi yaitu sekitar 84,5 persen dari bobotnya. Ampas tahu basah akan
segera menjadi rusak dalam waktu 2-3 hari sehingga tidak disukai oleh ikan. Masalah
ini dapat ditangani dengan cara dijemur atau di dalam oven lalu digiling sehingga
menjadi tepung (Pulungan dkkdalamLestari,2001).
Komposisi ampas tahu dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel
1. Komposisi ampas tahu hasil fermentasi
Zat makanan
|
Jumlah (%)
|
Protein
|
27,45
|
Serat kasar
|
22,40
|
Lemak kasar
|
10,49
|
Abu
|
5,92
|
Ca
|
0,64
|
P
|
0,47
|
Sumber : Lestari (2001)
2.5.2 Fermentasi
Fermentasi merupakan aplikasi mikroba untuk mengubah
bahan baku menjadi produk yang bernilai lebih tinggi, seperti asam organik, protein sel
tunggal, biopolimer dan antibiotika. Lestari (2001) menyatakan bahwa pada
proses fermentasi terjadi proses yang menguntungkan, diantaranya mengawetkan dapat menghilangkan
bau yang tidak diinginkan, meningkatkan
daya cerna, menghilangkan
daya racun yang terdapat pada bahan mentahnya dan menghasilkan daya cerna yang
diinginkan.
Ampas tahu dalam keadaan segar berkadar air sekitar
84,5% dari bobotnya. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan umur simpannya
pendek. Ampas tahu kering mengandung air sekitar 10,0-15,5%, sehingga umur
simpannya lebih lama dibandingkan dengan ampas tahu segar. Namun karena kandungan air dan serat
kasarnya yang tinggi, maka penggunaannya menjadi terbatas dan belum memberikan
hasil yang baik. Guna mengatasi tingginya kadar air dan serat kasar pada ampas
tahu maka dilakukan fermentasi. Prinsip kerja pada proses fermentasi
yaitu memecah bahan-bahan yang tidak dapat dicerna seperti selulosa,
hemiselulosa menjadi gula sederhana yang mudah dicerna dengan bantuan
mikroorganisme (Parakkasidalam Putri, dkk 2012).
Hasil fermentasi diharapkan terjadi peningkatan terhadap kualitas
bahan pakan yang akan digunakan sebagai campuran pakan ikan dan mampu
meningkatkan pertumbuhan ikan (Widiastuti,dkk.2010).
Hal ini karena daya cerna ikan yang tinggi karena serat kasar pada ampas tahu
menurun akibat proses fermentasi dengan probiotik dan ragi. Pada penelitian ini
probiotik yang digunakan adalah probiotik Em4.
2.5.3 Tepung keong emas
Keong emas adalah siput
air tawar yang banyak ditemukan di sekitar persawahan/perkolaman. Tepung keong emas dapat digunakan hingga 30% dalam pakan untuk
mensubtitusi penggunaan tepung ikan sebagai sumber protein. Sebelum digunakan
keong emas terlebih dahulu diolah
menjadi tepung (Sahwan, 2003). Kandung
nutrisi keong mas tertera pada Tabel 2berikut :
Tabel
2. Kandungan nutrisi keong emas
No
|
Komponen
|
Presentase (%)
|
1
2
3
4
5
6
|
Protein
Karbohidrat
Lemak
Air
Abu
Serat kasar
|
57,76
0,68
14,62
11,05
15,3
5,50
|
Sumber : Kordi, (2007)
2.5.4
Tepung
terigu
Menurut Kordi (2007), bahwa tepung terigu berasal dari hasil olahan
biji gandum. Selain sebagai sumber energi dalam pakan ikan, tepung terigu juga
berguna sebagai bahan perekat sehingga pakan yang dihasilkan mempunyai tekstur
yang baik dan tahan lama di dalam air. Kandungan nutrisi tepung terigu tertera
pada Tabel 3 berikut:
Tabel
3. Kandungan nutrisi tepung terigu
No
|
Komponen
|
Presentase (%)
|
1
2
3
4
5
6
|
Protein
Karbohidrat
Lemak
Air
Abu
Serat kasar
|
8,9
77,3
1,3
12
0,58
-
|
Sumber :
Mudjiman (2007)
2.5.5
Tepung darah
Darah ternak merupakan
limbah dari rumah pemotongan hewan/ternak.
Limbah ini dapat diolah menjadi tepung darah dan dapat digunakan sebagai
bahan baku pakan udang dan ikan, karena mengandung nutrisi yang cukup tinggi (Kordi, 2010). Kandungan nutrisi tepung darah tertera pada
Tabel 4 berikut :
Tabel
4. Kandungan nutrisi tepung darah
No
|
Komponen
|
Presentase (%)
|
1
2
3
4
5
6
|
Protein
Karbohidrat
Lemak
Air
Abu
Serat kasar
|
63,79
1,72
0,77
22,86
1,48
9,38
|
Sumber : Kordi (2007)
2.5.6 Tepung jagung
Jagung terdiri dari 3
warna yaitu : jagung kuning, jagung putih dan jagung merah. Jagung kuning
merupakan bahan baku pakan ternak dan ikan yang banyak digunakan di Indonesia
dan di beberapa negara lain. Jagung kuning digunakan sebagai bahan baku
penghasil energi, bukan sebagai bahan sumber protein, karena kadar protein yang
rendah yaitu 9,2% (Masyamsir, 2001). Kandungan nutrisi jagung tertera pada Tabel 5berikut
:
Tabel
5. Kandungan nutrisi jagung
No
|
Komponen
|
Presentase (%)
|
1
2
3
4
5
6
|
Protein
Karbohidrat
Lemak
Air
Abu
Serat kasar
|
9,2
73,7
3,9
12,0
-
-
|
Sumber : Kordi (2010)
2.6 Hipotesis
Pemberian
kadar ampas tahu 30% berpengaruh pada pertumbuhan ikan mas (Cyprinus
carpio).
III.
MATERI DAN METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian akan
dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2013. Penelitian
bertempat di Laboratorium budidaya Perairan, Fakultas Peternakan dan Perikanan,
Universitas Tadulako, Palu.
3.2 Materi Penelitian
3.2.1
Organisme
Uji
Organisme
uji yang akan digunakan yaitu ikan mas (C.
carpio) yang diperoleh dari Unit Pembenihan Dinas Pertanian, Peternakan dan
Perikanan, Desa Mpanau. Benih yang digunakan berukuran 5-8 cm sebanyak 200 ekor
dengan padat penebaran 10 ekor per wadah.
3.2.2 Alat dan bahan penelitian
Peralatan dan bahan
yang akan digunakan pada penelitian ini adalah tertera pada Tabel 6 dan Tabel 7
:
Tabel 6 . Alat yang digunakan dalam penelitian
No.
|
Alat
|
Kegunaan
|
1.
|
Baskom
|
Wadah untuk
pemeliharaan benih ikan mas (Cyprinus
carpio)
|
2.
|
Gilingan daging
|
Untuk mencetak pellet
|
3.
|
Timbangan ohaus
|
Untuk menimbang benih
ikan mas
|
4.
|
Blender
|
Untuk menghaluskan
bahan
|
5.
|
Baki
|
Wadah untuk menampung
bahan-bahan
|
6.
|
Sendok
|
Untuk mencampur bahan
|
7.
|
Aerator
|
Sebagai pensuplai
oksigen
|
8.
|
Selang
|
Untuk menyipon
|
9.
|
Seser
|
Untuk mengambil ikan saat
penimbangan
|
10.
|
Pisau
|
Untuk memotong
|
11.
|
Gelas ukur (L)
|
Untuk air dalam sampling benih ikan mas
|
12.
|
Spons
|
Untuk membersihkan
aquarium
|
Tabel
7. Bahan yang digunakan dalam penelitian
No.
|
Bahan
|
Kegunaan
|
1.
|
Benih ikan mas
|
Sebagai organisme uji
|
2.
|
Tepung ampas tahu
|
Sebagai sumber protein
nabati dalam pembuatan pakan (Perlakuan)
|
3.
|
Tepung keong
|
Sebagai sumber protein
dalam pembuatan pakan
|
4.
|
Tepung darah
|
Sebagai sumber protein dalam pembuatan pakan
|
6.
|
Tepung terigu
|
Sebagai sumber nabati
dan perekat dalam pembuatan pakan
|
7.
|
Tepung jagung
|
Sebagai sumber protein
nabati dalam pembuatan pakan
|
8.
|
EM-4 (Effecctive
Microorganisme-4)
|
Sebagai probiotik dalam proses fermentasi pembuatan pakan
|
3.3
Prosedur
Penelitian
3.3.1 Pembuatan Pakan
Pakan yang dibuat dalam penelitian ini
berbasis pada bahan baku lokal dan banyak tersedia dialam. Bahan pakan buatan
bersumber dari bahan baku nabati dan bahan baku hewani. Bahan baku protein
basal yaitu kandungan protein <20% bersumber dari tepung terigu dan tepung
jagung sedangkan sumber protein Suplemental yaitu kandungan proteinnya >20%
yaitu keong emas, tepung darah dan tepung ampas
tahu.
3. 3.1.1 Pembuatan fermentasi ampas tahu
1. Menimbang
berat ampas tahu basah sebanyak 4 Kg dan kemudian disimpan pada wadah loyang.
2. Ampas
tahu diaduk dan dihomogenkan dengan larutan fermentor Em4 sebanyak 9 ml/100 g.
3. Ampas
tahu yang telah homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diikat kemudian
dibuat lubang-lubang kecil selanjutnya disimpan pada wadah tertutup selama 7
hari pada suhu 27-30o C.
4. Setelah
7 hari fermentasi buka kembali ampas tahu dari kantong plastik dan selanjutnya
untuk dikeringkan hingga benar-benar kering dan setelah itu dihaluskan menjadi
tepung.
3.3.1.2 Pembuatan pakan buatan mengandung fermentasi
ampas tahu
1. Ampas
tahu yang telah selesai difermentasi dan dikeringkan, setelah itu dihaluskan
menjadi tepung dan bahan siap dijadikan sebagai campuran dalam pembuatan pakan
buatan pada ikan.
2. Darah
ternak yang didapatkan dari pemotongan hewan, pertama-tama dikukus ±30 menit, kemudian
dipotong-potong kecil dan dijemur hingga kering. Setelah itu digiling hingga menjadi
tepung dan siap digunakan untuk bahan baku pellet.
3. Keong
emas yang banyak didapatkan dari sawah dan kolam yang bersifat hama digunakan
sebagai salah satu bahan baku pellet. Keong emas yang telah dikumpulkan direbus
selama 15 menit, kemudian dipecahkan cangkangnya untuk mengambil isinya,
setelah isinya didapatkan direbus kembali ±20 menit, dipotong kecil-kecil,
dijemur hingga kering, digiling hingga menjadi tepung dan siap digunakan
sebagai bahan baku pellet (Kordi, 2007)
4. Menimbang
semua bahan baku pellet yang digunakan sesuai dengan ketentuannya masing-masing.
5. Mencampur
semua bahan yang digunakan dalam satu wadah dengan menambahkan sedikit demi
sedikit air hingga bahan tersebut menjadi seperti adonan.
6. Adonan
pakan yang sudah jadi dicetak.
7. Pakan
yang telah selesai dicetak dijemur
setengah kering.
8. Memotong
pellet sesuai dengan bukaan mulut benih ikan mas (C.
carpio).
9.
Pakan yang selesai dipotong dijemur
kembali hingga kering.
10.
Pakan yang sudah kering siap diberikan
kepada benih ikan mas (C. carpio).
11. Pakan
yang dibuat dengan kandungan protein yang ditentukan dapat diperoleh dengan
formulasi bahan baku yang tertera pada Tabel 8 berikut:
Tabel
8. Bahan baku pakan yang digunakan dalam
penelitian/100 g pakan
Bahan
baku pangan
|
Bahan
baku pakan yang digunakan dalam penelitian
|
||
Pakan
A 35%
|
Pakan
B 35%
|
Pakan
C 35%
|
|
Tepung keong mas
|
23,30%
|
21,5%
|
19,70%
|
Tepung darah
|
23,30%
|
21,5%
|
19,70%
|
Tepung ampas tahu
|
10%
|
20%
|
30%
|
Tepung terigu
|
21,70%
|
18,5%
|
15,30%
|
Tepung jagung
|
21,70%
|
18,5%
|
15,30%
|
3.3.2
Pemberian
Pakan pada Organisme Uji
Pakan buatan yang telah dicampur
dengan tepung ampas tahu sesuai dengan dosis perlakuan kemudian diberikan pada
organisme uji. Pakan pada ikan
mas (C.carpio) diberikan 3-5% dari
bobot tubuh per hari. Pemberian
pakan secara at satiation berarti pemberian pakan sesuai dengan daya tampung
lambung dan tidak berlebih. Hal
ini sesuai dengan Utomo (2005), teknik at
satiaton lebih efisien pemberian pakannya. Pakan yang diberikan 4 kali per
hari yaitu pagi, siang, sore
dan malam.
3.4
Desain
Penelitian
Desain penelitian
yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitu rancangan yang
digunakan untuk percobaan yang mempunyai media percobaan yang seragam. Perlakuan yang
diberikan adalah 3 perlakuan dan 6 ulangan dengan demikian terdapat 18 unit percobaan. Perlakuan yang
diberikan adalah sebagai berikut:
Perlakuan
A = Pemberian pakan dengan
komposisi kadar ampas tahu
10%
Perlakuan
B = Pemberian pakan dengan komposisi kadar
ampas tahu 20%
Perlakuan
C = Pemberian pakan dengan komposisikadar ampas tahu 30%
3.5
Variabel Penelitian
3.5.1
Pertumbuhan Mutlak
Pertumbuhan mutlak ditetapkan berdasarkan hasil
pertambahan biomassa ikan mas (Cyprinus
carpio) untuk masing-masing wadah penelitian. Perhitungan biomassa mutlak
sesuai dengan rumus dari Everhart et al.,
dalam Kordi (2009) yaitu:
H
= Wt – Wo
Keterangan:
H = Pertumbuhan mutlak individu biota budidaya
(g)
Wt =
Berat rata-rata biota budidaya pada saat panen (g)
Wo =
Berat rata-rata biota budidaya saat penebaran (g)
3.5.2 Sintasan
Menurut Effendie dalam Kordi (2009), sintasan adalah
peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu. Sintasan dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
S =
100%
Keterangan :
S = Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan uji
pada akhir penelitian (ekor)
No = Jumlah ikan uji
pada awal penelitian (ekor)
3.5.3 KandunganNutrisi
Pakan
Kandungan
nutrisi pakan sangat penting dalam pertumbuhan suatu organisme, sehingga
organisme dapat tumbuh dengan baik. Kandungan
nutrisi pakan yang terdiri atas serangkaian evaluasi secara kimiawi.
3.5.3.1 Evaluasi Kimia
Analisis
kimia yang dilakukan meliputi analisis proksimat bahan penyusun pakan. Analisis
dilakukan untuk mengetahui kadar protein pada pakan perlakuan (pakan A kadar
ampas tahu 10%, B kadar ampas tahu 20% dan C kadar ampas tahu 30%).
3.5.4 Kualitas air
Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan melakukan penyifonan dan
mengganti air minimal 30% setiap hari untuk menjaga senyawa kimia agar tidak
terakumulasi (Suryananta, 2007). Pemantauan kualitas air dilakukan sebanyak tiga
kali yaitu pada awal, tengah dan akhir penelitian untuk mengetahui gambaran
kualitas air secara umum. Pemantauan kualitas air yang dilakukan berupa suhu,
pH, oksigen terlarut (O2), karbondioksida (CO2) (Effendi,
2003).
Parameter kualitas air
yang diamati pada penelitian ini adalah suhu, pH, oksigen terlarut dan amoniak.
Alat yang digunakan dan waktu pengamatan tertera pada Tabel 9.
Tabel
9. Pengamatan parameter kualitas air
No
|
Parameter
|
Alat/Metode
|
Waktu pengamatan
|
1
|
Suhu (0C)
|
Termometer
|
Setiap hari
|
2
|
pH
|
pH meter
|
Awal dan akhir
|
3
|
Oksigen terlarut (DO)
|
DO meter
|
Awal dan akhir
|
4
|
Amoniak
|
Metode titrasi
|
Awal dan Akhir
|
3.5.5
Analisis
Data
Data yang diperoleh
akan dianalisis berdasarkan rancangan acak lengkap dengan model matematika
menurut Gasperz (1994), sebagai berikut:
Yij = µ + Ʈi
+ εij
Keterangan:
Y =
Pengamatan dari perlakuan ke-i ulangan ke-j
µ =
Nilai tengah populasi
Ʈi = Pengaruh perlakuan ke-i
εij =
Galat perlakuan ke-i ulangan ke-j
i =
Perlakuan (A, B, C)
j =
Ulangan (1, 2, 3, 4, 5, 6)
Jika terdapat pengaruh
nyata dari perlakuan yang diberikan, maka akan dilakukan uji lanjut dengan
menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. & E. Liviawaty, 2005. Pakan Ikan. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Raharjo & Sulistiono,
2005. Fisiologi Ikan: Pencernaan dan
Penyerapan Makanan. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK-IPB,
Bogor: 214 hlm
Dani, N. P, Budiharjo, A. dan Listyawati, S. 2005.Komposisi Pakan Buatan Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan
KandunganProtein Ikan Tawes (Puntius javanicus Blkr.). Vol. 7 (2)
Effendi,
H., 2003.Telaah Kualitas Air bagi
Pengelolaan dan Lingkungan Perairan.Kanisius.Jokjakarta.
Gasperz.V.,
1994.Metode perancangan percobaan (Untuk Ilmu-ilmu Pertanian,
Ilmu-ilmu Teknik dan Biologi). CV Armico. Bandung.
Haetami,
Susangka.I, Dan Maulina.I 2006.Suplementasi
Asam Amino Dalam Pada Pellet Yang Mengandung Silase Ampas Tahu &
Imlikasinya Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Nila Gift (Oreochromisniloticus).
Laporan Penelitian Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran.
Handajani,
Hany dan Widodo, Wahju. 2010. Nutrisi
Ikan. UMM Press. Malang. 271 hal.
Khairuman
dan Amri, K. 2002.Membuat Pakan Ikan
Konsumsi. Agro Media Pustaka. Jakarta. 83 hal.
Khairuman dan Amri, K.2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Penerbit Kanisius.
Yogakarta.
Kordi.2007.
Meramu Pakan untuk Ikan Karnivor. Aneka Ilmu.
Semarang.
Kordi.2009. Budidaya
Perairan Buku Kedua. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung
Kordi.2010. Pakan
Udang. Akademik, Jakarta
Lestari,S, 2001.
Pengaruh Kadar Ampas Tahu Yang Difermentasi Terhadap Efisiensi Pakan Dan
Pertumbuhan Ikan Mas ( Cyprinus carpio). Skripsi.Program studi Budidaya
Perairan, fakultar Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Mahyuddin,
K. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Patin.
Penebar Swadaya, Bogor
Masyamsir,
2001.Modul Program Keahlian Budidaya Ikan
Membuat Pakan Ikan Buatan.Departemen Pendidikan Nasional Proyek
Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan SMK Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan, Jakarta.
Melianawati, R. P.T Imanto, 2004. Pemilihan Pakan Alami Larva Ikan Kakap Merah, Lutjanus sebae. Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia. 10(1): 21-24
Putri, D. R, Agustono dan Subekti, S. 2012.Kandungan Bahan Kering, Serat Kasar Dan
Protein Kasar Pada Daun Lamtoro (Leucaena
Glauca) Yang Difermentasi Dengan Probiotik Sebagai Bahan Pakan Ikan.Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan vol. 4 (2)
Sahwan,
F. 2003. Pakan ikan dan udang: Formulasi,
Pembuatan, Analisi ekonomi. Penerbit Swadaya, Jakarta.
Suryananta, L. 2007. Pemberian
Pakan Buatan untuk Ikan Gabus (Chana striatus) Dalam Keramba di Kalimantan
Timur. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia, 3(3): 35-40
Widyastuti, E. Sukanto, dan Rukayah, S. 2010. Penggunaan Pakan Fermentasi
Pada Budidaya Ikan Sistem Keramba Jaring Apung Untuk Mengurangi Potensi
Eutrofikasi Di Waduk Wadaslintang. Limnotek 17 (2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar