Selasa, 16 Oktober 2012

Parasit dan Penyakit Ikan


I.  PENDAHULUAAN
1.1  Latar Belakang
Kegiatan budidaya merupakan salah satu kegiatan bidang perikanan yang saat ini sedang naik daun dan memiliki prospek kedepan yang cerah. Dalam usaha budidaya perikanan pada umumnya, tidak semuanya berjalan dengan baik lebih khusus masyarakat pembudidaya di Indonesia sering mengalami hambatan dan masalah-masalah dalam melakukan usahanya. Hambatan tersebut diantaranya adalah permasalahan mengenai penyakit ikan.
Penyakit ikan merupakan segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan pada ikan dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan ikan. Ikan dikatakan sakit apabila terjadi gangguan atau kelainan baik secara anatomi maupun fisiologinya.
Timbulnya serangan penyakit di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan kondisi lingkungan dan organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini telah menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh penyakit.
Hal lain yang sering menyebabkan organisme parasit menimbulkan wabah penyakit adalah terjadinya infeksi sekunder. Tubuh ikan dapat terluka karena gesekan dengan benda keras atau berhasil meloloskan diri dari serangan hama, jika terlambat mengobatinya, tubuh ikan yang luka akan mengalami infeksi sekunder yang disebabkan oleh serangan organisme parasit. Infeksi sekunder yang disebabkan oleh organisme parasit terbukti telah menimbulkan banyak kematian pada ikan.
Jika kondisi lingkungan kolam buruk, daya tahan ikan cenderung menurun dan perkembangan organisme penyakit seringkali menjadi lebih baik. Dengan demikian tidaklah mengherankan apabila pada kolam yang kurang terawat sering terjadi wabah penyakit, sebab pada kolam semacam ini kondisi tubuh ikan menjadi lemah sehingga tidak akan mampu menahan serangan organisme parasit.
Banyak jenis parasit yang sering menyerang ikan, baik jenis ekstoparasit maupun jenis endoparasit. Setiap jenis parasit menempati bagian tertentu pada tubuh ikan. Hal inilah yang melatar belakangi praktikum  parasit dan penyakit ikan di lakukan. Sehingga dengan praktikum tersebut diharapkan mahasiswa akan lebih paham dengan ilmu yang dipelajarinya.
1.2  Tujuan dan Kegunaan
            Tujuan dari praktikum adalah untuk mengamati jenis-jenis parasit yang menyerang baik pada organ luar maupun organ dalam tubuh ikan, khususnya ikan Nila (Oreochromis niloticus).  Kegunaan dari praktikum adalah agar praktikan dapat mengetahui bagaimana cara mengamati organisme yang terserang parasit.
           
II.  TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari bagian-bagian tubuh suatu organisme  baik yang disebabkan oleh penyakit patogen maupun non patogen.  Penyakit non patogen berupa penyakit lingkungan dan penyakit nutrisi, sedangkan penyakit patogen berupa penyakit viral, jamur dan bakterial.
          Menurut Lingga dan Susanto (1989), bahwa secara garis besar penyakit ikan dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar yaitu penyakit yang disebabkan oleh non parasit (non parasite) dan penyakit yang diakibatkan oleh organisme parasit. Parasit merupakan organisme penyebab penyakit pada ikan dan menyerang organ atau bagian tubuh dari ikan, baik bagian luar maupun dalam. Sedangkan penyakit yang disebabkan oleh non parasit meliputi penyakit Karena kekurangan oksigen, karena keracunan, perubahan temperatur dan sebagainya.
         Lingkungan merupakan salah satu faktor penyabab penyakit, ketika lingkungan berada pada kondisi yang kurang baik, maka ikan akan kehilangan kemampuan untuk bertahan terhadap penyakit karena ikan menjadi stres. Pada kondisi yang demikian akan memudahkan bagi organisme parasit penyabab penyakit infeksi untuk menyerang ikan baik melalui infeksi primer maupun sekunder (Kordi, 2004).
         Menurut Soetomo (1990), cara penularan penyakit ikan ada dua yaitu, pertama melalui kontak langsung organisme dalam areal budidaya yang disebabkan oleh padat penebaran tinggi atau masuknya individu lain yang telah terinfeksi penyakit. Cara Kedua melalui air yang di dalamnya ada bibit-bibit penyakit.
   Ikan yang teinfeksi penyakit dapat diketahui dari perubahan organ tertentu, seperti terjadinya perubahan warna tubuh ikan menjadi pucat. Perubahan warna akibat penyakit sifatnya permanen dan berlangsung lama. Selain itu ikan yang terserang penyakit juga dapat diketahui dengan adanya bintik putih pada sisik dan sirip, terjadinya pendarahan pada bagian dada, perut dan pangkal sirip serta sisik rusak atau rontok (Munajat dan Budiana, 2003).
           Menurut Irawan (2004), ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mecegah timbulnya penyakit pada ikan diantanya yaitu dengan cara pencegahan mekanik, kimia dan biologis. Pencegahan secara mekanik yakni pencegahan infeksi penyakit dengan berbagai peralatan mekanik, secara kimia yakni dengan memanfaatkan bahan-bahan kimia tertentu sedangkan secara biologis yakni upaya pencegahan dengan menerapkan prinsip-prinsip biologis.

III. MATERI DAN METODE PRAKTEK
3.1  Waktu dan Tempat       
 Praktikum mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan dilaksanakan pada hari  Kamis, tanggal 15 Desember 2011 dan dimulai pada pukul 08.00 WITA sampai dengan selesai. Bertempat di Laboraturium Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.
3.2  Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan pada praktikum Parasit dan Penyakit Ikan adalah:
1. Disecting kit (alat bedah)
2. Mikroskop
3. Deck glass
4. Cover glass
5. Loyang plastik
6. Pipet tetes
Bahan yang digunakan pada praktikum Parasit dan Penyakit Ikan adalah :
1. Ikan nila (Oreochromis niloticus)
2. Akuades.

3.3  Prosedur Kerja
3.3.1 Prosedur Kerja Ektoparasit
a. Pertama-tama ikan dimatikan terlebih dahulu dengan menusuk bagian kepala secara perlahan-lahan, dan tidak sampai merusak jaringan tubuh ikan.
b. Meletakkan ikan diatas loyang dengan posisi kepala menghadap ke kiri dan bagian ventral ikan menghadap ke praktikan.
c.  Mengamati bagian kulit (badan), sirip, insang dan operkulum bagian kiri dari ikan, dan memeriksa tanda-tanda adanya parasit (luka, bisul, pendarahan, sisik rusak dan perubahan warna/pudar).
d.  Mengambil lendir dari masing-masing organ eksternal ikan seperti sisik, sirip caudal, sirip  ventral dan meletakkannya pada deck glass kemudian tambahkan setetes akuades, kemudian mengamati dibawah mikroskop.
e.  Posisi parasit saat ditemukan lalu dicatat.

3.3.2  Prosedur Kerja Endoparasit
a. Pertama-tama membuka rongga perut ikan dengan menggunakan gunting dan pisau bedah dimulai dari bagian kepala tepat dibelakang operculum sampai ke bagian anal, lakukan secara hati-hati.
b. Mengangkat bagian yang telah digunting tersebut hingga rongga perut bagian kiri terbuka.
c. Mengamati organ-organ dalam ikan mulai dari hati, usus, dan ginjal. Lihat apakah terdapat organ yang abnormal, terjadi pembengkakan, luka, dan tanda-tanda patologikal lainnya.
d. Mengambil lendir dari masing organ internal ikan tadi dan meletakkannya pada deck glass dan menambahkan setetes akuades, kemudian mengamati dibawah mikroskop.
e. Posisi parasit saat ditemukan lalu dicatat.

                                           IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil
          Berdasarkan praktikum Parasit dan Penyakit Ikan tentang pengamatan ektoparasit dan endoparasit, maka diperoleh hasil sebagai berikut :



Gambar 1.Cacing Gyrodactylus sp.




Gambar 2.Cryptocaryon sp.

Gambar 3.Diplectanum sp.

Gambar 4.Cacing Dactylogirus

Gambar 5.Vibrio sp.

 
  Gambar 6.Parasit myxobolus spp.


4.2  Pembahasan
         Berdasarkan praktikum yang telah di lakukan diketahui parasit yang menyebabkan penyakit pada organ tubuh ikan nila baik dari luar maupun dalam tubuh di sebabkan oleh parasit golongan bakteri, jamur dan protozoa. Dari hasil pengamatan yang di lakukan dibawah mikroskop di temukan parasit yang menyerang sisik ikan nila yaitu dari janis cacing monogenea Gyrodactylus sp. Parasit ini berbentuk seperti serangga. Sesuai dengan pernyataan Kordi (2004), bahwa Gyrodactylus sp. biasanya menyerang kulit dan sirip ikan. Ikan yang terserang gejalanya dapat dikenali dari insang pucat dan bengkak sehingga operculum terbuka, ikan terlihat berkumpul pada pintu air masuk, produksi lendir berlebihan, pertumbuhan ikan terhambat, nafsu makan ikan berkurang, kandungan sel darah putih berlebihan, dan berenang tidak normal.
Pada pengamatan yang dilakukan ditemukan adanya parasit pada insang ikan. Parasit yang ditemukan merupakan jenis Dactylogylus sp. Menurut Amri (2006), parasit Dactylogylus sp. biasanya menyerang insang dan kulit ikan, dengan tanda-tanda ikan meloncat-loncat ke permukaan karena insangnya mengalami kerusakan, banyak mengeluarkan lendir dan warna tubuh menjadi pucat. Ditambahkan menurut Munajat dan Budiana (2003), ikan yang terserang menjadi kurus dan kulit menjadi tidak cerah. Sirip ekor sering mengalami kerontokan dan insang tidak dapat menutup dengan sempurna, serta ikan juga terlihat menggosok-gosokan tubuhnya kedasar kolam atau benda-banda keras.
         Pada pengamatan organ ikan bagian ekor didapatkan bahwa parasit yang menyerang adalah dari jenis protozoa Cryptocaryon sp. bentuknya menyerupai cacing pita, sedangkan pada sirip dada, ditemukan parasit cacing jenis Diplectanum sp.  Cacing ini berukuran 0,5-1,0 mm dan mempunyai siklus hidup langsung artinya tidak memerlukan inang perantara, sehingga bila kondisi perkembangbiakannya baik, parasit ini berlipat dengan cepat. Cacing ini banyak ditemukan pada kulit, sirip, dan insang ikan (Kordi, 2004).
      Selanjutnya pada pengamatan organ ikan bagian dalam,di temukan parasit yang menyerang hati ikan nila (Oreochromis niloticus) diketahui dari golongan bakteri jenis vibrio sp. bentuknya seperti usus, berlipat-lipat. Menurut Kordi (2004), Bakteri vibrio sp. tergolong dalam famili Vibrionaceae, yang mempunyai tubuh berbentuk seperti batang dan mempunyai kemampuan untuk bergerak karena dilengkapi dengan flagel.  Bakteri vibrio sp. menyerang ikan air tawar dan ikan-ikan laut budidaya.
          Pada pengamatan organ usus dibawah mikroskop, diketahui parasit yang menyerang usus ikan nila yaitu dari jenis Myxobolus spp., bentuknya seperti cacing berwarna bening. Sehubungan dengan penjelasan Kordi (2004), Ikan yang terserang Myxobolus menunjukkan gejala-gejala berupa timbulnya bintil-bintil berwarna kemerah-merahan, yang sebenarnya bintil ini adalah kumpulan spora.  Bintil ini selalu menyebabkan tutup insang terbuka.
            Pada pengamatan terakhir yaitu pada ginjal, ditemukan parasit dari golongan bakteri jenis Corynebaterium sp. bentuknya transparan seperti kapas.  Penyakit ini biasanya disebut Bacterial kydney Disease termasuk dalam famili Corynebacteriaceae. Ikan yang terserang penyakit ginjal memperlihatkan gejala-gejala warna tubuh menjadi gelap, kadang-kadang matanya menonjol keluar, dijumpai bercak-bercak darah, dijumpai luka pada bagian ginjal, dan pada hati ditemukan bintik-bintik berwarna keputih-putihan (Kordi, 2004).
V.  KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
            Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.   Pada praktikum yang dilakukan mengenai parasit yang menyerang organ ikan nila ditemukan parasit dari kelompok ektoparasit dan endoparasit.
2.   Parasit yang terdapat pada ikan nila yang diamati kebanyakan dari golongan protozoa.
3.   Penyebab timbulnya penyakit disebabkan oleh ketidak harmonisan interaksi antara ikan, kondisi lingkungan dan organisme penyebab penyakit.
5.2  Saran 
            Dalam praktikum kami selaku praktikan menyarankan agar praktikum selanjutnya ikan yang di gunakan dapat bervariasi agar kita dapat membedakan bebagai jenis parasit yang menyerang ikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar