1.1 Latar Belakang
Kegiatan
budidaya merupakan salah satu kegiatan bidang perikanan yang saat ini sedang
naik daun dan memiliki prospek kedepan yang cerah. Dalam usaha budidaya
perikanan pada umumnya, tidak semuanya berjalan dengan baik lebih khusus
masyarakat pembudidaya di Indonesia sering mengalami hambatan dan masalah-masalah
dalam melakukan usahanya. Hambatan tersebut diantaranya adalah permasalahan
mengenai penyakit ikan.
Penyakit ikan merupakan segala sesuatu yang dapat menimbulkan
gangguan pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan pada
ikan dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan maupun kondisi lingkungan yang
kurang menunjang kehidupan ikan. Ikan dikatakan sakit apabila terjadi gangguan atau kelainan baik secara
anatomi maupun fisiologinya.
Timbulnya serangan penyakit di kolam
merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan kondisi lingkungan dan
organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini telah menyebabkan stress pada ikan,
sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya
mudah diserang oleh penyakit.
Hal lain yang sering menyebabkan organisme
parasit menimbulkan wabah penyakit adalah terjadinya infeksi sekunder. Tubuh
ikan dapat terluka karena gesekan dengan benda keras atau berhasil meloloskan
diri dari serangan hama, jika terlambat mengobatinya, tubuh ikan yang luka akan
mengalami infeksi sekunder yang disebabkan oleh serangan organisme parasit.
Infeksi sekunder yang disebabkan oleh organisme parasit terbukti telah
menimbulkan banyak kematian pada ikan.
Jika kondisi lingkungan kolam buruk, daya
tahan ikan cenderung menurun dan perkembangan organisme penyakit seringkali
menjadi lebih baik. Dengan demikian tidaklah mengherankan apabila pada kolam
yang kurang terawat sering terjadi wabah penyakit, sebab pada kolam semacam ini
kondisi tubuh ikan menjadi lemah sehingga tidak akan mampu menahan serangan
organisme parasit.
Banyak jenis parasit yang sering menyerang
ikan, baik jenis ekstoparasit maupun jenis endoparasit. Setiap jenis parasit
menempati bagian tertentu pada tubuh ikan. Hal inilah yang melatar belakangi praktikum
parasit dan penyakit ikan di lakukan. Sehingga dengan praktikum tersebut diharapkan
mahasiswa akan lebih paham dengan ilmu yang dipelajarinya.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
dari praktikum adalah untuk mengamati jenis-jenis parasit yang menyerang baik pada organ luar maupun organ dalam tubuh ikan,
khususnya ikan Nila
(Oreochromis
niloticus).
Kegunaan dari praktikum adalah agar praktikan
dapat mengetahui bagaimana cara
mengamati organisme yang terserang parasit.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat
menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari bagian-bagian tubuh suatu
organisme baik yang disebabkan oleh penyakit patogen maupun non patogen. Penyakit non patogen berupa penyakit
lingkungan dan penyakit nutrisi, sedangkan penyakit patogen berupa penyakit
viral, jamur dan bakterial.
Menurut
Lingga dan Susanto (1989), bahwa secara garis besar penyakit ikan dapat
digolongkan ke dalam dua kelompok besar yaitu penyakit yang disebabkan oleh non
parasit (non parasite) dan penyakit yang diakibatkan oleh organisme parasit.
Parasit merupakan organisme penyebab penyakit pada ikan dan menyerang organ
atau bagian tubuh dari ikan, baik bagian luar maupun dalam. Sedangkan penyakit
yang disebabkan oleh non parasit meliputi penyakit Karena kekurangan oksigen,
karena keracunan, perubahan temperatur dan sebagainya.
Lingkungan
merupakan salah satu faktor penyabab penyakit, ketika lingkungan berada pada
kondisi yang kurang baik, maka ikan akan kehilangan kemampuan untuk bertahan
terhadap penyakit karena ikan
menjadi stres. Pada kondisi yang demikian akan
memudahkan bagi organisme parasit penyabab penyakit infeksi untuk menyerang
ikan baik melalui infeksi primer maupun sekunder (Kordi, 2004).
Menurut
Soetomo (1990), cara penularan penyakit
ikan ada dua yaitu, pertama melalui kontak langsung
organisme dalam areal budidaya yang disebabkan oleh padat penebaran tinggi atau masuknya individu lain
yang telah terinfeksi penyakit. Cara Kedua melalui air yang di dalamnya ada bibit-bibit penyakit.
Ikan yang
teinfeksi penyakit dapat diketahui dari perubahan
organ tertentu, seperti terjadinya perubahan warna tubuh ikan menjadi pucat.
Perubahan warna akibat penyakit sifatnya permanen dan berlangsung lama. Selain
itu ikan yang terserang penyakit juga dapat diketahui dengan adanya bintik
putih pada sisik dan sirip, terjadinya pendarahan pada bagian dada, perut dan
pangkal sirip serta sisik rusak atau rontok (Munajat dan Budiana, 2003).
Menurut
Irawan (2004), ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mecegah timbulnya
penyakit pada ikan diantanya yaitu
dengan cara pencegahan mekanik, kimia dan biologis.
Pencegahan secara mekanik yakni pencegahan infeksi penyakit dengan berbagai
peralatan mekanik, secara kimia yakni dengan memanfaatkan bahan-bahan kimia
tertentu sedangkan secara biologis yakni upaya pencegahan dengan menerapkan
prinsip-prinsip biologis.
III. MATERI DAN
METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan dilaksanakan
pada hari Kamis, tanggal 15 Desember 2011
dan dimulai pada pukul 08.00 WITA sampai dengan selesai.
Bertempat di Laboraturium Perikanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Tadulako, Palu.
3.2 Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum Parasit dan
Penyakit Ikan adalah:
1. Disecting
kit (alat bedah)
2. Mikroskop
3. Deck
glass
4. Cover
glass
5.
Loyang plastik
6. Pipet tetes
Bahan yang
digunakan pada praktikum Parasit dan
Penyakit Ikan adalah :
1.
Ikan nila (Oreochromis
niloticus)
2. Akuades.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Prosedur Kerja Ektoparasit
a. Pertama-tama ikan dimatikan terlebih dahulu
dengan menusuk bagian kepala secara perlahan-lahan, dan tidak sampai merusak
jaringan tubuh ikan.
b. Meletakkan ikan diatas loyang dengan posisi kepala
menghadap ke kiri dan bagian ventral ikan menghadap ke praktikan.
c. Mengamati bagian kulit (badan), sirip, insang
dan operkulum bagian kiri dari ikan, dan
memeriksa tanda-tanda adanya parasit (luka, bisul,
pendarahan, sisik rusak
dan perubahan warna/pudar).
d. Mengambil lendir dari masing-masing organ eksternal ikan seperti sisik, sirip caudal, sirip ventral
dan meletakkannya pada deck glass kemudian tambahkan setetes akuades, kemudian
mengamati dibawah mikroskop.
e. Posisi parasit saat ditemukan lalu dicatat.
3.3.2 Prosedur Kerja Endoparasit
a. Pertama-tama membuka rongga perut ikan dengan
menggunakan gunting dan pisau
bedah dimulai dari bagian kepala tepat
dibelakang operculum
sampai ke bagian anal, lakukan secara hati-hati.
b. Mengangkat bagian yang telah digunting
tersebut hingga rongga perut bagian kiri terbuka.
c. Mengamati organ-organ dalam ikan mulai dari
hati, usus, dan ginjal.
Lihat apakah terdapat
organ yang abnormal, terjadi pembengkakan, luka, dan tanda-tanda patologikal lainnya.
d. Mengambil lendir dari masing organ internal
ikan tadi dan meletakkannya pada deck
glass dan menambahkan setetes akuades,
kemudian mengamati dibawah mikroskop.
e.
Posisi parasit saat ditemukan lalu dicatat.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum
Parasit dan Penyakit Ikan tentang pengamatan ektoparasit dan endoparasit,
maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Gambar 1.Cacing
Gyrodactylus sp.
Gambar 2.Cryptocaryon sp.
Gambar 3.Diplectanum sp.
Gambar
4.Cacing Dactylogirus
Gambar 5.Vibrio sp.
Gambar 6.Parasit myxobolus spp.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang
telah di lakukan diketahui parasit yang menyebabkan penyakit pada organ tubuh
ikan nila baik dari luar maupun dalam tubuh di sebabkan oleh parasit golongan
bakteri, jamur dan protozoa. Dari hasil pengamatan yang di lakukan dibawah
mikroskop di temukan parasit yang menyerang sisik ikan nila yaitu dari janis
cacing monogenea Gyrodactylus sp. Parasit ini berbentuk seperti
serangga. Sesuai dengan
pernyataan Kordi
(2004), bahwa Gyrodactylus sp. biasanya menyerang kulit dan
sirip ikan. Ikan yang terserang gejalanya dapat dikenali dari insang pucat dan
bengkak sehingga operculum terbuka,
ikan terlihat berkumpul pada pintu air masuk, produksi lendir berlebihan,
pertumbuhan ikan terhambat, nafsu makan ikan berkurang, kandungan sel darah putih
berlebihan, dan berenang tidak normal.
Pada pengamatan
yang dilakukan ditemukan adanya parasit pada insang ikan. Parasit yang
ditemukan merupakan jenis Dactylogylus
sp. Menurut Amri (2006), parasit Dactylogylus sp. biasanya menyerang insang dan kulit ikan, dengan tanda-tanda
ikan meloncat-loncat ke permukaan karena insangnya mengalami kerusakan, banyak
mengeluarkan lendir dan warna tubuh menjadi pucat. Ditambahkan menurut Munajat
dan Budiana (2003), ikan yang terserang menjadi kurus dan kulit menjadi tidak
cerah. Sirip ekor sering mengalami kerontokan dan insang tidak dapat menutup
dengan sempurna, serta ikan juga terlihat menggosok-gosokan tubuhnya kedasar
kolam atau benda-banda keras.
Pada pengamatan organ ikan
bagian ekor didapatkan bahwa parasit yang menyerang adalah dari jenis protozoa Cryptocaryon sp. bentuknya menyerupai cacing pita, sedangkan pada sirip dada,
ditemukan parasit cacing jenis Diplectanum
sp.
Cacing ini berukuran 0,5-1,0 mm
dan mempunyai
siklus hidup langsung artinya tidak memerlukan inang perantara, sehingga bila
kondisi perkembangbiakannya baik, parasit ini berlipat dengan cepat. Cacing ini banyak ditemukan pada kulit, sirip, dan insang ikan
(Kordi, 2004).
Selanjutnya pada
pengamatan organ ikan bagian dalam,di temukan parasit yang menyerang hati ikan
nila (Oreochromis niloticus)
diketahui dari golongan bakteri jenis vibrio
sp. bentuknya seperti usus, berlipat-lipat.
Menurut Kordi
(2004), Bakteri vibrio sp. tergolong dalam famili Vibrionaceae, yang mempunyai tubuh berbentuk seperti batang dan
mempunyai kemampuan untuk bergerak karena dilengkapi dengan flagel. Bakteri vibrio
sp. menyerang ikan air tawar dan
ikan-ikan laut budidaya.
Pada pengamatan organ usus
dibawah mikroskop, diketahui parasit yang menyerang usus ikan nila yaitu dari
jenis Myxobolus spp., bentuknya
seperti cacing berwarna bening. Sehubungan dengan penjelasan Kordi (2004), Ikan
yang terserang Myxobolus menunjukkan
gejala-gejala berupa timbulnya bintil-bintil berwarna kemerah-merahan, yang
sebenarnya bintil ini adalah kumpulan spora.
Bintil ini selalu menyebabkan tutup insang terbuka.
Pada pengamatan terakhir
yaitu pada ginjal, ditemukan parasit dari golongan bakteri jenis Corynebaterium sp. bentuknya
transparan seperti kapas. Penyakit ini
biasanya disebut Bacterial kydney Disease
termasuk dalam famili Corynebacteriaceae.
Ikan yang terserang penyakit ginjal memperlihatkan gejala-gejala warna tubuh
menjadi gelap, kadang-kadang matanya menonjol keluar, dijumpai bercak-bercak
darah, dijumpai luka pada bagian ginjal, dan pada hati ditemukan bintik-bintik
berwarna keputih-putihan (Kordi, 2004).
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan,
maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada
praktikum yang dilakukan mengenai parasit
yang menyerang organ ikan nila ditemukan parasit dari
kelompok ektoparasit dan endoparasit.
2. Parasit
yang terdapat pada ikan nila yang diamati
kebanyakan dari golongan protozoa.
3. Penyebab timbulnya penyakit
disebabkan oleh ketidak harmonisan interaksi antara ikan, kondisi lingkungan
dan organisme penyebab penyakit.
5.2 Saran
Dalam praktikum kami selaku praktikan menyarankan agar praktikum
selanjutnya ikan yang di gunakan dapat bervariasi agar kita dapat membedakan
bebagai jenis parasit yang menyerang ikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar