Sabtu, 29 November 2014

Pemberian Pakan Yang Mengandung Fermentasi Ampas Tahu Dan Implikasinya Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus Carpio)



I.    PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
      Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki daerah penyebaran yang merata di Indonesia. Jenis ikan ini banyak dikenal dan digemari oleh masyarakat. Kandungan proteinnya cukup tinggi sehingga ikan mas ini terus berkembang pesat dari waktu ke waktu.
Pakan yang diberikan pada ikan dinilai baik tidak hanya dari komponen penyusun pakan tersebut. Pakan dapat dinilai baik dari seberapa besar komponen yang terkandung dalam pakan mampu diserap dan dimanfaatkan oleh ikan dalam kehidupannya. Pakan merupakan unsur yang sangat menunjang suatu kegiatan usaha budidaya perikanan, sehingga pakan yang tersedia harus memadai dan memenuhi kebutuhan ikan tersebut.
Faktor penting dalam budidaya adalah ketersediaan pakan dalam jumlah cukup, tepat waktu dan bernilai gizi baik. Pada budidaya ikan 60-70% biaya produksi digunakan untuk biaya pakan produksi ikan yang meningkat, maka secara langsung akan terjadi kenaikan permintaan pakan (Afrianto dan Liviawaty, 2005).
Upaya untuk mengurangi biaya pakan, sebagian pembudidaya menggunakan bahan pakan alternatif sebagai pengganti bahan pakan. Pada umumnya bahan pakan alternatif untuk ikan berasal dari berbagai limbah yang kandungan nutrisinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ikan. Dalam pemilihan bahan pakan sebaiknya dipertimbangkan sesuai dengan ketentuan bahan pakan yaitu mudah didapat, harganya murah, kandungan nutrisi tinggi. Salah satu contoh bahan pakan yang dapat dimanfaatkan adalah berasal dari limbah ampas tahu (Handajani dan Widodo, 2010).
Ampas tahu merupakan hasil limbah dari olahan kacang kedelai dalam bentuk padatan pada pembuatan tahu. Ampas tahu mengandung gizi yang baik dan memiliki nilai gizi yang dapat memenuhi kebutuhan ikan, yaitu protein sekitar 27 persen (Prabowodalam Haetami,2006). Ampas tahu dapat digunakan setelah diolah melalui proses fermentasi.
1.2  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung fermentasi ampas tahu terhadap implikasi dari pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio). Kegunaan penelitian yaitu sebagai bahan informasi dalam pembuatan pakan ikan dengan pemanfaatan limbah ampas tahu fermentasi dengan kadar yang baik untuk mengembangkan usaha budidaya ikan mas (Cyprinus carpio) sehingga menekan laju biaya operasional.
 II.     TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Morfologi  dan Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio)
            Secara umum, karakteristik ikan mas memliki bentuk tubuh yang agak memanjang dan sedikit memipih kesamping (compressed). Sebagian besar tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik kecuali pada beberapa strainyang memiliki sedikit sisik. Moncongnya terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Pada bibirnya yang lunak terdapat dua pasang sungut (berbel) dan tidak bergerigi. Bagian dalam mulut terdapat gigi kerongkongan sebanyak tiga baris berbentuk geraham (Lentera,2002).
            Sirip punggung ikan mas memanjang dan bagian permukaannya terletak berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip punggungya (dorsal) berjari-jari keras, sedangkan dibagian akhir bergerigi. Sirip ekornya menyerupai cagak memanjang simetris hingga kebelakang tutup insang (Lentera,2002).
            Menurut Khairuman (2008), ikan mas diklasifikasikan  sebagai berikut:
Filum   :  Chordata
Kelas   : Osteichthyes
Ordo    : Cypriniformes
Famili  : Cyprinidae
Genus  :Cyprinus
Spesies    : Cyprinus carpio L.
Gambar 1. Ikan mas (Cyprinus carpio)
2.2 Habitat
Ikan mas (Cyprinus carpio) menyukai tempat hidup (habitat) berupa perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam, seperti pinggiran sungai atau danau. Ikan ini hidup dengan baik di daerah dengan ketinggian 150–160 meter. Suhu air untuk tempat hidup ikan mas berkisar antara 200–250 C dan pH air antara 7–8 (Khairuman dan Amri, 2008).
2.3 Pertumbuhan dan Sintasan
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran, baik panjang maupun berat dalam waktu tertentu.Pertumbuhan dalam individu berarti pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis. Hal ini terjadi apabila ada kelebihan input energi dan asam amino (protein) yang berasal dari makanan. Bahan yang berasal dari makanan akan digunakan oleh tubuh untuk metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual, perawatan bagian-bagian tubuh atau mengganti sel-sel  yang tidak terpakai (Effendiedalam Dani dkk. 2005).
Pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kualitas pakan yang diberikan serta kondisi lingkungan hidupnya. Jika pakan yang diberikan berkualitas baik, jumlahnya mencukupi dan kondisi lingkungan mendukung, dapat dipastikan laju pertumbuhan ikan akan menjadi cepat sesuai dengan yang diharapkan. Sebaliknya, apabila pakan yang diberikan berkualitas rendah, jumlahnya tidak mencukupi, dan kondisi lingkungan tidak mendukung, dapat dipastikan pertumbuhan ikan akan terhambat (Khairuman dan Amri, 2002).
Sintasan ikan atau kelangsungan hidup ikan merupakan persentase jumlah ikan yang hidup dari jumlah ikan yang dipelihara dalam suatu wadah. Sintasan sangat ditentukan oleh ketersediaan pakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan (Affandi dkk, 2005).
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi sintasan antara lain kualitas air, kompetisi, kepadatan, kuantitas pakan dan penanganan serta faktor internal seperti umur dan kemampuan menyesuaikan dengan lingkungan. Faktor lain yang turut mempengaruhi laju sintasan adalah kemampuan renang ikan. Ikan yangkemampuan renangnya masih belum sempurna menyebabkan daya jelajah untuk mencari mangsa juga relatif masih terbatas. Oleh karena itu, ikan cenderung hanya memakan pakan alami yang berada didekatnya (Melianawati dkk, 2004).
2.4 Kebutuhan Nutrisi  Ikan
            Nutrisi (nutrition) untuk ikan adalah kandungan gizi yang terkandung dalam pakan yang diberikan pada ikan peliharaan. Terjaminnya hidup, aktivitas ikan dan laju pertumbuhannya tergantung pada pakan megandung nutrisis yang cukup tinggi yang diberikan pada ikan peliharaan. Oleh karena itu pakan yang diberikan pada ikan peliharaan, tidak hanya sekedar cukup atau tepat waktu, tetapi juga pakan tersebut harus memiliki kandungan nutrisi atau gizi yang cukup (Kordi,2007).
            Hepher dalam Lestari 2001, menyatakan bahwa setiap ikan membutuhkan protein yang berbeda untuk pertumbuhannya, umunya ikan membutuhkan protein sekitar 30-50% dalam pakannya. Pada ikan mas (Cyprinus carpio) membutuhkan protein pakan sebesar 31-38%.
2.5 Pakan
Ikan akan tumbuh dengan baik bila semua kebutuhan nutrisinya terpenuhi secara maksimal. Artinya, kebutuhan terhadap protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral dalam pakan dengan komposisi dan jumlah yang memadai (Mahyuddin, 2010).
Ikan atau biota budidaya lainnya membutuhkan pakan tidak hanya untuk hidup, tetapi berbagai aktivitas lainnya, seperti berenang, memelihara jaringan tubuh, kekebalan, berkembang biak dan lain-lain. Sementara pada budidaya ikan intensif yang menerapkan padat penebaran tinggi, pemberian pakan tidak hanya dimaksudkan untuk menyediakan energi untuk aktivitas ikan, tetapi juga memacu pertumbuhan ikan (Kordi, 2007). 
2.5.1 Ampas tahu
Ampas tahu merupakan limbah dari pembuatan tahu. Bahan utama pembuatan tahu adalah kacang kedelai (Glycine max Merr) dengan kandungan protein berkisar 33-42% dan kadar lemak 18-22%. Proses pembuatan tahu meliputi tahap perendaman kedelai, penggilingan, pendidihan bubur kedelai, penyaringan atau pemerasan, penggumpalan sari kedelai dan pengempresannya. Pada proses penyaringan, bahan yang tersaring yaitu berupa padatan yang kita kenal sebagai ampas (Rachtamianto dalam Haetami dkk 2006).
Jumlah protein dari ampas tahu sangat bervariasi, tergantung pada proses pembuatannya. Pada pembuatan tahu secara tradisional dilakukan secara manual, sehingga akan dihasilkan ampas tahu dengan kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengolahan secara mekanis. Ampas tahu biasanya berasal dari kacang kedelai yang telah dimasak, sehingga ampas tahu mempunyai nilai biologis yang lebih tinggi daripada biji kedelai itu sendiri (Winarno dalam Lestari, 2001).
Ampas tahu memiliki daya tahan yang rendah, karena ampas tahu segar masih
mengandung kadar air tinggi yaitu sekitar 84,5 persen dari bobotnya. Ampas tahu basah akan segera menjadi rusak dalam waktu 2-3 hari sehingga tidak disukai oleh ikan. Masalah ini dapat ditangani dengan cara dijemur atau di dalam oven lalu digiling sehingga menjadi tepung (Pulungan dkkdalamLestari,2001). Komposisi ampas tahu dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi ampas tahu hasil fermentasi
Zat makanan
 Jumlah (%)
Protein
27,45
Serat kasar
22,40
Lemak kasar
10,49
Abu
5,92
Ca
0,64
P
0,47
Sumber : Lestari (2001)

2.5.2 Fermentasi
Fermentasi merupakan aplikasi mikroba untuk mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai lebih tinggi, seperti asam organik, protein sel tunggal, biopolimer dan antibiotika. Lestari (2001) menyatakan bahwa pada proses fermentasi terjadi proses yang menguntungkan, diantaranya mengawetkan dapat menghilangkan bau yang tidak diinginkan, meningkatkan daya cerna, menghilangkan daya racun yang terdapat pada bahan mentahnya dan menghasilkan daya cerna yang diinginkan.
Ampas tahu dalam keadaan segar berkadar air sekitar 84,5% dari bobotnya. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan umur simpannya pendek. Ampas tahu kering mengandung air sekitar 10,0-15,5%, sehingga umur simpannya lebih lama dibandingkan dengan ampas tahu segar. Namun karena kandungan air dan serat kasarnya yang tinggi, maka penggunaannya menjadi terbatas dan belum memberikan hasil yang baik. Guna mengatasi tingginya kadar air dan serat kasar pada ampas tahu maka dilakukan fermentasi. Prinsip kerja pada proses fermentasi yaitu memecah bahan-bahan yang tidak dapat dicerna seperti selulosa, hemiselulosa menjadi gula sederhana yang mudah dicerna dengan bantuan mikroorganisme (Parakkasidalam Putri, dkk 2012).
Hasil fermentasi diharapkan terjadi peningkatan terhadap kualitas bahan pakan yang akan digunakan sebagai campuran pakan ikan dan mampu meningkatkan pertumbuhan ikan (Widiastuti,dkk.2010). Hal ini karena daya cerna ikan yang tinggi karena serat kasar pada ampas tahu menurun akibat proses fermentasi dengan probiotik dan ragi. Pada penelitian ini probiotik yang digunakan adalah probiotik Em4.
2.5.3 Tepung keong emas
Keong emas adalah siput air tawar yang banyak ditemukan di sekitar persawahan/perkolaman. Tepung keong emas  dapat digunakan hingga 30% dalam pakan untuk mensubtitusi penggunaan tepung ikan sebagai sumber protein. Sebelum digunakan keong emas terlebih dahulu  diolah menjadi tepung   (Sahwan, 2003). Kandung nutrisi keong mas tertera pada Tabel 2berikut :
Tabel 2. Kandungan nutrisi keong emas
No
Komponen
Presentase (%)
1
2
3
4
5
6
Protein
Karbohidrat
Lemak
Air
Abu
Serat kasar
57,76
0,68
14,62
11,05
15,3
5,50
Sumber : Kordi, (2007)
2.5.4   Tepung terigu
Menurut Kordi (2007), bahwa tepung terigu berasal dari hasil olahan biji gandum. Selain sebagai sumber energi dalam pakan ikan, tepung terigu juga berguna sebagai bahan perekat sehingga pakan yang dihasilkan mempunyai tekstur yang baik dan tahan lama di dalam air. Kandungan nutrisi tepung terigu tertera pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Kandungan nutrisi tepung terigu
No
Komponen
Presentase (%)
1
2
3
4
5
6
Protein
Karbohidrat
Lemak
Air
Abu
Serat kasar
8,9
77,3
1,3
12
0,58
-
Sumber : Mudjiman (2007)

2.5.5   Tepung darah
Darah ternak merupakan limbah dari rumah pemotongan hewan/ternak.  Limbah ini dapat diolah menjadi tepung darah dan dapat digunakan sebagai bahan baku pakan udang dan ikan, karena mengandung nutrisi yang cukup tinggi  (Kordi, 2010).  Kandungan nutrisi tepung darah tertera pada Tabel 4 berikut :
Tabel 4. Kandungan nutrisi tepung darah
No
Komponen
Presentase (%)
1
2
3
4
5
6
Protein
Karbohidrat
Lemak
Air
Abu
Serat kasar
63,79
1,72
0,77
22,86
1,48
9,38
Sumber : Kordi (2007)
2.5.6 Tepung jagung
Jagung terdiri dari 3 warna yaitu : jagung kuning, jagung putih dan jagung merah. Jagung kuning merupakan bahan baku pakan ternak dan ikan yang banyak digunakan di Indonesia dan di beberapa negara lain. Jagung kuning digunakan sebagai bahan baku penghasil energi, bukan sebagai bahan sumber protein, karena kadar protein yang rendah yaitu 9,2% (Masyamsir, 2001).  Kandungan nutrisi jagung tertera pada Tabel 5berikut :
Tabel 5. Kandungan nutrisi jagung
No
Komponen
Presentase (%)
1
2
3
4
5
6
Protein
Karbohidrat
Lemak
Air
Abu
Serat kasar
9,2
73,7
3,9
12,0
-
-
Sumber : Kordi (2010)
2.6 Hipotesis
Pemberian kadar ampas tahu 30% berpengaruh pada pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio).
 III.           MATERI DAN METODE PENELITIAN
3.1  Waktu dan Tempat
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2013. Penelitian bertempat di Laboratorium budidaya Perairan, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako, Palu.
3.2   Materi Penelitian
3.2.1   Organisme Uji
Organisme uji yang akan digunakan yaitu ikan mas (C. carpio) yang diperoleh dari Unit Pembenihan Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan, Desa Mpanau. Benih yang digunakan berukuran 5-8 cm sebanyak 200 ekor dengan padat penebaran 10 ekor per wadah.
3.2.2 Alat dan bahan penelitian
Peralatan dan bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah tertera pada Tabel 6 dan Tabel 7 :
Tabel  6 . Alat yang digunakan dalam penelitian
No.
Alat
Kegunaan
1.
Baskom
Wadah untuk pemeliharaan benih ikan mas (Cyprinus carpio)
2.
Gilingan daging
Untuk mencetak pellet
3.
Timbangan ohaus
Untuk menimbang benih ikan mas
4.
Blender
Untuk menghaluskan bahan
5.
Baki
Wadah untuk menampung bahan-bahan
6.
Sendok
Untuk mencampur bahan
7.
Aerator
Sebagai pensuplai oksigen
8.
Selang
Untuk menyipon
9.
Seser
Untuk mengambil ikan saat penimbangan
10.
Pisau
Untuk memotong
  11.
Gelas ukur (L)
Untuk  air dalam sampling benih ikan mas
12.
Spons
Untuk membersihkan aquarium

Tabel 7. Bahan yang digunakan dalam penelitian
No.
Bahan
Kegunaan
1.
Benih ikan mas
Sebagai organisme uji
2.
Tepung ampas tahu
Sebagai sumber protein nabati dalam pembuatan pakan (Perlakuan)
3.
Tepung keong
Sebagai sumber protein dalam pembuatan pakan
4.
Tepung darah
Sebagai sumber protein dalam pembuatan pakan
6.
Tepung terigu
Sebagai sumber nabati dan perekat dalam pembuatan pakan
7.
Tepung jagung
Sebagai sumber protein nabati dalam pembuatan pakan
8.
EM-4 (Effecctive Microorganisme-4)
Sebagai probiotik dalam proses fermentasi pembuatan pakan

3.3    Prosedur Penelitian
3.3.1   Pembuatan Pakan
         Pakan yang dibuat dalam penelitian ini berbasis pada bahan baku lokal dan banyak tersedia dialam. Bahan pakan buatan bersumber dari bahan baku nabati dan bahan baku hewani. Bahan baku protein basal yaitu kandungan protein <20% bersumber dari tepung terigu dan tepung jagung sedangkan sumber protein Suplemental yaitu kandungan proteinnya >20% yaitu keong emas, tepung darah dan  tepung ampas tahu.
3.         3.1.1  Pembuatan fermentasi ampas tahu
1.   Menimbang berat ampas tahu basah sebanyak 4 Kg dan kemudian disimpan pada wadah loyang.
2.   Ampas tahu diaduk dan dihomogenkan dengan larutan fermentor Em4 sebanyak 9 ml/100 g.
3.   Ampas tahu yang telah homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diikat kemudian dibuat lubang-lubang kecil selanjutnya disimpan pada wadah tertutup selama 7 hari pada suhu 27-30o C.
4.   Setelah 7 hari fermentasi buka kembali ampas tahu dari kantong plastik dan selanjutnya untuk dikeringkan hingga benar-benar kering dan setelah itu dihaluskan menjadi tepung.
3.3.1.2  Pembuatan pakan buatan mengandung fermentasi ampas tahu
1.    Ampas tahu yang telah selesai difermentasi dan dikeringkan, setelah itu dihaluskan menjadi tepung dan bahan siap dijadikan sebagai campuran dalam pembuatan pakan buatan pada ikan.
2.    Darah ternak yang didapatkan dari pemotongan hewan, pertama-tama dikukus ±30 menit, kemudian dipotong-potong kecil dan dijemur hingga kering. Setelah itu digiling hingga menjadi tepung dan siap digunakan untuk bahan baku pellet.
3.    Keong emas yang banyak didapatkan dari sawah dan kolam yang bersifat hama digunakan sebagai salah satu bahan baku pellet. Keong emas yang telah dikumpulkan direbus selama 15 menit, kemudian dipecahkan cangkangnya untuk mengambil isinya, setelah isinya didapatkan direbus kembali ±20 menit, dipotong kecil-kecil, dijemur hingga kering, digiling hingga menjadi tepung dan siap digunakan sebagai bahan baku pellet (Kordi, 2007)
4.    Menimbang semua bahan baku pellet yang digunakan sesuai dengan ketentuannya masing-masing.
5.    Mencampur semua bahan yang digunakan dalam satu wadah dengan menambahkan sedikit demi sedikit air hingga bahan tersebut menjadi seperti adonan.
6.    Adonan pakan yang sudah jadi dicetak.
7.    Pakan yang telah selesai dicetak  dijemur setengah kering.
8.    Memotong pellet sesuai dengan bukaan mulut benih ikan mas  (C. carpio).   
9.    Pakan yang selesai dipotong dijemur kembali hingga kering.
10.    Pakan yang sudah kering siap diberikan kepada benih ikan mas (C. carpio).
11.  Pakan yang dibuat dengan kandungan protein yang ditentukan dapat diperoleh dengan formulasi bahan baku yang tertera pada Tabel 8 berikut:
Tabel 8.  Bahan baku pakan yang digunakan dalam penelitian/100 g pakan
Bahan baku pangan
Bahan baku pakan yang digunakan dalam penelitian
Pakan A 35%
Pakan B 35%
Pakan C 35%
Tepung keong mas
23,30%
21,5%
19,70%
Tepung darah
23,30%
21,5%
19,70%
Tepung ampas tahu
10%
20%
               30%
Tepung terigu
21,70%
18,5%
15,30%
Tepung jagung
21,70%
18,5%
15,30%
 3.3.2   Pemberian Pakan pada Organisme Uji
            Pakan buatan yang telah dicampur dengan tepung ampas tahu sesuai dengan dosis perlakuan kemudian diberikan pada organisme uji. Pakan pada ikan mas (C.carpio) diberikan 3-5% dari bobot tubuh per hari. Pemberian pakan secara at satiation berarti pemberian pakan sesuai dengan daya tampung lambung dan tidak berlebih. Hal ini sesuai dengan Utomo (2005), teknik at satiaton lebih efisien pemberian pakannya. Pakan yang diberikan 4 kali per hari yaitu pagi, siang, sore dan malam.
3.4    Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitu rancangan yang digunakan untuk percobaan yang mempunyai media percobaan yang seragam. Perlakuan yang diberikan adalah 3 perlakuan dan 6 ulangan dengan demikian terdapat 18 unit percobaan. Perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut:
Perlakuan A = Pemberian pakan dengan komposisi kadar ampas tahu 10%
Perlakuan B = Pemberian pakan dengan komposisi kadar ampas tahu 20%
Perlakuan C = Pemberian pakan dengan komposisikadar ampas tahu 30%
3.5 Variabel  Penelitian
3.5.1 Pertumbuhan Mutlak
Pertumbuhan mutlak ditetapkan berdasarkan hasil pertambahan biomassa ikan mas (Cyprinus carpio) untuk masing-masing wadah penelitian. Perhitungan biomassa mutlak sesuai dengan rumus dari Everhart et al., dalam Kordi (2009) yaitu:
      H = Wt – Wo
Keterangan:
H    =  Pertumbuhan mutlak individu biota budidaya (g)
Wt  =  Berat rata-rata biota budidaya pada saat panen (g)
Wo =  Berat rata-rata biota budidaya saat penebaran (g)
3.5.2 Sintasan
         Menurut Effendie dalam Kordi (2009), sintasan adalah peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu. Sintasan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
            S =   100%
Keterangan :
S          =  Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt        =  Jumlah ikan uji pada akhir penelitian (ekor)
No       =  Jumlah ikan uji pada awal penelitian (ekor)
3.5.3 KandunganNutrisi Pakan
          Kandungan nutrisi pakan sangat penting dalam pertumbuhan suatu organisme, sehingga organisme dapat tumbuh dengan baik. Kandungan nutrisi pakan yang terdiri atas serangkaian evaluasi secara kimiawi.
3.5.3.1  Evaluasi Kimia
            Analisis kimia yang dilakukan meliputi analisis proksimat bahan penyusun pakan. Analisis dilakukan untuk mengetahui kadar protein pada pakan perlakuan (pakan A kadar ampas tahu 10%, B kadar ampas tahu 20% dan C kadar ampas tahu 30%).
3.5.4 Kualitas air
Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan melakukan penyifonan dan mengganti air minimal 30% setiap hari untuk menjaga senyawa kimia agar tidak terakumulasi (Suryananta, 2007). Pemantauan kualitas air dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada awal, tengah dan akhir penelitian untuk mengetahui gambaran kualitas air secara umum. Pemantauan kualitas air yang dilakukan berupa suhu, pH, oksigen terlarut (O2), karbondioksida (CO2) (Effendi, 2003).
Parameter kualitas air yang diamati pada penelitian ini adalah suhu, pH, oksigen terlarut dan amoniak. Alat yang digunakan dan waktu pengamatan tertera pada Tabel  9.
 Tabel 9.  Pengamatan parameter kualitas air
No
Parameter
Alat/Metode
Waktu pengamatan
1
Suhu (0C)
Termometer
Setiap hari
2
pH
pH meter
Awal dan akhir
3
Oksigen terlarut (DO)
DO meter
Awal dan akhir
4
Amoniak
Metode titrasi
Awal dan Akhir

3.5.5   Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis berdasarkan rancangan acak lengkap dengan model matematika menurut Gasperz (1994), sebagai berikut:
Yij = µ + Ʈi + εij
Keterangan:
Y         = Pengamatan dari perlakuan ke-i ulangan ke-j
µ          = Nilai tengah populasi
Ʈi            =  Pengaruh perlakuan  ke-i
εij            = Galat perlakuan ke-i ulangan ke-j
i           = Perlakuan (A, B, C)
j           = Ulangan (1, 2, 3, 4, 5, 6)
Jika terdapat pengaruh nyata dari perlakuan yang diberikan, maka akan dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
 DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. & E. Liviawaty, 2005. Pakan Ikan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Raharjo & Sulistiono, 2005. Fisiologi Ikan: Pencernaan dan Penyerapan Makanan. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK-IPB, Bogor: 214 hlm
Dani, N. P,  Budiharjo, A. dan  Listyawati, S. 2005.Komposisi Pakan Buatan Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan KandunganProtein Ikan Tawes (Puntius javanicus Blkr.). Vol. 7 (2)
Effendi, H., 2003.Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan dan Lingkungan Perairan.Kanisius.Jokjakarta.
Gasperz.V., 1994.Metode perancangan  percobaan (Untuk Ilmu-ilmu Pertanian, Ilmu-ilmu Teknik dan Biologi). CV Armico. Bandung.
Haetami, Susangka.I, Dan Maulina.I 2006.Suplementasi Asam Amino Dalam Pada Pellet Yang Mengandung Silase Ampas Tahu & Imlikasinya Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Nila Gift (Oreochromisniloticus). Laporan Penelitian Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran.
Handajani, Hany dan Widodo, Wahju. 2010. Nutrisi Ikan. UMM Press. Malang. 271 hal.

Khairuman dan Amri, K. 2002.Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Agro Media Pustaka. Jakarta. 83 hal.

Khairuman dan Amri, K.2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Penerbit Kanisius. Yogakarta.
Kordi.2007. Meramu Pakan untuk Ikan Karnivor.  Aneka Ilmu.  Semarang.
Kordi.2009.  Budidaya Perairan Buku Kedua. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung
Kordi.2010.  Pakan Udang.  Akademik,  Jakarta
Lestari,S, 2001. Pengaruh Kadar Ampas Tahu Yang Difermentasi Terhadap Efisiensi Pakan Dan Pertumbuhan Ikan Mas ( Cyprinus carpio). Skripsi.Program studi Budidaya Perairan, fakultar Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Mahyuddin, K. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Patin. Penebar Swadaya, Bogor
Masyamsir, 2001.Modul Program Keahlian Budidaya Ikan Membuat Pakan Ikan Buatan.Departemen Pendidikan Nasional Proyek Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan SMK Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Jakarta.
Melianawati, R. P.T Imanto, 2004. Pemilihan Pakan Alami Larva Ikan Kakap Merah, Lutjanus sebae. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 10(1): 21-24
Putri, D. R, Agustono dan Subekti, S. 2012.Kandungan Bahan Kering, Serat Kasar Dan Protein Kasar Pada Daun Lamtoro (Leucaena Glauca) Yang Difermentasi Dengan Probiotik Sebagai Bahan Pakan Ikan.Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan vol. 4 (2)
Sahwan, F. 2003. Pakan ikan dan udang: Formulasi, Pembuatan, Analisi ekonomi. Penerbit Swadaya, Jakarta.
Suryananta, L. 2007. Pemberian Pakan Buatan untuk Ikan Gabus (Chana striatus) Dalam Keramba di Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 3(3): 35-40
Widyastuti, E. Sukanto, dan Rukayah, S. 2010. Penggunaan Pakan Fermentasi Pada Budidaya Ikan Sistem Keramba Jaring Apung Untuk Mengurangi Potensi Eutrofikasi Di Waduk Wadaslintang. Limnotek 17 (2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar